Bab.8. Dikucilkan Keluarga

"Bagaimana dengan anak saya dok? ini sudah hampir 12 tahun dia berada disini. Apa belum ada kemajuan dok?" tanya Suban.

"Alhamdulilah keadaan Abian satu tahun terakhir ini sudah memiliki kemajuan pak. Tapi saya tidak tahu, apa itu berlaku juga untuk anda atau tidak." Jawab dokter Yasmar.

"Yah...berkat rutin mengikuti terapi dan mengkonsumsi obat secara teratur, sekarang Abian sudah tidak lagi mengamuk. Dan kabar gembiranya, dia sudah merespon saat diajak bicara. Dia sudah mau berdialog dengan orang-orang tertentu. Bahkan dia sudah bisa meminta sesuatu." Jawab dokter Yasmar.

"Benarkah? apa yang dia minta?" Suban begitu antusias menyambut kabar bahagia itu.

"Sejauh ini dia hanya minta buku dan pena saja. Sepertinya Abian juga anak yang cerdas." Jawab dokter.

"Dokter benar. Seharusnya Bian harapanku dimasa depan. Tapi karena kesalahanku, aku kehilangan harapanku. Apa dokter tahu? dulu saat selolah dia selalu mendapat ranking pertama. Dan setiap dia mendapat ranking pertama, aku akan memberikan dia satu permintaan yang akan aku kabulkan," mata Suban berkaca-kaca saat mengingat masa lalu Abian, Ardan dan dirinya.

"Andai waktu bisa diputar kembali. Aku pasti tidak akan memaksakan kehendakku. Sehingga aku dan anak-anakku pasti hidup bahagia sekarang," sambung Suban.

"Lalu gadis cantik ini siapa. Hem?" tanya dokter Yasmar.

"Ini Alda. Saya sudah menikah kembali 7 tahun yang lalu, dan ini putri bungsu saya." Jawab Suban.

"Oh ya. Apa saya bisa menjenguk anak saya dok?" tanya Suban.

"Boleh pak. Tapi saya sarankan tetap waspada. Karena kita masih belum tahu bagaimana respon dia saat melihat anda." Jawab dokter Yasmar.

"Ya. Saya ingin sekali mempertemukan Alda dengan kakaknya. Moga saja saat bertemu dengan Alda, responnya semakin baik," ujar Suban dengan senyum Semringah.

Alda menggenggam jari Suban saat melewati koridor panjang. Karena memang ruangan Abian berada paling ujung.

Tok

Tok

Tok

"Abian. Ayah masuk ya!"Suban selalu meminta izin terlebih dahulu sebelum memasuki kamar Abian.

Ceklek

Suban dan Alda perlahan memasuki kamar itu, dan berdiri tepat dihadapan Abian yang tengah menghadap tembok. Bisa Abian lihat, rambut Suban sudah hampir memutih sepenuhnya. Suban juga terlihat jauh lebih tua jika dibandingkan 12 tahun yang lalu.

Sementara Suban menatap putranya itu dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak tahan untuk tidak memeluk putra kesayangannya itu. Sudah berusia 27 tahun, Abian terlihat tampan dan dewasa. Abian bahkan memelihara jambang diwajahnya, dengan rambut yang dibiarkan gondrong terurai.

"Abian. Apa kabarmu nak?" tanya Suban sembari mengusap wajah dan rambut putranya itu.

"Lihat siapa yang Ayah bawa? dia Alda, adikmu. Seperti yang Ayah bilang tahun lalu. Ayah sudah menikah kembali 7 tahun yang lalu, dan memilikki anak. Alda, salim sama kakak kamu!" ujar Suban.

Tangan mungil Alda kemudian meraih tangan Abian dan menciumnya. Setelah itu mata Alda dan mata Abian beradu. Tanpa Suban duga, Abian menyunggingkan senyum pada Alda. Suban sangat terharu melihat pemandangan langka itu. Namun senyum itu segera lenyap, saat Suban mulai bersuara kembali.

"Abian. Ayah sangat bahagia, karena kamu sudah merespon meskipun sedikit. Kamu cepat sembuh ya! biar kamu bisa pulang, dan berkumpul bersama Ayah, Ibu, dan Alda di rumah," ucap Suban.

Namun Abian kembali merespon Suban dengan kesunyian. Dan itu membuat wajah Suban penuh dengan keputusasaan.

"Puas sekali melihat wajahmu yang putus asa itu. Seperti itulah yang aku rasakan, saat kamu merenggut kak Ardan dalam hidupku," batin Abian.

"Kak Bian. Kak Bian masih sakit? cepat sembuh ya kak! kalau sembuh bisa ajak Alda main. Alda kesepian dirumah," ucapan polos Alda mampu menggetarkan hati Abian. Pria tampan itu kembali tersenyum dan mengusap puncak kepala Alda.

"Sepertinya Bian sangat menyukai Alda. Seharusnya diumur sekarang dia memang sudah harus menikah dan punya anak. Apa kalau dijodohkan dengan seorang gadis, dia bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami? aku tidak perduli dengan masalah nafkah, aku bisa menghidupi dia dan istrinya. Tapi masalah urusan ranjang...."

"Ckk...lagipula dijaman sekarang mana ada gadis yang mau menikahi pria punya riwayat keterbelakangan mental," batin Suban.

"Alda. Ayo kita pulang dulu! kak Abian mau istirahat, nanti kita datang lagi buat jengukkin kakak kamu," ujar Suban.

"Kakak. Alda pulang dulu ya! kakak cepat sembuh ya! biar nanti kita jalan-jalan ke mall, terus beli ice cream," perkataan Alda mengingatkan Abian pada sosok Ardan yang menginginkan ice cream sebelum dia meninggal.

Abian menganggukkan kepalanya, dan itu membuat mata Alda berbinar terang.

"Abian. Ayah sama Alda pulang dulu ya! kapan-kapam Ayah akan jengukkin kamu lagi," ujar Suban.

Tidak ada respon lagi dari Abian. Pria tampan itu bahkan berbaring dan membelakangi pria parubaya itu. Suban sangat sedih, saat melihat respon putranya itu yang masih dingin padanya. Suban menutup pintu itu perlahan, dan Abian bisa bernafas lega setelah melihat kepergian Ayahnya itu. Setelah yakin Suban sudah pergi jauh, Abian segera mengganti pakaiannya kembali dan pergi dari rumah sakit itu.

*****

"Sumarno, Surani, Sumantri dan Sukamto. Umur bapak sepertinya ndak akan lama lagi. Bapak cuma berpesan buat kalian sebagai anak-anak dan mantu. Tetaplah akur sesama saudara. Bapak juga sudah membagi rata semua warisan, karena kalian 4 saudara laki-laki. Meski Sumarno anak tertua laki-laki, bapak tidak melebihkan ataupun mengurangi bagiannya. Semua sudah bapak bagi dengan adil dan merata," ucap Sugiono dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Bapak jangan ngomong gitu pak. Bapak pasti sembuh," ujar Sumarno dengan suara bergetar.

"Iya Mbah. Anisa yakin Mbah sehat lagi, Mbah harus banyak beristirahat," timpal Anisa sembari menggenggam erat tangan Sugiono.

"Lihat deh. Pencitraan banget kan dia? padahal dia sangat senang kalau mbah cepat meninggal, kan mereka bisa dapat rejeki nomplok dan nggak jualan sayur lagi di pasar," bisik Stevi pada saudara sepupunya yang lain.

"Betul. Dia kan sebentar lagi di wisudah, jadi perawat. Belagu amat orang tua penjual sayur, tapi mau jadi sarjana," timpal Mita.

"Ya mau gimana lagi. Uang orang tuanya cuma mampu buat kuliahin dia jurusan itu. Kalau kita kan beda alam sama dia. Aku berdo'a banget setelah lulus jadi dokter, kerjanya satu rumah sakit sama dia. Jadi aku bisa nindas dia sepuasnya. Gedeg banget aku lihat mukanya yang sok cantik itu," ujar Dea.

"Sumarno. Bisa kamu ambilkan semua sertifikat didalam loker itu?" ucap Sugiono lirih.

"Ya pak." Jawab Sumarno yang kemudian mengambil beberapa map yang berada di dalam loker lemari.

Perlu diketahui. Sugiono memiliki perkebunan teh dan kelapa sawit yang terbilang sangat luas. Sugiono juga memiliki usaha peternakan ikan dan ayam boiler. Semua dikelolah oleh ketiga anaknya, hanya Sumarno yang tidak ikut andil. Sumarno memang tidak sekolah tinggi seperti adik-adiknya, karena saat dirinya sekolah SD, Sugiono belum mampu menyekolahkan Sumarno kejenjang yang lebih tinggi. Sumarno terpaksa putus sekolah, dan membantu Sugiono membajak sawah orang lain.

Terpopuler

Comments

Dyana Arsi

Dyana Arsi

semngat

2022-07-24

1

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

blm apa² seh niatan jelek aj tu sdra tiri 😏😏

2022-07-20

0

Lenkzher Thea

Lenkzher Thea

Semangat terus thor

2022-07-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab.1. Anak Bodoh
2 Bab.2. Berselingkuh
3 Bab.3. Pindah
4 Bab.4. Penderitaan Dimulai
5 Bab.5. Duka Abian
6 Bab.6. Cacat Mental
7 Bab.7. Peringatan Kematian
8 Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9 Bab.9. Duka
10 Bab.10. Konspirasi
11 Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12 Bab.12. Tawaran Menikah
13 Bab.13. Permintaan Terakhir
14 Bab.14. kejujuran Suban
15 Bab.15. Kemarahan Abian
16 Bab.16. Amanat Sumarno
17 Bab.17. Sah
18 Bab.18. Menjemput Suami
19 Bab.19. Pulang Ke Rumah
20 20. Sindiran Mertua
21 Bab.21. Lamaran Kerja
22 Bab.22. Hari Pertama Kerja
23 Bab.23. Gaji Pertama
24 Bab.24. Gosip
25 Bab.25. Bedah Cesar
26 Bab.26. Kenangan Lama
27 Bab.27. Durian Runtuh
28 Bab.28. Berdebar
29 Bab.29. Jadwal Yang Sama
30 Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31 Bab.31. Hadiah Motor
32 Bab.32. Cengeng
33 Bab.33. Demam
34 Bab.34. Pisah
35 Bab.35. Hambar
36 Bab.36. Copet Di Mall
37 Bab.37. Bertemu Lagi
38 Bab.38. Mencari Anisa
39 Bab.39. Masih Mencari
40 Bab.40. Undangan
41 Bab.41. Menyebar Undangan
42 Bab.42. Menyakitkan
43 Bab.43. Pembohong!
44 Bab.44. Aku Membencimu
45 Bab.45. Menolak
46 Bab.46. Bergosip Ria
47 Bab.47. Menghindar
48 Bab.48. Senang
49 Bab.49. Tidak Masalah
50 Bab.50. Penyakit Hati
51 Bab.51. Diam
52 Bab.52. Kesalahan
53 Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54 Bab.54. Tidak Terima
55 Bab.55. Putus
56 Bab.56. Murka
57 Bab.57. Pergi Jauh
58 Bab.58. Stres
59 Bab.59. Merindukanmu
60 Bab.60. Positif
61 Bab.61. Klien Besar
62 Bab 62. Liburan
63 Bab.63. Ke Hotel Dulu
64 Bab 64. Berat Hati
65 Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66 Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67 Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68 Bab.68. Takut Ditinggalkan
69 Bab.69. Anisa Kembali
70 Bab.70. Kebenaran
71 Bab.71. SAH
72 Bab.72. Bahagia
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab.1. Anak Bodoh
2
Bab.2. Berselingkuh
3
Bab.3. Pindah
4
Bab.4. Penderitaan Dimulai
5
Bab.5. Duka Abian
6
Bab.6. Cacat Mental
7
Bab.7. Peringatan Kematian
8
Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9
Bab.9. Duka
10
Bab.10. Konspirasi
11
Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12
Bab.12. Tawaran Menikah
13
Bab.13. Permintaan Terakhir
14
Bab.14. kejujuran Suban
15
Bab.15. Kemarahan Abian
16
Bab.16. Amanat Sumarno
17
Bab.17. Sah
18
Bab.18. Menjemput Suami
19
Bab.19. Pulang Ke Rumah
20
20. Sindiran Mertua
21
Bab.21. Lamaran Kerja
22
Bab.22. Hari Pertama Kerja
23
Bab.23. Gaji Pertama
24
Bab.24. Gosip
25
Bab.25. Bedah Cesar
26
Bab.26. Kenangan Lama
27
Bab.27. Durian Runtuh
28
Bab.28. Berdebar
29
Bab.29. Jadwal Yang Sama
30
Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31
Bab.31. Hadiah Motor
32
Bab.32. Cengeng
33
Bab.33. Demam
34
Bab.34. Pisah
35
Bab.35. Hambar
36
Bab.36. Copet Di Mall
37
Bab.37. Bertemu Lagi
38
Bab.38. Mencari Anisa
39
Bab.39. Masih Mencari
40
Bab.40. Undangan
41
Bab.41. Menyebar Undangan
42
Bab.42. Menyakitkan
43
Bab.43. Pembohong!
44
Bab.44. Aku Membencimu
45
Bab.45. Menolak
46
Bab.46. Bergosip Ria
47
Bab.47. Menghindar
48
Bab.48. Senang
49
Bab.49. Tidak Masalah
50
Bab.50. Penyakit Hati
51
Bab.51. Diam
52
Bab.52. Kesalahan
53
Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54
Bab.54. Tidak Terima
55
Bab.55. Putus
56
Bab.56. Murka
57
Bab.57. Pergi Jauh
58
Bab.58. Stres
59
Bab.59. Merindukanmu
60
Bab.60. Positif
61
Bab.61. Klien Besar
62
Bab 62. Liburan
63
Bab.63. Ke Hotel Dulu
64
Bab 64. Berat Hati
65
Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66
Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67
Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68
Bab.68. Takut Ditinggalkan
69
Bab.69. Anisa Kembali
70
Bab.70. Kebenaran
71
Bab.71. SAH
72
Bab.72. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!