Bab.3. Pindah

"Kak. Rumahnya kecil sekali? bagusan rumah kita yang lama," bisik Abian.

Ardan meletakkan jari telunjuk didepan bibirnya. Ardan sangat takut kalau Suban mendengar ucapan Abian.

"Sekarang ibu kalian sudah nggak sama kita lagi. Jadi ayah harap kalian bisa mengurus diri kalian masing-masing. Tugas Ayah mencari uang, sementara tugas kalian mengurus rumah dan belajar," ucap Suban.

"Sebentar lagi tempat tidur kalian akan sampai. Segera rapikan pakaian kalian kedalam lemari," sambung Suban.

Suban pergi keluar rumah yang kedua anaknya pun tidak tahu kemana.

"Kak. Kalau kita pindah, apa sekolah kita juga akan dipindahkan?" tanya Abian.

"Sepertinya begitu. Pokoknya jangan banyak bicara. Kamu tahu sendiri ayah tidak suka dibantah. Sekarang lebih baik keluarkan pakaianmu dari dalam kardus, dan susun dilemari." Jawab Ardan.

"Aku tidak bisa melakukannya. Nanti semuanya terjatuh dan tidak rapi," ujar Abian.

"Ya sudah bantu kakak mengeluarkan semuanya saja, biar kakak yang akan menyusunnya," ucap Ardan.

"Aku lapar," ujar Abian.

"Kita akan makan setelah Ayah datang. Kakak tidak punya uang lagi buat beli makanan," ujar Ardan.

Bibir Abian cemberut. Bukannya membantu Ardan menyusun pakaian, dia malah duduk di kursi plastik usang sembari memangku dagunya dengan tangan. Ardan tidak memarahi adiknya itu, dia membiarkannya saja. Karena memang sifat Ardan lembut dan penyayang. Sementara meski berusia lebih muda, Abian memiliki watak yang keras dan kritis.

"Sepertinya tempat tidur kita sudah datang," ujar Ardan saat melihat sebuah mobil pickup datang di depan rumah.

Ranjang susun terbuat dari besi, bukan barang baru bagi mereka. Itu tempat tidur yang dipindahkan dari rumah lama. Tidak hanya ranjang besi itu, sebuah kasur busa berukuran besar milik ayah merekapun juga datang bersama tempat tidur mereka.

"Makasih Om," ucap Ardan saat semua barang mereka sudah diturunkan.

Sementara di tempat berbeda Suban tengah mencari-cari lokasi yang pas untuk menyewa ruko sederhana. Dengan hasil penjualan sisa barang di depot kayu dan toko bangunan, dan juga uang penjualan rumah. Suban memutuskan untuk membuka usaha berjualan sembako yang lumayan besar. Setelah menemukan tempat yang pas, Suban mulai membeli barang-barang di toko grosir. Untuk menunjang sarana usahanya, Suban juga membeli sebuah mobil pickup bekas pakai.

Suban pulang ke rumah saat waktu menunjukkan pukul 4 sore. Ardan yang melihat kedatangan Suban, memberanikan diri meminta uang untuk membeli makanan. Minimal dia tidak mendengar lagi rengekkan dari Abian yang kelaparan.

"A-Ayah. Boleh minta uang buat beli nasi? Abian sakit perut karena lapar. Kami cuma makan tadi pagi dengan mie instan," tanya Ardan dengan jantung yang berdegup.

Suban yang melupakan hal itu segera mengeluarkan uang dari dompetnya. Uang senilai 15 ribu yang membuat mata Ardan berbinar.

"Beli makanan yang mengenyangkan. Ayah baru merintis usaha, jadi kalian harus belajar berhemat. Ayah tidak memperbolehkan kalian jajan, kalau ingin jajan berusaha sendiri," ucap Suban.

"Iya Yah." Jawab Ardan.

Ardan segera berbalik badan setelah meraih uang dari tangan Suban. Setelah itu dia pergi membeli nasi bungkus di warteg dan beberapa gorengan.

"Bian. Bangun! kamu mau makan tidak?" tanya Ardan setengah berbisik.

Mendengar kata-kata makanan, Abian lansung beranjak dari tempat tidur. Satu nasi bungkus, dikeroyok dua orang. Untunglah Ardan membeli gorengan, karena dia tahu nasi itu tidak akan cukup untuk mereka yang benar-benar kelaparan.

"Ekkkkk...aammm," Abian bersendawa cukup keras.

"Kakak mintak duit sama ayah?" tanya Abian.

"Ya. Aku takut kamu pingsan, soalnya wajahmu sudah pucat." Jawab Ardan sembari bersandar di ranjang besi miliknya.

"Ada ibu memang sedikit lenih baik, meskipun kita juga sering di omeli. Tapi nggak ada ibu jauh lebih parah, kita harus berusaha mati-matian buat ngisi perut. Terus kita harus bagaimana kak?" tanya Abian.

"Katanya Ayah sedang merintis usaha. Mungkin kita susah hanya sementara. Tunggu sampai usaha ayah berjalan, kita pasti nggak akan susah lagi." Jawab Ardan.

"Usaha apa?" tanya Abian.

"Tidak tahu." Jawab Ardan.

"Usaha sembako. Kalian tidak perlu tahu seperti apa cara Ayah mencari uang. Tugas kalian hanya belajar. Pokoknya mulai semester depan Ayah nggak mau melihat nilai kalian kecil. Ayah ingin kalian mendapat juara pertama di kelas,"

Ardan dan Abian terkejut, karena Suban mendengar percakapan mereka.

"Ta-Tapi Yah. Itu mana mungkin. Mendapat juara pertama sangat sulit," ucap Ardan yang langsung mendapat pelototan mata dari Suban.

"Nggak ada yang nggak mungkin. Kalian sama-sama makan nasi. Kalau orang lain bisa, kalian juga bisa. Ayah nggak mau mendengar alasan. Minimal kalian harus masuk 10 besar," ujar Suban yang membuat Ardan dan Abian terdiam.

Suban kemudian keluar dari kamar putra-putranya itu, yang meninggalkan tingkat stres yang tinggi untuk anak-anaknya.

Satu minggu telah berlalu, kini usaha yang Suban rintis mulai berjalan dan sedikit-sedikit membuahkan hasil. Seminggu pertama Ardan dan Abian membantu Suban menunggu toko yang cukup ramai pengunjung. Setelahnya Suban merekrut dua orang Karyawan untuk membantunya di toko.

Sebagai pria normal, Suban tentu membutuhkan sentuhan seorang wanita. Karena trauma dengan pernikahan, Suban lebih memilih berhubungan dengan menyewa jasa wanita penghibur. Dan yang membuat Ardan dan Abian tidak suka adalah, Suban sering membawa wanita asing ke rumah.

"Apa sih yang mereka kerjakan di kamar? dia kan bukan ibu kita?" tanya Abian.

"Husssttt, lebih baik kita belajar saja," ucap Ardan.

"Bosan belajar. Dikamar sebelah juga berisik. Lebih baik kita pergi main saja," ujar Abian.

"Pergilah. Tapi jangan lama-lama, nanti ketahuan Ayah," ucap Ardan.

Namun tujuan Abian bukanlah bermain keluar, dia lebih memilih pergi ke toko Ayahnya dan mencuri uang ditoko itu nyaris setiap hari.

"Aku selalu melihat Ayah memberikan uang pada wanita itu setiap keluar dari kamar. Enak saja! sementara aku dan kakak seperti pengemis kalau minta uang sama dia," batin Abian.

"Bian? kamu kenapa disini? Ayah kan menyuruhmu belajar, bukan bantuin Ayah di toko," tanya Suban.

"Tadi sudah belajar. Tapi Ayah yang mengacaukan otakku." Jawab Abian dengan berani.

"Kenapa otakmu bisa kacau? jangan mencari-cari alasan. Awas saja kalau kamu tidak mendapat juara pertama semester nanti," tanya Suban.

"Ayah sama tante itu sangat berisik dikamar sebelah. Sebenarnya Ayah sama tante itu lagi main apa? terus setelah main, tante itu Ayah berikan uang. Kalau berisik, aku dan kak Ardan jadi terganggu belajarnya. Itulah kenapa Bian kesini, bantuin jaga toko." Jawab Abian.

Suban melirik kearah dua karyawannya yang berpura-pura tidak mendengar. Dan sejak hari itu pula Suban tidak pernah membawa wanita asing ke kamarnya, meskipun dia masih melakukannya di luar rumah.

Terpopuler

Comments

Denos.Aries

Denos.Aries

ya Allah Abian 😂
lebih baik diam 😅

2022-08-21

1

Sumawita

Sumawita

Semoga Ardan SM bian JD anak yg baik dan sukses

2022-08-03

0

Rara.Maheswari

Rara.Maheswari

kak Neti Emang Jagonya ,,Buat pembacanya Meleleh kayah Mozarella,,!!!😭😭

2022-08-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab.1. Anak Bodoh
2 Bab.2. Berselingkuh
3 Bab.3. Pindah
4 Bab.4. Penderitaan Dimulai
5 Bab.5. Duka Abian
6 Bab.6. Cacat Mental
7 Bab.7. Peringatan Kematian
8 Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9 Bab.9. Duka
10 Bab.10. Konspirasi
11 Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12 Bab.12. Tawaran Menikah
13 Bab.13. Permintaan Terakhir
14 Bab.14. kejujuran Suban
15 Bab.15. Kemarahan Abian
16 Bab.16. Amanat Sumarno
17 Bab.17. Sah
18 Bab.18. Menjemput Suami
19 Bab.19. Pulang Ke Rumah
20 20. Sindiran Mertua
21 Bab.21. Lamaran Kerja
22 Bab.22. Hari Pertama Kerja
23 Bab.23. Gaji Pertama
24 Bab.24. Gosip
25 Bab.25. Bedah Cesar
26 Bab.26. Kenangan Lama
27 Bab.27. Durian Runtuh
28 Bab.28. Berdebar
29 Bab.29. Jadwal Yang Sama
30 Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31 Bab.31. Hadiah Motor
32 Bab.32. Cengeng
33 Bab.33. Demam
34 Bab.34. Pisah
35 Bab.35. Hambar
36 Bab.36. Copet Di Mall
37 Bab.37. Bertemu Lagi
38 Bab.38. Mencari Anisa
39 Bab.39. Masih Mencari
40 Bab.40. Undangan
41 Bab.41. Menyebar Undangan
42 Bab.42. Menyakitkan
43 Bab.43. Pembohong!
44 Bab.44. Aku Membencimu
45 Bab.45. Menolak
46 Bab.46. Bergosip Ria
47 Bab.47. Menghindar
48 Bab.48. Senang
49 Bab.49. Tidak Masalah
50 Bab.50. Penyakit Hati
51 Bab.51. Diam
52 Bab.52. Kesalahan
53 Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54 Bab.54. Tidak Terima
55 Bab.55. Putus
56 Bab.56. Murka
57 Bab.57. Pergi Jauh
58 Bab.58. Stres
59 Bab.59. Merindukanmu
60 Bab.60. Positif
61 Bab.61. Klien Besar
62 Bab 62. Liburan
63 Bab.63. Ke Hotel Dulu
64 Bab 64. Berat Hati
65 Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66 Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67 Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68 Bab.68. Takut Ditinggalkan
69 Bab.69. Anisa Kembali
70 Bab.70. Kebenaran
71 Bab.71. SAH
72 Bab.72. Bahagia
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab.1. Anak Bodoh
2
Bab.2. Berselingkuh
3
Bab.3. Pindah
4
Bab.4. Penderitaan Dimulai
5
Bab.5. Duka Abian
6
Bab.6. Cacat Mental
7
Bab.7. Peringatan Kematian
8
Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9
Bab.9. Duka
10
Bab.10. Konspirasi
11
Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12
Bab.12. Tawaran Menikah
13
Bab.13. Permintaan Terakhir
14
Bab.14. kejujuran Suban
15
Bab.15. Kemarahan Abian
16
Bab.16. Amanat Sumarno
17
Bab.17. Sah
18
Bab.18. Menjemput Suami
19
Bab.19. Pulang Ke Rumah
20
20. Sindiran Mertua
21
Bab.21. Lamaran Kerja
22
Bab.22. Hari Pertama Kerja
23
Bab.23. Gaji Pertama
24
Bab.24. Gosip
25
Bab.25. Bedah Cesar
26
Bab.26. Kenangan Lama
27
Bab.27. Durian Runtuh
28
Bab.28. Berdebar
29
Bab.29. Jadwal Yang Sama
30
Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31
Bab.31. Hadiah Motor
32
Bab.32. Cengeng
33
Bab.33. Demam
34
Bab.34. Pisah
35
Bab.35. Hambar
36
Bab.36. Copet Di Mall
37
Bab.37. Bertemu Lagi
38
Bab.38. Mencari Anisa
39
Bab.39. Masih Mencari
40
Bab.40. Undangan
41
Bab.41. Menyebar Undangan
42
Bab.42. Menyakitkan
43
Bab.43. Pembohong!
44
Bab.44. Aku Membencimu
45
Bab.45. Menolak
46
Bab.46. Bergosip Ria
47
Bab.47. Menghindar
48
Bab.48. Senang
49
Bab.49. Tidak Masalah
50
Bab.50. Penyakit Hati
51
Bab.51. Diam
52
Bab.52. Kesalahan
53
Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54
Bab.54. Tidak Terima
55
Bab.55. Putus
56
Bab.56. Murka
57
Bab.57. Pergi Jauh
58
Bab.58. Stres
59
Bab.59. Merindukanmu
60
Bab.60. Positif
61
Bab.61. Klien Besar
62
Bab 62. Liburan
63
Bab.63. Ke Hotel Dulu
64
Bab 64. Berat Hati
65
Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66
Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67
Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68
Bab.68. Takut Ditinggalkan
69
Bab.69. Anisa Kembali
70
Bab.70. Kebenaran
71
Bab.71. SAH
72
Bab.72. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!