"Dasar Tolol. Kenapa kamu bisa kalah dari adik kamu yang kelas satu SD? dia bisa dapat ranking pertama, kenapa kamu jadi ranking 30 dari 35 siswa?" hardik Suban.
"Kenapa diam? Ayah tanya kenapa bisa nilaimu seperti ini? apa aku memberi makanan berlainan dengan adikmu?" Ardan masih terdiam, tapi matanya sudah berkaca-kaca.
"Baik. Karena kamu tetap diam, biar Ayah yang memaksamu bicara," ucap Suban.
Suban kemudian melihat suasana sekitarnya, dan melihat ada sebilah rotan. Rotan bekas kursi mereka yang terlepas dari jalinannya. Tanpa basa basi Suban memukulkan rotan itu dibetis Ardan. Jerit kesakitan anak itu sama sekali tidak dia hiraukan. Abian yang tidak tega menghalau Ayahnya, namun tubuhnya berakhir dilantai setelah di dorong oleh Suban.
Ardan memberikan isyarat pada Abian agar segera pergi. Sembari menyeka air matanya, Abian bersembunyi dibalik pintu hingga penyiksaan itu selesai. Setelah melampiaskan amarahnya, Suban keluar dari kamar itu begitu saja.
"Kakak. Hiks...." Abian menangis sembari mendekat kearah Ardan.
Kaki Ardan terlihat bergetar, saat dia mencoba melangkah untuk duduk di tempat tidur.
"Tidak apa-apa. Nanti sakitnya juga hilang kalau dibawa tidur. Kamu harus pertahankan prestasimu, sementara kakak harus lebih giat belajar lagi. Kamu jangan sampai terkena rotan itu," ujat Ardan.
Abian melihat betis Ardan yang merah dan beranjak biru. Bahkan kulit Ardan sedikit terkelupas. Setelah keluar sekitar 20 menit, Suban kembali dengan membawa sebotol salf.
"Oleskan salf ini pada kaki kakakmu. Ini peringatan juga untukmu! semester depan harus tetap mendapat rangking satu. Dan kamu harus masuk 10 besar," ucap Suban sembari menunjuk kearah Ardan.
Dan di semester berikutnya hal itu kembali terulang, saat Ardan hanya mendapat ranking ke 25. Betis Ardan kembali menjadi sasaran rotan keramat, dan Abian selalu membantu kakaknya untuk mengoleskan obat.
Tahun-Tahun telah berlalu sampailah saat Abian duduk dibangku 1 SMP, sementara Ardan duduk dibangku 1 SMA. Usia mereka memang bertambah, wajah mereka juga berubah. Tapi penyiksaan itu tetap sama.
"Bian...." teriak Suban dari arah luar rumah.
"Aha...jangan-jangan sepedaku sudah sampai kak. Yes! kakak cepat sembuh, jadi kita bisa latihan bersepeda," ucap Abian.
Kepala Ardan mengangguk cepat, karena dia juga antusias menyambut harta baru mereka. Dan benar saja, Suban memang membawa sebuah sepeda baru untuk hadiah Abian. Mata Anak itu tampak berbinar, bayangan dirinya berboncengan dengan Ardan seakan menari-nari dipelupuk matanya.
"Ini sepeda untukmu. Kalau semester depan kamu berhasil mendapat ranking lagi, Ayah akan mengabulkan kembali satu permintaanmu," ujar Suban.
"Sungguh?" Abian antusias.
"Ya." Jawab Suban sembari berlalu.
Abian memasukkan sepeda baru itu kedalam rumah hingga kedalam kamarnya.
"Kakak lihatlah sepeda kita. Ini hebat kan? kata Ayah kalau aku berhasil mendapat juara pertama lagi, dia akan mengabulkan satu permintaanku. Jadi mulai sekarang kakak bantu aku buat memikirkan benda apa yang akan kita minta kedepannya," ujar Abian.
Ardan tidak terlalu fokus mendengar ucapan Abian. Dia lebih tertarik untuk berdiri, meskipun langkahnya gemetar. Ardan kemudian meraba-raba sepeda baru itu dengan mata berbinar.
"Kamu hebat Abian. Ini sangat keren. Sepeda ini sama seperti punya temanku, cuma warnanya saja yang beda. Kata temanku Ayahnya beli dengan harga 1 juta 500," ujar Ardan.
"Benarkah? apa itu mungkin? maksudku, mana mungkin Ayah mau mengeluarkan uang sebanyak itu cuma buat hadiah?" tanya Abian.
"Mungkin saja. Kalau begini caranya aku jadi bersemangat buat belajar. Aku akan meminta apapun saat masuk 10 besar nanti," ucap Ardan.
"Benar kak. Sekarang kakak sudah ranking 20. Semester selanjutnya minimal ranking 10. Kakak harus semangat. Kalau kakak ranking 10, aku dapat ranking satu. Kita bisa minta motor nantinya," ujar Abian.
Ardan tersenyum. Seperti ada letupan-letupan membara didadanya. Sehingga rasa sakitnya tidak begitu terasa lagi.
Waktu semakin berlalu. Kini Ardan sudah duduk dibangku 3 SMA, dan Abian duduk dikelas 3 SMP. Selama itu pula Abian berhasil mengumpulkan barang yang dia mau, termasuk game playtation.
"Dikelasku ada murid baru," ujar Ardan.
"Perempuan?" tanya Abian sembari memasang kaos kaki.
"Laki-Laki. Tapi lucunya nama dia sama denganku, Ardan. Bedanya Aku Ardan Syahputra, Sedangkan dia Ardan Syahreza. Aku jadi diledek kembar sama dia." Jawab Ardan.
"Lucu juga ya," ujar Abian.
"Tapi anak itu nakal sekali. Dia murid pindahan, tapi baru masuk seminggu sudah bolak balik dipanggil guru BP," ujar Ardan.
"Untung kakakku anak yang baik. Dan saat lulus nanti mendapat ranking pertama," ujar Abian.
"Kamu jangan meledek kakak," ujar Ardan.
"Loh kenapa? sepertinya kakak butuh ambil les private," ujar Abian.
"Les private apaan? duit darimana? belum lagi kalau ketahuan Ayah. Kakak bisa di gorok," ucap Ardan.
"Aku ada. Setiap hari aku mencuri uang Ayah di toko. Kakak bisa memakai itu buat les private." Jawab Abian yang membuat mata Ardan terbelalak.
"Kami sudah gila? sejak kapan kamu melakukannya? bagaimana kalau sampai Ayah tahu?" tanya Ardan.
"Sejak kelas satu SD. Kakak bayangkan, betapa kayanya aku sekarang. Setiap hari aku mencuri uang diktator itu sebanyak 20 ribu." Jawab Abian.
"Hussstt jangan keras-keras nanti Ayah dengar," ujar Ardan setengah berbisik.
"Jadi cepatlah kakak cari tempat les private. Kakak bisa mencari alasan pada Ayah, kalau kakak kerja kelompok untuk menghadapi kelulusan nanti," ucap Abian.
Grepppp
Ardan memeluk Abian dengan erat. Dia benar-benar terharu dengan perlakuan adiknya itu.
"Terima kasih," ucap Ardan.
"Ayo kita berangkat," ujar Abian yang kemudian diangguki oleh Ardan.
Seperti yang mereka rencanakan, saat semester akhir Ardan mengikuti Les private dengan giat. Ardan memang mengakui, kalau otaknya memang tidak mampu seperti Abian. Jadi dia mengikuti saran Abian untuk mendaftar les private.
6 bulan kemudian ...
Abian menuruni sepedanya dengan tergesa-gesa sembari membawa sebuah tropi. Sekarang dia memang tidak sekolah di satu tempat dengan Ardan. Hadiah dua tahun lalu Abian meminta sepeda baru untuk Ardan.
"Ayah...Ayah...," teriak Abian dari luar rumah, hingga masuk kedalam.
Suban yang menunggu sejak tadi tersenyum senang karena melihat Abian membawa sebuah tropi besar. Suban sudah menduga, kalau Abian akan selalu membuatnya bangga.
"Ayah. Bian lulus! Bian dapat juara satu lagi. Kali ini Ayah harus kasih hadiah yang lebih besar lagi," ucap Abian.
"Emang kamu mau apa?" tanya Suban.
"Motor. Kali ini Bian minta motor." Jawab Abian.
"Kamu masih kecil. Nggak boleh naik motor dulu," ujar Suban.
"Ini buat kak Ardan. Dia pasti akan kuliah kan? nanti pasti berguna banget buat Kakak," ucap Abian.
"Oke baiklah," ujar Suban.
"Yes. Makasih Yah. Oh ya, kak Ardan mana?" tanya Abian.
"Belum pulang." Jawab Suban.
Abian sangat gelisah, terlebih saat melihat bilah rotan disamping tempat duduk ayahnya. Dia tidak henti-hentinya mondar mandir di depan teras. Sementara di tempat berbeda, Ardan sedang menangis tersedu-sedu dibawah sebuah pohon besar. Saat ini dia takut pulang, karena dia dinyatakan tidak lulus oleh pihak sekolah.
Namun seperti biasa dia selalu bersikap jantan, meskipun betisnya kembali jadi sasaran rotan keramat.
Psuuttt
Psuuutttt
Psuttttt
"Memalukan! kalau tidak masuk 10 besar mungkin tidak membuat Ayah malu. Tapi sekarang malah tidak lulus? dasar anak tidak berguna kamu! bikin nyesel punya anak sepertimu. Kenapa nggak mati aja saat lahir. Dasar bodoh," hardik Suban sembari terus mencambuk betis Ardan dengan rotan.
Dibalik tembok. Abian cuma bisa menggeram. Ingin rasanya dia balik memukuli Ayahnya, tapi dia selalu teringat dengan kata-kata Ardan yang menginginkan dirinya selalu menghormati Ayahnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sepatutnya suban didik Ardan dan bukannya memukul.. kasian sekali Ardan..
2023-06-06
0
💞N⃟ʲᵃᵃ࿐yENni💖
kasian Ardan selalu kena pukul ayahnya yg sakit mental dan jiwanya krn pengkhianatan istrinya😢😢😢mngkn niatnya baik agar anak2nya jdi org yg sukses mk nya disuruh belajar dan harus dpt rangking tapi cara nya salah bngt menekan anak tanpa mau tau dan mengerti keadaan yg sebenarnya😔😔😔😔
aku mau telp kak Seto ah mau tak laporin sikapnya Suban sm anak2nya terutama pd Ardian 😌😌😌🤭🤭🤭
2023-03-26
0
Sri Wahyuni
bisa2 mati s ardan d pukulin trus dsar bpk aja yg stres
2022-09-23
1