Aku menghela nafas ku gusar, seraya menatap ke arah jalanan yang tampak ricuh dengan suara klakson kendaraan yang saling bersahutan.
Fikiran ku sedang berkelana pada kejadian satu jam yang lalu, yang membuat ku berfikir bahwa pada saat itu riwayat ku akan tamat dan nyata nya memang seperti itu.
Kejadian yang tak pernah aku harapkan sama sekali di dalam kehidupan namun kini malah terjadi, kejadian yang memilukan yang membuat diri ku ingin menangis ketika mengingat nya.
Pria aneh itu, kalian pasti bertanya-tanya setelah nya apa yang terjadi pada kami? Setelah bernegosiasi dengan pria aneh dan menyebal kan itu akhirnya dia mau mengakui bahwa aku tidak mengoda nya sama sekali, dan dia juga bilang bahwa apa yang kami alami adalah murni kesalah pahaman.
Pada awal nya pak RT serta warga yang lain nya tak terima tapi entah bagaimana pria aneh itu begitu pandai bersilat lidah hingga akhir nya kami di izin kan pulang ke rumah masing-masing.
Dan setelah itu pria aneh itu pun kembali mengingatkan ku akan janji yang harus aku tepati, perjanjian yang sungguh membuat diri ku tertekan.
Bayangkan saja bagaimana jika kalian berada di posisi ku? Di lamar secara mendadak oleh seorang pria yang tidak ku kenal, ah lebih tepat nya bukan di lamar tapi ini semacam perjanjian yang mau tidak mau harus aku tepati karna janji adalah hutang yang harus di tepati.
"Halte delima," ujar knek bis yang saa ini sedang aku tumpangi ini
Seketika aku pun kembali tersadar dari lamunan panjang ku, lalu aku pun segera bergegas turun dari bis dan menatap ke arah tempat yang bertuliskan 'Pangkalan Ojek' namun di sana terlihat sepi.
Mungkin para ojek sedang mengantar para penumpang nya, aku pun menghela nafas ku gusar dan akhir nya memutuskan untuk menunggu ojek di halte.
Gawai ku berbunyi, rupanya itu panggilan masuk dari Umi lalu tanpa fikir panjang aku pun segera mengangkat nya.
"Halo,Assalamu'alaikum Umi," sapa ku pada Umi.
"Wa'alaikumussalam, kamu dimana dek? Kenapa belum pulang? Tadi Umi telephone kok gk di angkat? Jangan pulang larut malam ya pokok nya sebelum Adzan Isya sudah harus sampai di rumah."
"Maaf Umi,tadi handphone Vidya di silent jadi notif panggilan dari Umi gk terdengar sama Vidya, dan Insyaallah Vidya akan usahakan pulang cepat," Ujar ku lalu di lanjut dengan beberapa ucapan Umi yang kembali mengingatkan aku untuk segera pulang ke rumah lalu panggilan pun di akhiri oleh umi.
Aku melihat jam yang ada di gawai ku, jam sudah menunjukkan pukul 18.48 dan aku pun mulai merasa khawatir tidak bisa sampai rumah tepat waktu.
Aku semakin cemas, sedangkan waktu sudah berjalan dengan cepat.
Aku berdoa pada Allah semoga aku bisa sampai rumah tepat waktu, lalu tak lama adzan Isya pun berkumandang.
Aku memejamkan mata ku, mencari jalan keluar agar aku dapat memecahkan masalah yang sedang aku hadapi saat ini.
Lalu aku membuka mata ku, manik mata ku menatap ke arah motor yang berjalan ke arah ku.
Motor itu semakin mendekat, lalu yang membuat ku terkejut adalah motor itu berhenti tepat di hadapan ku.
"Butuh tumpangan?" Tanya pengendara motor tersebut.
Aku mengerenyit ketakutan lalu memundurkan langkah, menjauh dari pengendara motor misterius yang tidak aku kenal sama sekali.
"Mau bareng gk?" Tanya pengendara motor lagi.
Aku hanya terdiam lalu aku melihat pergerakkan pengendara motor itu yang perlahan membuka helm full face nya.
Aku begitu terkejut melihat rupa asli dari pengendara motor tersebut dengan jelas tanpa terhalang helm.
"Kamu?! Ngapain?" Tanya ku dengan nada tidak suka dan dia malah tersenyum menyebalkan padaku.
Lalu ia pun turun dari motor nya, badan ku sedikit bergetar melihat nya namun aku mencoba bersikap biasa dan melawan rasa takut ku.
"Apa begitu cara menyambut calon suami yang baik dan benar?" Tanya pria tersebut yang tidak lain tidak bukan adalah pria aneh yang sudah membuat perjanjian beberapa jam lalu dan perjanjian yang tentu nya tak pernah sama sekali pun terlintas di fikiran ku.
"Kenapa lo belum pulang?" Tanya nya pada ku.
Aku mengalihkan pandangan ku dari nya dan memilih untuk menatap ke sembarang arah.
"Kalau orang nanya tuh di jawab, punya mulut kan? Emang itu mulut cuma di jadiin pajangan doang?" Tanya nya begitu sinis.
"Gk usah sok perduli, mau aku sudah pulang atau belum itu tidak ada hubungannya denganmu," ujar ku lagi dan aku mendengar pria aneh itu menghela nafas nya kasar.
"Ayo gue anter lo pulang, gue gk nerima penolakan. Lo tolak gue, gue akan cerita semua nya ke Umi lo itu. Kalau tadi anak nya-"
"Jangan, jangan pernah cerita apapun pada umi," pintaku memelas di akhir kalimat.
Dan akhirnya mau tidak mau aku pun harus menuruti perintah nya.
Aku duduk menyamping di belakang, dengan posisi tas ku yang berada di tengah-tengah sebagai pembatas antara aku dan pria aneh ini.
Pria aneh itu melajukan motor nya, dalam hati aku terus meminta maaf pada Allah atas apa yang sedang aku lakukan saat ini.
Di sepanjang perjalanan tidak ada obrolan yang tercipta di antara kami, karna kami berdua hanya bungkam.
Tak berkata apa-apa hingga akhir nya kami tiba di gang komplek rumah ku.
"Berhenti di sini saja," Ujar ku sambil menepuk-nepuk tas ku yang menjadi pemisah di antara kami.
"Terimakasih sudah mengantar saya. Assalamu'alaikum," ujar ku lalu berjalan hendak pulang ke rumah, namun sesuatu malah menghentikan pergerakkan langkah ku.
"Jangan pegang-pegang," ucapku dengan menepiskan tangannya yang mengenggam pergelangan tanganku.
Astagfiruallahaladzim, Ya Allah orang ini benar-benar sangat menguji kesabaran ku.
"Ada apa?!" Tanyaku dengan nada tak bersahabat karna aku malas berbasa- basi dengannya.
"Gue minta nomor lo," ujar nya sambil menyodorkan gawai miliknya ke arah ku.
"Untuk apa kamu mau nomor saya?" Tanya ku.
"Buat ngehubungin calon istri gue," ujar nya membuat ku semakin emosi.
Ya Allah, Astagfiruallahaladzim kenapa orang ini sangat menyebalkan sekali?
"Kalau lo gk mau ngasih nomor lo, gue ikut ke rumah lo dan gue bakal-"
"Jangan! Oke baiklah, saya akan kasih nomor saya ke kamu," ujar ku pada akhir nya, ya mau bagaimana lagi dia selalu mengancam ku sedaritadi.
Akhirnya aku pun menggambil gawai nya lalu menuliskan nomor telphone ku setelah itu aku mengembalikan gawai tersebu padanya.
"Oke, gue pulang dulu. Sampai bertemu lagi ... calon istri," ujar nya seraya tersenyum miring, senyuman yang entah mengapa membuat ku selalu merasa tertekan.
Senyuman itu ... senyuman yang begitu merendahkan, Astagfiruallahaladzim kalau terus-terusan bersama orang ini lama-lama bawaannya pengen seudzon terus.
Akhirnya dia pergi juga lalu aku pun kembali melanjutkan langkah ku menuju rumah.
Aku harus bertemu umi dan meminta maaf karna sudah pulang telat hari ini.
Aku rasa malam ini adalah malam yang sangat melelahkan aku berharap semoga hari-hari berikut nya dapat berjalan dengan baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Siti Asmaulhusna
jangan2 dia lagi tamu special kya
2020-08-08
0
LineStory
aku jejak thor
semngat up,
mampir yuk ke karyaku
2020-05-20
0
Hhh
Kok wanita becadar bxk yg gangguin.Kyakx wanita becsdar it dsegani orang.Kok kblik.Krn ad dalilx ulurkn lah jilbabmu spy orng tdk mengganmu
2020-05-18
2