Aku terpaku memandangi hujan yang menetes di luar jendela rumahku.
Setelah kejadian waktu itu di rumah sakit, aku mendadak pingsan lalu setelah sadar aku sudah berada di rumah, rumah umi dan abi lebih tepatnya.
Aku tidak tau kenapa aku bisa berada di rumah abi dan umi, saat aku tanya pada mereka, keduanya hanya bisa bungkam.
Abi dan umi bilang padaku untuk beristirahat saja tidak usah memikirkan hal-hal yang berat dulu nanti kepalaku bisa sakit lagi katanya.
Aku tidak tau juga kenapa kepalaku bisa kesakitan seperti itu belakangan ini, lebih tepatnya saat aku menikah dengan Arya.
Kepalaku mendadak sakit, kadang aku tidak tau dan tidak bisa mendeskripsikan bagaimana rasa sakitnya itu.
Kriett
"Vidya." Aku menolehkan kepalaku ke arah pintu kamarku yang terbuka menampilkan sosok Umi yang sedang berdiri di sana.
"Ada apa Umi?" Tanyaku, beliau pun menghampiri diriku. Ia duduk di tepi ranjangku dan memandang wajahku lekat.
"Ada apa?"
Aku bertanya sekali lagi pada umi, karna aku merasa tatapan Umi padaku tidak seperti biasanya. Ada sorot ke sedihan yang terlihat di mata umi, aku tidak tau apa yang sedang umi fikirkan saat ini tapi aku yakin ada sesuatu yang Umi sembunyikan dariku.
"Bagaimana keadaanmu? Kepalamu masih pusing?"
"Sedikit tapi sudah lebih baik dari sebelumnya." Ujarku, Umi menganggukkan kepalanya lalu tersenyum.
Tangan umi terulur untuk mengelus kepalaku, lalu aku melihat mata Umi mulai berkaca-kaca. Tunggu dulu? Umi menangis?
"Umi ada apa? Kenapa Umi menangis?" Tanyaku yang langsung menghapus air mata yang mentes di pipi Umi.
Umi tersenyum ia mengelengkan kepalanya.
"Umi baik-baik saja, maaf kan Umi." Aku mengerenyitkan dahiku bingung dengan perkataan Umi barusan.
"Kenapa Umi meminta maaf? Ada apa mi? Apa ada hal yang ingin Umi ceritakan pada Vidya?"
"Tidak ada, Umi hanya....ah sudahlah sebaiknya kamu istirahat ya jangan fikirkan hal apapun dulu saat ini nanti kepala kamu sakit lagi." Setelah mengatakan itu Umi bangkit dari duduknya, namun aku menahan tangannya dan Umi pun menoleh padaku.
"Apa yang Umi coba sembunyikan dari Vidya? Apa Vidya tidak boleh tau?" Umi melepaskan tanganku yang tadi menahan pergelangan tangannya, Umi malah mengengam tanganku lalu mengecup nya dengan sayang.
"Tidak ada yang harus di beritahu kan pada Vidya, istirahat saja sayang umi mohon jangan banyak berfikir hal yang aneh-aneh dulu, umi sayang Vidya." Setelah mengatakan itu Umi pergi ke luar dari kamarku dan aku tidak menghentikan Umi seperti sebelumnya.
Aku kembali menatap ke arah jendela luar kamarku, hujan semakin bertambah deras.
Fikiranku kembali bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang Umi coba sembunyikan dariku? Apa yang ingin umi katakan padaku? Kenapa Umi terlihat begitu berat dan sedih ketika mau mengatakannya? Ada apa ini?
Lalu aku kembali teringat tentang sekelebat ingatan yang aku lihat sebelum aku pingsan, wanita itu....bagaimana kelanjutannya? Apakah ia lolos dari kelima laki-laki itu? Lalu siapa laki-laki yang menolongnya? Apa hubungannya dengan ku?
Sssshhh, mencoba mengingat semua itu malah membuat kepalaku kembali terasa sakit.
Akhirnya aku mencoba untuk tidak mengingatnya dulu untuk sementara waktu, aku lebih memilih untuk kembali memandangi hujan.
Arya... kenapa aku jadi kefikiran dirinya? Aish padahal dia sudah membuatku kesakitan sebelumnya kenapa pula aku masih sempat-sempatnya memikirkan pria menyebalkan itu.
Derttt...derttt
Pandanganku yang sebelumnya sedang menikmati rintik air hujan, kemudian teralihkan ke arah gawai milikku yang bergetar.
Aku menggambil gawaiku dan melihat siapa yang menghubungiku.
"Halo, Assalamu'alaikum?" Ujarku mengawali pembicaraan dan tak lama ada suara yang menyauti ku.
"Wa'alaikumussalam dan halo juga Vidyaaa, ya ampunn kangen bangett udah lama gk denger suara Vidya." Aku menjauhkan sedikit gawaiku dari telinga karna suara teriakan membahana itu yang bisa-bisa malah membuat telingaku sakit nantinya.
"Astagfiruallah Hana, sebegitu kangennya kah kamu sama aku? Haha."
"Tentuu aku kangen kamu, orang toh kamu udah gk masuk kuliah dua bulan. Gimana aku gk kangen coba, eh btw video call aja ya aku pengen liat wajahmu."
"Han-" sambungannya terputus, Hana mematikannya telebih dahulu.
Dia memang tidak pernah berubah selalu saja heboh, Hana adalah si ratu heboh yapss dia adalah salah satu sahabatku di kampus, walaupun dia begitu heboh tapi aku tetap sayang kok dengan Hana hehe, karna kadang ada saja tingkah konyol nya yang membuatku tertawa.
Kemudian gawaiku kembali berdering, kali ini Hana tak main-main dengan ucapannya, dia benar-benar mengirimkan panggilan video.
Klik
"Halo Vidya, ya ampunn aaa Vidya kok makin cakep aja sih huhu, gemes." Aku terkekeh mendengar ucapan Hana yang begitu hiperbola, gadis itu meskipun aku memakai cadar tapi dia tetap saja selalu memujiku cantik, sepertinya sejauh ini yang aku tau hanya dia yang tidak pernah menghina atau menatap rendah penampilanku dan cadarku ini.
"Alhamdulillah, Hana juga tambah cantik tapi kalau pakai hijab pasti lebih cantik." Aku tersenyum sementara di seberang sana Hana terlihat hanya menunjukkan cengirannya.
"Hehe iya iya nanti Hana coba pake hijab deh ya." Aku tersenyum mendengarnya, aku memang sudah sering menasihati atau membujuk Hana untuk memakai hijab tapi sepertinya gadis itu memang belum siap.
Namun meskipun begitu aku senang karna Hana masih mau jika aku ajak pergi ke kajian bersamaku meskipun dia hanya ikut satu kali dalam seminggu.
"Vidya kapan nih kamu ke kampus lagi? Gk kangen kuliah apa? Gk kangen Hana juga kah?"
"Kangen, kangen banget aku tuh. Tapi aku gk tau kapan aku bakalan masuk kuliah lagi." Aku tersenyum sendu pada Hana, aku sendiri juga tidak tau kapan aku akan kuliah lagi, sebelumnya atau lebih tepatnya setelah dua minggu menikah aku sempat pergi kuliah namun itu hanya dalam kurun waktu dua bulan saja karna Arya memintaku untuk di rumah jadi aku menurut saja.
Tapi aku juga tak bisa menyangkal kalau aku begitu merindukan untuk bisa masuk kuliah lagi, aku ingin bertemu dengan Hana dan aku juga ingin belajar sekaligus mengejar ketertinggalanku.
"Ah iya aku lupa, aku tadi di suruh Bunda ke warung hehe aku matiin dulu ya, tapi sebelum itu cepet masuk lagi ya Vidya. Jangan lama-lama nanti kamu kangen aku hehe, byee Vidyaa."
Klik
Panggilan Video pun kembali di matikan, aku menghela nafasku lalu tersenyum sendu dan kembali menatap hujan.
Hujan semakin bertambah deras, langit juga terlihat begitu gelap.
Aku menghela nafasku tak terasa sudah jam 10 malam, aku pun mencoba untuk segera tidur karna kebetulan aku juga sudah mengantuk.
*******
Aku seperti berada di suatu tempat yang tidak aku kenal lalu aku mendengar sebuah teriakan yang memekak telinga.
Aku pun penasaran dan mencari tau darimana asal teriakan itu.
Aku berlari, lalu langkah ku terpaku.
Aku melihat adegan itu lagi, seperti de javu. Aku pernah melihat ini sebelumnya, wanita itu dan lima orang laki-laki yang berbuat tidak senonoh padanya.
"Hentikan...jangan!" Teriakku tapi sepertinya mereka tidak mendengarku sama sekali, aku hendak melangkah maju tapi tidak bisa kaki ku terpaku di tempat.
Aku juga tidak bisa melihat wajah wanita itu karna tertutupi oleh para laki-laki bejad itu.
"Tolongg diaa...hiks...tolong." entah kenapa walaupun aku hanya melihat nya saja, tapi aku merasa ikut merasakannya.
Rasa sakit dari teriakan wanita itu, raungan tangis yang menjadi-jadi yang menyatu dengan irama air hujan yang kian deras.
Ada apa ini? Kenapa aku kembali melihat ini? Kenapa terasa begitu menyakitkan?
Suara tangis wanita itu makin terasa pilu menyayat hatiku, aku semakin terisak mendengarnya, aku ingin menolong wanita itu tapi aku tidak bisa.
Suara tawa yang menguar dari kelima orang laki-laki itu, seolah-olah apa yang mereka lakukan adalah hanya permainan biasa, mereka tidak perduli pada wanita itu yang menangis kencang.
"Dia terlalu berisik, kita berhenti dulu bermainnya. Cepat tutup mulutnya dulu." Perintah salah satu dari kelima laki-laki itu, lalu yang di perintah itu pun langsung menyekap mulut wanita itu dengan kain.
Aku masih tidak bisa melihat wajah wanita itu.
Lalu kelima laki-laki itu kembali melanjutkan perbuatan bejad tak berperikemanusiaan mereka.
"Woi, lepasin dia!" Kemudian terdengar sebuah suara, aku melihat sosok seorang pria yang berhasil menghentikan perbuatan keji kelima laki-laki itu.
Pria itu berjalan dan mendekat ke arah lima orang laki-laki itu sementara wanita itu? Sedang terkulai tak berdaya dengan kondisi nya yang sudah mengenaskan.
Semakin pria itu melangkah mendekat, aku semakin bisa melihat jelas wajah itu.
Deg
Pria itu...Aku mengenalnya, bahkan aku sangat tau siapa dia.
Kenapa? Kenapa bisa dia? Ada apa semua ini? Sebenarnya apa yang terjadi? Apa hubungan pria itu dengan wanita itu...?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Siti Asmaulhusna
ini lagi mimpi apa knyataan yaa banyak ktukar nya 😬😬😬
2020-08-09
1