"Kalau kamu tidak lulus, kamu mau jadi apa? Ayah ingin sekali menjadikanmu Dokter," tanya Suban sembari terus memecut kaki Ardan dengan Rotan.
"Ampun Yah. Nanti Ardan ambil sekolah paket. Hiks.... tapi Ardan tidak mau jadi Dokter, Ardan mau jadi Tentara." Ardan menjawab pertanyaan Suban disela rasa sakitnya.
"Sudah Bodoh, pakai bangkang dan nawar? tidak tahu diri kamu!" hardik Suban.
"Ayah cukup Yah. Abian mohon berhenti! jangan sakiti kak Ardan lagi," Abian merangkul kedua kaki Ayahnya.
"Minggir! jangan ikut campur, kalau tidak Ayah akan menghajarmu juga," ucap Suban.
"Abian pergilah! kakak tidak apa-apa. Cepatlah pergi!" hardin Ardan.
"Tidak mau!" Bantah Abian.
"Oh...kamu mau ikut-ikutan jadi pembangkang?" Wajah Suban terlihat menggelap.
Brukkkk
Suban mendorong Abian dan memecut punggung anaknya itu beberapa kali.
"Akkkhh..." Kini Abian bisa merasakan, bagaimana sakitnya dicambuk rotan.
"Bagaimana? masih mau membangkang Ha?" Suban akan menghajarkan kembali rotan itu, namun Ardan menghalaunya dengan tubuhnya. Hingga Ardanlah yang terkena cambukkan itu.
Abian menoleh kearah kakaknya, dan menatap mata Ardan yang memerah karena menangis dan menahan rasa sakit. Air mata Abian turun sebanyak air mata kakaknya itu.
Saat akan mengayunkan rotan lagi, Abian menangkap benda itu dengan tangan bergetar. Tatapan kebencian begitu menghunus jantung Suban. Entah anak itu mendapat keberanian darimana, Abian menyentak Rotan itu dan mematahkannya menjadi beberapa bagian.
"Sudah cukup Ayah melakukannya selama ini. Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi," ujar Abian dengan bibir bergetar.
"Anak durhaka! kamu mau melawanku? siapa yang memberimu makan dan membiayaimu sekolah? Ayah cuma ingin kalian jadi anak yang pintar, agar tidak diremehkan orang lain," ucap Suban.
"Tapi kakak ingin jadi Tentara, bukan jadi dokter. Menapa Ayah harus mengatur hal itu juga? tidak semua orang mampu jadi Dokter. Tidak semua orang berotak pintar. Kenapa Ayah tidak mengerti," ujar Abian.
"Abian jangan begitu," Ardan sangat takut Abian menjadi sasaran amarah Ayahnya.
"Kenapa tidak bisa? aku memberikan dia nasi yang sama, ikan yang sama. Kenapa kamu pintar, sementara dia bodoh? aku ingin dia jadi Dokter, tidak ada yang bisa merubah keputusanku!" ucap Suban dengan keras kepala.
"Ayah yang akan membiayainya sekolah paket. Dan Ayah yang mengeluarkan uang, bukan kalian!" sambung Suban.
"A-Ayah. Aku takut darah dan jarum suntik," Ardan memberanikan diri bersuara.
"Selain bodoh, kamu juga penakut? jadi apa kemampuan yang kamu miliki. Daripada menyusahkan dan tidak berguna, lebih baik kamu mati saja!" hardik Suban yang kemudian keluar dari kamar itu.
"Hiks...."Ardan menangis sesegukkan. Dia begitu tertekan dengan keinginan Suban yang ingin menjadikan dia Dokter. Karena selain phobia darah dan jarum suntik, Ardan menyadari kalau otaknya tidak mampu.
"Sudahlah kak. Tidak usah didengarkan omongan Ayah. Tunggu sampai kaki kakak sembuh, kita akan pergi dari rumah ini. Bukankah kita anak laki-laki? kita bisa menghidupi diri kita sendiri dengan cara apapun. Tidak sekolah tidak apa-apa, cari rejeki bisa dengan cara apa saja. Yang penting kita pergi dari neraka ini," ucap Abian sembari membantu Ardan duduk di tepi ranjang.
Grepppp
Ardan mencengkram kedua bahu Abian dan menatap mata adiknya itu dengan lekat.
"Dengar! berjanjilah pada kakak, kamu tidak akan pernah meninggalkan Ayah sendirian. Meski dia seperti itu, dia tetap Ayah kita. Kakak percaya suatu saat dia pasti akan berubah. Dan kamulah yang akan merubah semuanya. Berjanjilah pada kakak Abian, berjanjilah!"
"Ckk...iya-iya." Jawab Abian dengan malas, namun mampu membuat bibir Ardan menyungingkan senyum.
"Sekarang pergilah beli ice Cream. Kakak pengen makan itu," ujar Ardan.
"Tumben kakak pengen makan itu?" tanya Abian heran.
"Buat mendinginkan hati." Jawab Ardan.
"Baiklah. Kakak tunggu sebentar, akan aku belikan banyak es krim. Setelah itu aku bantu olehkan Salf untuk kaki kakak," ujar Abian yang kemudian diangguki oleh Ardan.
"Bian," seru Ardan. Yang membuat Abian menoleh dan berbalik badan. Dengan langkah tertatih Ardan menghampiri Abian, dan memeluk adik semata wayangnya itu.
"Kakak sayang kamu," ucap Ardan. Yang membuat Abian jadi tersenyum.
"Aku juga sayang kak Ardan," ucap Abian yang juga mengeratkan pelukkannya. Tanpa Abian tahu, Ardan meneteskan air mata dan segera menyekanya.
"Kakak tunggu sebentar ya!" ucap Abian.
"Ya. Beli gorengan juga ya?" Jawab Ardan.
Abian kemudian segera pergi setelah mengacungkan jempol. Ardan bergegas keluar kamar untuk mengambil sesesuatu di dapur, setelah mendapat apa yang dia cari, diapun kembali kekamar untuk membuat sesuatu.
Sementara ditempat berbeda. Abian semringah saat sudah memperoleh gorengan dan Ice cream, diapun bergegas pulang. Sedangkan Suban pergi membeli salf untuk Ardan, dan bergegas pulang. Namun yang sampai lebih dulu adalah Abian.
"Kakak. Ice cream gorengan sudah datang," seru Abian dari luar kamar.
Brukkk
Brukkk
Gorengan dan Ice cream yang ada ditangan Abian jatuh ke lantai.
"Ka-Kakak. Kakaaaaakkkkk," teriak Abian sembari menangis histeris. Seluruh tubuh Abian gemetar, saat menunjang tubuh Ardan yang tergantung diatas.
"Tidak! tidak, tidak! kakak tidak bisa meninggalkan aku dengan cara seperti ini. Kakak aku mohon jangan tinggalkan aku. Akkkkhhhh...."
Teriakkan Abian sampai keruang tamu, dan itu menarik perhatian Suban yang baru pulang.
"Ada apa sih teriak-teriak? ini Ayah belikan salf buat kaki kakak kamu. Nanti juga sem...."
Plukkkkk
Botol salf yang Suban pegang jatuh kelantai dan menggelinding didekat kaki Abian.
"A-Ardan," ucap Suban lirih.
Tangan Suban gemetar, saat melihat Ardan sudah tergantung diatas plafon. Suban bergegas membenarkan kursi yang dijadikan pijakkan oleh Ardan sebelumnya. Diapun menurunkan tubuh tak bernyawa itu dan meletakkannya dipangkuannya.
"Ardan bangun! Ayah bilang bangun! dengar tidak? anak bodoh, kenapa kamu mengambil hati ucapan Ayah? cepatlah bangun! atau Ayah akan memukulmu lagi," hardik Suban dengan air mata yang sudah membasahi wajah pria itu.
Sementara Abian menatap Suban dengan tatapan membunuh. Anak remaja itu menangis dalam diam, dengan tubuh yang masih bergetar.
Tok
Tok
Tok
Seseorang mengetuk pintu dari luar. Abian bergegas menghapus air matanya, dan melihat siapa yang datang. Abian menatap dua orang berseragam guru, dengan membawa sebuah tropi besar dan juga map berwarna merah.
"Apa ini rumah Ardan?" tanya seorang pria yang ternyata seorang kepala sekolah.
"Iya pak. Ada apa?" tanya Abian.
"Siapa yang datang?" tanya Suban. Abian menoleh karena Suban meninggalkan Ardan sendirian dikamar.
"Saya kepala sekolah Ardan, dan ini wali kelas Ardan. Kami datang kemari karena ingin minta maaf. Sekolah kami melakukan kelalaian, karena surat kelulusan Ardan tertukar. Jadi sebenarnya yang tidak lulus bukan Ardan Syahputra, tapi Ardan Syahreza. Malah Ardan anak bapak mendapat juara pertama, ini tropi dan piagam untuk Ardan. Kami sungguh-sungguh minta maaf pak," ucap kepala sekolah.
Langkah kaki Abian bergetar saat melangkah maju untuk mengambil tropi dan piagam. Tidak hanya itu, air mata anak itu mengalir deras yang membasahi seluruh wajah dan hatinya. Sementara Suban berdiri mematung, dengan air mata tak terbendung lagi. Abian bergegas masuk kedalam sembari berlari kearah jasad Ardan yang tergeletak diatas tempat tidur. Sedangkan suban tanpa mengucapkan apapun langsung masuk kedalam rumah dan mengunci pintu, yang membuat kepala sekolah dan Wali kelas Ardan menjadi heran.
"Kakak. Kakak bangunlah! lihatlah tropi kakak sangat besar dan keren. Sekarang kakak juara satu dan sudah pintar. Ayo kita minta motor pada Ayah. Kakak ingn jadi Tentarakan? Ayah pasti akan mengabulkannya. Ayah tidak akan punya pilihan. Kita akan kabur dari rumah, kalau dia masih memaksa,"
"Ayo kak bangun! kenapa kakak diam saja? aku juga sudah membelikan kakak gorengan dan ice cream. Ayo kita keliling satu komplek! kita harus memberitahu semua orang bahwa kakak lulus dengan mendapat ranking pertama. Ayo bangunlah kak!"
Abian terisak sembari mengguncang-guncang tubuh Ardan. Sementara Suban tubuhnya merosot dibalik tembok sembari menangis tanpa suara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
YuWie
ku menangis sampe gak bisa napas..serasa nyata bacanya
2024-08-17
0
Ta..h
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2024-04-22
0
Ibelmizzel
ya ampun sedih banget air mataku, hidungku dan hatiku sesak😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-08-30
0