"Bagaimana dengan anak saya dok? ini sudah hampir 12 tahun dia berada disini. Apa belum ada kemajuan dok?" tanya Suban.
"Alhamdulilah keadaan Abian satu tahun terakhir ini sudah memiliki kemajuan pak. Tapi saya tidak tahu, apa itu berlaku juga untuk anda atau tidak." Jawab dokter Yasmar.
"Yah...berkat rutin mengikuti terapi dan mengkonsumsi obat secara teratur, sekarang Abian sudah tidak lagi mengamuk. Dan kabar gembiranya, dia sudah merespon saat diajak bicara. Dia sudah mau berdialog dengan orang-orang tertentu. Bahkan dia sudah bisa meminta sesuatu." Jawab dokter Yasmar.
"Benarkah? apa yang dia minta?" Suban begitu antusias menyambut kabar bahagia itu.
"Sejauh ini dia hanya minta buku dan pena saja. Sepertinya Abian juga anak yang cerdas." Jawab dokter.
"Dokter benar. Seharusnya Bian harapanku dimasa depan. Tapi karena kesalahanku, aku kehilangan harapanku. Apa dokter tahu? dulu saat selolah dia selalu mendapat ranking pertama. Dan setiap dia mendapat ranking pertama, aku akan memberikan dia satu permintaan yang akan aku kabulkan," mata Suban berkaca-kaca saat mengingat masa lalu Abian, Ardan dan dirinya.
"Andai waktu bisa diputar kembali. Aku pasti tidak akan memaksakan kehendakku. Sehingga aku dan anak-anakku pasti hidup bahagia sekarang," sambung Suban.
"Lalu gadis cantik ini siapa. Hem?" tanya dokter Yasmar.
"Ini Alda. Saya sudah menikah kembali 7 tahun yang lalu, dan ini putri bungsu saya." Jawab Suban.
"Oh ya. Apa saya bisa menjenguk anak saya dok?" tanya Suban.
"Boleh pak. Tapi saya sarankan tetap waspada. Karena kita masih belum tahu bagaimana respon dia saat melihat anda." Jawab dokter Yasmar.
"Ya. Saya ingin sekali mempertemukan Alda dengan kakaknya. Moga saja saat bertemu dengan Alda, responnya semakin baik," ujar Suban dengan senyum Semringah.
Alda menggenggam jari Suban saat melewati koridor panjang. Karena memang ruangan Abian berada paling ujung.
Tok
Tok
Tok
"Abian. Ayah masuk ya!"Suban selalu meminta izin terlebih dahulu sebelum memasuki kamar Abian.
Ceklek
Suban dan Alda perlahan memasuki kamar itu, dan berdiri tepat dihadapan Abian yang tengah menghadap tembok. Bisa Abian lihat, rambut Suban sudah hampir memutih sepenuhnya. Suban juga terlihat jauh lebih tua jika dibandingkan 12 tahun yang lalu.
Sementara Suban menatap putranya itu dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak tahan untuk tidak memeluk putra kesayangannya itu. Sudah berusia 27 tahun, Abian terlihat tampan dan dewasa. Abian bahkan memelihara jambang diwajahnya, dengan rambut yang dibiarkan gondrong terurai.
"Abian. Apa kabarmu nak?" tanya Suban sembari mengusap wajah dan rambut putranya itu.
"Lihat siapa yang Ayah bawa? dia Alda, adikmu. Seperti yang Ayah bilang tahun lalu. Ayah sudah menikah kembali 7 tahun yang lalu, dan memilikki anak. Alda, salim sama kakak kamu!" ujar Suban.
Tangan mungil Alda kemudian meraih tangan Abian dan menciumnya. Setelah itu mata Alda dan mata Abian beradu. Tanpa Suban duga, Abian menyunggingkan senyum pada Alda. Suban sangat terharu melihat pemandangan langka itu. Namun senyum itu segera lenyap, saat Suban mulai bersuara kembali.
"Abian. Ayah sangat bahagia, karena kamu sudah merespon meskipun sedikit. Kamu cepat sembuh ya! biar kamu bisa pulang, dan berkumpul bersama Ayah, Ibu, dan Alda di rumah," ucap Suban.
Namun Abian kembali merespon Suban dengan kesunyian. Dan itu membuat wajah Suban penuh dengan keputusasaan.
"Puas sekali melihat wajahmu yang putus asa itu. Seperti itulah yang aku rasakan, saat kamu merenggut kak Ardan dalam hidupku," batin Abian.
"Kak Bian. Kak Bian masih sakit? cepat sembuh ya kak! kalau sembuh bisa ajak Alda main. Alda kesepian dirumah," ucapan polos Alda mampu menggetarkan hati Abian. Pria tampan itu kembali tersenyum dan mengusap puncak kepala Alda.
"Sepertinya Bian sangat menyukai Alda. Seharusnya diumur sekarang dia memang sudah harus menikah dan punya anak. Apa kalau dijodohkan dengan seorang gadis, dia bisa memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami? aku tidak perduli dengan masalah nafkah, aku bisa menghidupi dia dan istrinya. Tapi masalah urusan ranjang...."
"Ckk...lagipula dijaman sekarang mana ada gadis yang mau menikahi pria punya riwayat keterbelakangan mental," batin Suban.
"Alda. Ayo kita pulang dulu! kak Abian mau istirahat, nanti kita datang lagi buat jengukkin kakak kamu," ujar Suban.
"Kakak. Alda pulang dulu ya! kakak cepat sembuh ya! biar nanti kita jalan-jalan ke mall, terus beli ice cream," perkataan Alda mengingatkan Abian pada sosok Ardan yang menginginkan ice cream sebelum dia meninggal.
Abian menganggukkan kepalanya, dan itu membuat mata Alda berbinar terang.
"Abian. Ayah sama Alda pulang dulu ya! kapan-kapam Ayah akan jengukkin kamu lagi," ujar Suban.
Tidak ada respon lagi dari Abian. Pria tampan itu bahkan berbaring dan membelakangi pria parubaya itu. Suban sangat sedih, saat melihat respon putranya itu yang masih dingin padanya. Suban menutup pintu itu perlahan, dan Abian bisa bernafas lega setelah melihat kepergian Ayahnya itu. Setelah yakin Suban sudah pergi jauh, Abian segera mengganti pakaiannya kembali dan pergi dari rumah sakit itu.
*****
"Sumarno, Surani, Sumantri dan Sukamto. Umur bapak sepertinya ndak akan lama lagi. Bapak cuma berpesan buat kalian sebagai anak-anak dan mantu. Tetaplah akur sesama saudara. Bapak juga sudah membagi rata semua warisan, karena kalian 4 saudara laki-laki. Meski Sumarno anak tertua laki-laki, bapak tidak melebihkan ataupun mengurangi bagiannya. Semua sudah bapak bagi dengan adil dan merata," ucap Sugiono dengan nafas yang tersenggal-senggal.
"Bapak jangan ngomong gitu pak. Bapak pasti sembuh," ujar Sumarno dengan suara bergetar.
"Iya Mbah. Anisa yakin Mbah sehat lagi, Mbah harus banyak beristirahat," timpal Anisa sembari menggenggam erat tangan Sugiono.
"Lihat deh. Pencitraan banget kan dia? padahal dia sangat senang kalau mbah cepat meninggal, kan mereka bisa dapat rejeki nomplok dan nggak jualan sayur lagi di pasar," bisik Stevi pada saudara sepupunya yang lain.
"Betul. Dia kan sebentar lagi di wisudah, jadi perawat. Belagu amat orang tua penjual sayur, tapi mau jadi sarjana," timpal Mita.
"Ya mau gimana lagi. Uang orang tuanya cuma mampu buat kuliahin dia jurusan itu. Kalau kita kan beda alam sama dia. Aku berdo'a banget setelah lulus jadi dokter, kerjanya satu rumah sakit sama dia. Jadi aku bisa nindas dia sepuasnya. Gedeg banget aku lihat mukanya yang sok cantik itu," ujar Dea.
"Sumarno. Bisa kamu ambilkan semua sertifikat didalam loker itu?" ucap Sugiono lirih.
"Ya pak." Jawab Sumarno yang kemudian mengambil beberapa map yang berada di dalam loker lemari.
Perlu diketahui. Sugiono memiliki perkebunan teh dan kelapa sawit yang terbilang sangat luas. Sugiono juga memiliki usaha peternakan ikan dan ayam boiler. Semua dikelolah oleh ketiga anaknya, hanya Sumarno yang tidak ikut andil. Sumarno memang tidak sekolah tinggi seperti adik-adiknya, karena saat dirinya sekolah SD, Sugiono belum mampu menyekolahkan Sumarno kejenjang yang lebih tinggi. Sumarno terpaksa putus sekolah, dan membantu Sugiono membajak sawah orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Dyana Arsi
semngat
2022-07-24
1
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
blm apa² seh niatan jelek aj tu sdra tiri 😏😏
2022-07-20
0
Lenkzher Thea
Semangat terus thor
2022-07-19
0