Bab.9. Duka

"Sumarno. Ini kamu terima bagianmu. Bapak sudah memberikan nama untuk tiap map. Kalian bisa ambil bagian kalian masing-masing. Dalam satu map berisi sekitar 20 sertifikat. 5 sertifikat untuk setiap 5 hektar perkebunan teh. Dan 15 sertifikat untuk 15 kapling perkebunan sawit," ujar Sugiono dengan nafas naik turun.

"Untuk peternakan ayam boiler itu semua ada 20 kandang. Kalian bisa membaginya menjadi 4 bagian. Dan untuk peternakan ikan, kalian bisa membaginya sendiri. Bapak yakin kalian bisa berbuat adil. Bapak serahkan semua pembagian pada kamu Sumarno. Sebagai anak paling tua, kamu harus bisa mengambil sikap,"

"Iya pak." Jawab Sumarno. Pria itu tidak terlalu fokus dengan pembagian harta yang Sugiono lakukan, dia lebih sedih karena memikirkan kesehatan bapaknya itu.

Nafas Sugiono makin lama makin berat. Air mata Sumarno semakin deras sembari berbisik sesuatu untuk membimbing orang tuanya itu, agar jalannya menuju sang pencipta dipermudah. Tidak berapa lama kemudian Sugiono menarik nafasnya, dan kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.

Tangis Sumarno, Anisa, dan Kusmini pecah. Mereka masih belum rela kehilangan orang tua sebaik Sugiono.

"Sudahlah mas. Daripada sedih tidak berguna, lebih baik kita cepat urus jenazah bapak. Biar cepat kelar urusannya," ujar Sukamto

Sumarno menyeka air matanya. Dia tidak menggubris ucapan kasar adiknya itu. Itu dia lakukan demi jenazah almarhum bapaknya. Terlebih Sumarno juga sudah paham dengan perangai adik-adiknya itu.

"Buk'e. Kamu cepat beritahu pengurus masjid, kalau bapak sudah meninggal. Kita butuh bantuan pengurus jenazah," ujar Sumarno.

"Iya Pak'e." Jawab Kusmini yang segera beranjak dari tempat duduknya.

"Nisa. Kamu beli keperluan untuk jenazah. Seperti kain kafan, kapas, minyak, pokoknya semua keperluan jenazah,"ujar Sumarno.

"Iya pak." Jawab Nisa yang kemudian bergegas pergi membeli barang-barang sesuai yang diperintahkan oleh Sumarno.

"Surani, Sukamto dan Sumantri. Kalian urus dulu jenazah bapak disini. Lepas pakaiannya sebelum dimandikan, dan tutupi jenazahnya dengan kain panjang. Aku akan menemui tukang gali kubur, dan mencari tanah pemakaman untuk bapak," ujar Sumarno sembari beranjak dari duduknya.

Sumarno pergi tanpa menuggu persetujuan dari adik-adiknya itu. Tidak ada yang tahu betapa sedihnya dia saat ini. Sementara adik-adiknya saling berpandangan, saat melihat sertifikat Sumarno yang dibiarkan tergeletak begitu saja di lantai.

"Kamu pasti tahu apa yang aku pikirkan saat ini," ujar Surani anak kedua Sugiono, sembari menaikkan alisnya.

"Iya mas. Yang penting sampeyan amankan lebih dulu sertifikat itu. Nanti setelah tahlilan bapak, baru kita akan diskusikan lagi," ujar Sumantri setengah berbisik.

"Kamu memang selalu bisa mengerti apa yang aku pikirkan Sumantri. Sekarang cepat urus jenazah bapak, semakin cepat semakin bagus," ucap Surani.

Pemakaman Sugiono sudah dilakukan. Namun rasa duka yang ditinggalkan masih begitu sangat terasa bagi Sumarno. Dia bahkan lupa tentang sertifikat yang sudah diberikan oleh almarhum bapaknya.

*****

Tujuh hari sudah berlalu. Maka selama 7 hari pula Sumarno tidak berjualan ke pasar. Padahal sayuran yang dia tanam sendiri, sudah sangat siap dipanen dan dipasarkan. Namun Sumarno yang masih berduka hanya berdiam diri di kamar dan tidak melakukan apapun.

"Pak. Bapak harus ikhlaskan kepergian si Mbah. Mbah pasti ndak suka bapak larut dalam kesedihan seperti ini. Ingat loh, bapak sudah diberi kepercayaan oleh si Mbah buat menjaga kebun teh dan sawit. Kebun itu harus di urus pak. Jangan kecewakan si Mbah," ujar Anisa.

Sumarno tiba-tiba teringat dengan keberadaan Sertifikat yang diberikan oleh Sugiono.

"Ndok. Apa sertifikat yang diberikan Mbahmu kamu yang simpan?" tanya Sumarno.

"Ndak pak. Bukannya waktu itu bapak yang terima sertifikatnya?" tanya Anisa.

"Buk'e juga ndak nyimpan. Apa mungkin sertifikatnya ilang pak? kan waktu itu kita sibuk ngurus jenazah bapak. Atau mungkin saudara-saudara sampeyan yang simpan pak?" tanya Kusmini.

"Kalau begitu telpon saja paklek Surani, Sukamto dan Sumantri. Mungkin salah satu dari mereka ada yang nyimpan sertifikatnya," ujar Anisa.

Sumarno terlihat menarik nafas panjang.

"Bapak cuma pesan sama kalian. Kalau kita sampai ndak mendapat apa-apa jangan sedih. Kalau8 sertifikat itu berada di tangan mereka, akan sulit kita mendapatkannya lagi," Sumarno seolah paham apa yang akan terjadi kedepannya.

"Tapi kenapa pak? itu kan sudah menjadi hak kita," tanya Anisa.

"Nisa. Tanpa harta itu kita bisa mencari rejeki dengan cara lain. Tapi jangan sampai kita bertikai, hanya karena perebutan harta warisan. Apalagi sampai melakukan pertumpahan darah. Kita akan menanyakannya baik-baik, kalau mereka tidak ingin memberikannya ya sudah tidak usah dipaksakan." Jawaban Sumarno membuat Anisa memutar bola mata dengan malas.

Anisa tahu Sumarno bukan orang serakah. Bapaknya itu sama sekali tidak tergila-gila dengan harta kekayaan orang tuanya. Dia lebih suka mencari rejeki dengan caranya dan sesuai kemampuannya.

"Besok bapak akan mendatangi semua paklekmu untuk menanyakan sertifikatnya," ujar Sumarno.

"Biar Nisa temani pak," ucap Anisa.

"Tidak usah. Bapak bisa datang sendiri, kamu urus saja skripsimu. Bulan depan kamu harus di wisudah bukan?" tanya Sumarno.

"Skripsiku sudah selesai pak. Tinggal nunggu sidang 3 hari lagi. Bapak do'akan Nisa ya pak? biar cepat lulus, biar cepat dapat kerja juga." Jawab Anisa.

"Daripada nemuin mereka secara langsung, kenapa ndak di telpon saja pak'e. Maaf bukannya buk'e mau nyinggung sampeyan pak. Tapi adik-adik sampeyan itu mudah tersinggung dan pemarah. Nanti dikiranya Pak'e nuduh mereka nyuri, padahal pak'e cuma nanya," ujar Kusmini.

"Jadi biar aman, dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan lebih baik telpon saja Pak'e. Ini demi keselamatan sampeyan," sambung kusmini.

"Buk'e benar pak. Kalau bapak ndak mau aku ikut, ya lebih baik telpon saja," ujar Anisa.

"Ya sudah kalau mau kalian begitu. Kalau begitu biar nanti malam saja nelponnya. Sekarang lebih baik kita keladang memetik sayuran, mulai besok kita akan mulai jualan lagi," ujar Sumarno yang disambut antusias oleh Kusmini dan Anisa.

Merekapun pergi keladang, aktifitas yang sudah tidak mereka lakukan hampir selama minggu. Sementara ditempat berbeda, Suban tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit, karena mengalami sesak. Memang akhir-akhir ini Suban sering mengalami batuk dan sesak. Dokter memvonis Suban terkena paru-paru dan harus menjalani pengobatan selama 6 bulan secara rutin. Bukannya sedih mendengar kabar itu, Abian sangat senang dan berharap Suban segera menemui ajalnya.

Terpopuler

Comments

Audya

Audya

Kena paru-paru?

2022-10-13

0

gaby

gaby

Warisan itu emang nyeremin. Sodara bs jadi musuh cm gara2 warisan.

2022-09-27

0

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜

oh.. warisan, knp pasti jadi rebutan🤦‍♀️🤦‍♀️

2022-07-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab.1. Anak Bodoh
2 Bab.2. Berselingkuh
3 Bab.3. Pindah
4 Bab.4. Penderitaan Dimulai
5 Bab.5. Duka Abian
6 Bab.6. Cacat Mental
7 Bab.7. Peringatan Kematian
8 Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9 Bab.9. Duka
10 Bab.10. Konspirasi
11 Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12 Bab.12. Tawaran Menikah
13 Bab.13. Permintaan Terakhir
14 Bab.14. kejujuran Suban
15 Bab.15. Kemarahan Abian
16 Bab.16. Amanat Sumarno
17 Bab.17. Sah
18 Bab.18. Menjemput Suami
19 Bab.19. Pulang Ke Rumah
20 20. Sindiran Mertua
21 Bab.21. Lamaran Kerja
22 Bab.22. Hari Pertama Kerja
23 Bab.23. Gaji Pertama
24 Bab.24. Gosip
25 Bab.25. Bedah Cesar
26 Bab.26. Kenangan Lama
27 Bab.27. Durian Runtuh
28 Bab.28. Berdebar
29 Bab.29. Jadwal Yang Sama
30 Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31 Bab.31. Hadiah Motor
32 Bab.32. Cengeng
33 Bab.33. Demam
34 Bab.34. Pisah
35 Bab.35. Hambar
36 Bab.36. Copet Di Mall
37 Bab.37. Bertemu Lagi
38 Bab.38. Mencari Anisa
39 Bab.39. Masih Mencari
40 Bab.40. Undangan
41 Bab.41. Menyebar Undangan
42 Bab.42. Menyakitkan
43 Bab.43. Pembohong!
44 Bab.44. Aku Membencimu
45 Bab.45. Menolak
46 Bab.46. Bergosip Ria
47 Bab.47. Menghindar
48 Bab.48. Senang
49 Bab.49. Tidak Masalah
50 Bab.50. Penyakit Hati
51 Bab.51. Diam
52 Bab.52. Kesalahan
53 Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54 Bab.54. Tidak Terima
55 Bab.55. Putus
56 Bab.56. Murka
57 Bab.57. Pergi Jauh
58 Bab.58. Stres
59 Bab.59. Merindukanmu
60 Bab.60. Positif
61 Bab.61. Klien Besar
62 Bab 62. Liburan
63 Bab.63. Ke Hotel Dulu
64 Bab 64. Berat Hati
65 Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66 Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67 Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68 Bab.68. Takut Ditinggalkan
69 Bab.69. Anisa Kembali
70 Bab.70. Kebenaran
71 Bab.71. SAH
72 Bab.72. Bahagia
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab.1. Anak Bodoh
2
Bab.2. Berselingkuh
3
Bab.3. Pindah
4
Bab.4. Penderitaan Dimulai
5
Bab.5. Duka Abian
6
Bab.6. Cacat Mental
7
Bab.7. Peringatan Kematian
8
Bab.8. Dikucilkan Keluarga
9
Bab.9. Duka
10
Bab.10. Konspirasi
11
Bab.11. Jangan Tinggalin Anisa
12
Bab.12. Tawaran Menikah
13
Bab.13. Permintaan Terakhir
14
Bab.14. kejujuran Suban
15
Bab.15. Kemarahan Abian
16
Bab.16. Amanat Sumarno
17
Bab.17. Sah
18
Bab.18. Menjemput Suami
19
Bab.19. Pulang Ke Rumah
20
20. Sindiran Mertua
21
Bab.21. Lamaran Kerja
22
Bab.22. Hari Pertama Kerja
23
Bab.23. Gaji Pertama
24
Bab.24. Gosip
25
Bab.25. Bedah Cesar
26
Bab.26. Kenangan Lama
27
Bab.27. Durian Runtuh
28
Bab.28. Berdebar
29
Bab.29. Jadwal Yang Sama
30
Bab.30. Sama-Sama Tidak Pulang
31
Bab.31. Hadiah Motor
32
Bab.32. Cengeng
33
Bab.33. Demam
34
Bab.34. Pisah
35
Bab.35. Hambar
36
Bab.36. Copet Di Mall
37
Bab.37. Bertemu Lagi
38
Bab.38. Mencari Anisa
39
Bab.39. Masih Mencari
40
Bab.40. Undangan
41
Bab.41. Menyebar Undangan
42
Bab.42. Menyakitkan
43
Bab.43. Pembohong!
44
Bab.44. Aku Membencimu
45
Bab.45. Menolak
46
Bab.46. Bergosip Ria
47
Bab.47. Menghindar
48
Bab.48. Senang
49
Bab.49. Tidak Masalah
50
Bab.50. Penyakit Hati
51
Bab.51. Diam
52
Bab.52. Kesalahan
53
Bab.53. Penyesalan Tak Berguna
54
Bab.54. Tidak Terima
55
Bab.55. Putus
56
Bab.56. Murka
57
Bab.57. Pergi Jauh
58
Bab.58. Stres
59
Bab.59. Merindukanmu
60
Bab.60. Positif
61
Bab.61. Klien Besar
62
Bab 62. Liburan
63
Bab.63. Ke Hotel Dulu
64
Bab 64. Berat Hati
65
Bab.65. Ikan Salmon Misterius
66
Bab.66. Tidak Menerima Sedekah Lagi
67
Bab.67. Cinta tidak bisa dipaksakan
68
Bab.68. Takut Ditinggalkan
69
Bab.69. Anisa Kembali
70
Bab.70. Kebenaran
71
Bab.71. SAH
72
Bab.72. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!