"Kak. Rumahnya kecil sekali? bagusan rumah kita yang lama," bisik Abian.
Ardan meletakkan jari telunjuk didepan bibirnya. Ardan sangat takut kalau Suban mendengar ucapan Abian.
"Sekarang ibu kalian sudah nggak sama kita lagi. Jadi ayah harap kalian bisa mengurus diri kalian masing-masing. Tugas Ayah mencari uang, sementara tugas kalian mengurus rumah dan belajar," ucap Suban.
"Sebentar lagi tempat tidur kalian akan sampai. Segera rapikan pakaian kalian kedalam lemari," sambung Suban.
Suban pergi keluar rumah yang kedua anaknya pun tidak tahu kemana.
"Kak. Kalau kita pindah, apa sekolah kita juga akan dipindahkan?" tanya Abian.
"Sepertinya begitu. Pokoknya jangan banyak bicara. Kamu tahu sendiri ayah tidak suka dibantah. Sekarang lebih baik keluarkan pakaianmu dari dalam kardus, dan susun dilemari." Jawab Ardan.
"Aku tidak bisa melakukannya. Nanti semuanya terjatuh dan tidak rapi," ujar Abian.
"Ya sudah bantu kakak mengeluarkan semuanya saja, biar kakak yang akan menyusunnya," ucap Ardan.
"Aku lapar," ujar Abian.
"Kita akan makan setelah Ayah datang. Kakak tidak punya uang lagi buat beli makanan," ujar Ardan.
Bibir Abian cemberut. Bukannya membantu Ardan menyusun pakaian, dia malah duduk di kursi plastik usang sembari memangku dagunya dengan tangan. Ardan tidak memarahi adiknya itu, dia membiarkannya saja. Karena memang sifat Ardan lembut dan penyayang. Sementara meski berusia lebih muda, Abian memiliki watak yang keras dan kritis.
"Sepertinya tempat tidur kita sudah datang," ujar Ardan saat melihat sebuah mobil pickup datang di depan rumah.
Ranjang susun terbuat dari besi, bukan barang baru bagi mereka. Itu tempat tidur yang dipindahkan dari rumah lama. Tidak hanya ranjang besi itu, sebuah kasur busa berukuran besar milik ayah merekapun juga datang bersama tempat tidur mereka.
"Makasih Om," ucap Ardan saat semua barang mereka sudah diturunkan.
Sementara di tempat berbeda Suban tengah mencari-cari lokasi yang pas untuk menyewa ruko sederhana. Dengan hasil penjualan sisa barang di depot kayu dan toko bangunan, dan juga uang penjualan rumah. Suban memutuskan untuk membuka usaha berjualan sembako yang lumayan besar. Setelah menemukan tempat yang pas, Suban mulai membeli barang-barang di toko grosir. Untuk menunjang sarana usahanya, Suban juga membeli sebuah mobil pickup bekas pakai.
Suban pulang ke rumah saat waktu menunjukkan pukul 4 sore. Ardan yang melihat kedatangan Suban, memberanikan diri meminta uang untuk membeli makanan. Minimal dia tidak mendengar lagi rengekkan dari Abian yang kelaparan.
"A-Ayah. Boleh minta uang buat beli nasi? Abian sakit perut karena lapar. Kami cuma makan tadi pagi dengan mie instan," tanya Ardan dengan jantung yang berdegup.
Suban yang melupakan hal itu segera mengeluarkan uang dari dompetnya. Uang senilai 15 ribu yang membuat mata Ardan berbinar.
"Beli makanan yang mengenyangkan. Ayah baru merintis usaha, jadi kalian harus belajar berhemat. Ayah tidak memperbolehkan kalian jajan, kalau ingin jajan berusaha sendiri," ucap Suban.
"Iya Yah." Jawab Ardan.
Ardan segera berbalik badan setelah meraih uang dari tangan Suban. Setelah itu dia pergi membeli nasi bungkus di warteg dan beberapa gorengan.
"Bian. Bangun! kamu mau makan tidak?" tanya Ardan setengah berbisik.
Mendengar kata-kata makanan, Abian lansung beranjak dari tempat tidur. Satu nasi bungkus, dikeroyok dua orang. Untunglah Ardan membeli gorengan, karena dia tahu nasi itu tidak akan cukup untuk mereka yang benar-benar kelaparan.
"Ekkkkk...aammm," Abian bersendawa cukup keras.
"Kakak mintak duit sama ayah?" tanya Abian.
"Ya. Aku takut kamu pingsan, soalnya wajahmu sudah pucat." Jawab Ardan sembari bersandar di ranjang besi miliknya.
"Ada ibu memang sedikit lenih baik, meskipun kita juga sering di omeli. Tapi nggak ada ibu jauh lebih parah, kita harus berusaha mati-matian buat ngisi perut. Terus kita harus bagaimana kak?" tanya Abian.
"Katanya Ayah sedang merintis usaha. Mungkin kita susah hanya sementara. Tunggu sampai usaha ayah berjalan, kita pasti nggak akan susah lagi." Jawab Ardan.
"Usaha apa?" tanya Abian.
"Tidak tahu." Jawab Ardan.
"Usaha sembako. Kalian tidak perlu tahu seperti apa cara Ayah mencari uang. Tugas kalian hanya belajar. Pokoknya mulai semester depan Ayah nggak mau melihat nilai kalian kecil. Ayah ingin kalian mendapat juara pertama di kelas,"
Ardan dan Abian terkejut, karena Suban mendengar percakapan mereka.
"Ta-Tapi Yah. Itu mana mungkin. Mendapat juara pertama sangat sulit," ucap Ardan yang langsung mendapat pelototan mata dari Suban.
"Nggak ada yang nggak mungkin. Kalian sama-sama makan nasi. Kalau orang lain bisa, kalian juga bisa. Ayah nggak mau mendengar alasan. Minimal kalian harus masuk 10 besar," ujar Suban yang membuat Ardan dan Abian terdiam.
Suban kemudian keluar dari kamar putra-putranya itu, yang meninggalkan tingkat stres yang tinggi untuk anak-anaknya.
Satu minggu telah berlalu, kini usaha yang Suban rintis mulai berjalan dan sedikit-sedikit membuahkan hasil. Seminggu pertama Ardan dan Abian membantu Suban menunggu toko yang cukup ramai pengunjung. Setelahnya Suban merekrut dua orang Karyawan untuk membantunya di toko.
Sebagai pria normal, Suban tentu membutuhkan sentuhan seorang wanita. Karena trauma dengan pernikahan, Suban lebih memilih berhubungan dengan menyewa jasa wanita penghibur. Dan yang membuat Ardan dan Abian tidak suka adalah, Suban sering membawa wanita asing ke rumah.
"Apa sih yang mereka kerjakan di kamar? dia kan bukan ibu kita?" tanya Abian.
"Husssttt, lebih baik kita belajar saja," ucap Ardan.
"Bosan belajar. Dikamar sebelah juga berisik. Lebih baik kita pergi main saja," ujar Abian.
"Pergilah. Tapi jangan lama-lama, nanti ketahuan Ayah," ucap Ardan.
Namun tujuan Abian bukanlah bermain keluar, dia lebih memilih pergi ke toko Ayahnya dan mencuri uang ditoko itu nyaris setiap hari.
"Aku selalu melihat Ayah memberikan uang pada wanita itu setiap keluar dari kamar. Enak saja! sementara aku dan kakak seperti pengemis kalau minta uang sama dia," batin Abian.
"Bian? kamu kenapa disini? Ayah kan menyuruhmu belajar, bukan bantuin Ayah di toko," tanya Suban.
"Tadi sudah belajar. Tapi Ayah yang mengacaukan otakku." Jawab Abian dengan berani.
"Kenapa otakmu bisa kacau? jangan mencari-cari alasan. Awas saja kalau kamu tidak mendapat juara pertama semester nanti," tanya Suban.
"Ayah sama tante itu sangat berisik dikamar sebelah. Sebenarnya Ayah sama tante itu lagi main apa? terus setelah main, tante itu Ayah berikan uang. Kalau berisik, aku dan kak Ardan jadi terganggu belajarnya. Itulah kenapa Bian kesini, bantuin jaga toko." Jawab Abian.
Suban melirik kearah dua karyawannya yang berpura-pura tidak mendengar. Dan sejak hari itu pula Suban tidak pernah membawa wanita asing ke kamarnya, meskipun dia masih melakukannya di luar rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
YuWie
oalah suban suban..
2024-08-17
0
Mukmini Salasiyanti
hadehhh
brrti pria gk. normal. itu...
krn pasangan nya gk halal...
hihiiiiii
2024-06-13
0
Denos.Aries
ya Allah Abian 😂
lebih baik diam 😅
2022-08-21
1