Zalam hobah dari author, ini part terpanjangg jadi gais happy reading!
-
-
-
-
-
Aku mengerjapkan mataku saat aku merasakan seseorang mengusap kepalaku dengan lembut.
Aku pun mengangkat kepalaku, lalu tatapanku menubruk manik mata Arya.
Tangan Arya yang tadi terulur untuk mengusap kepalaku pun ia tarik kembali.
Ia terlihat salah tingkah dan memalingkan wajahnya karna ketahuan mengelus kepalaku.
Aku tersenyum melihat tingkahnya, aku merasa senang karna ia sudah sadarkan diri.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar." Ujarku memberikan senyuman kebahagianku pada Arya.
Arya menatapku lama, aku tertegun saat ia menatap mataku begitu lama tidak seperti biasanya.
"Arya maaf aku-"
"Terimakasih." Aku membulatkan mataku, ketika mendengar ucapan terimakasih dari Arya.
"Hah?" Aku memasang wajah tidak percayaku, lalu yang makin membuatku tidak percaya Arya tertawa padaku.
Tuk
"Aduhh." Aku meringis kesakitan saat sesuatu mengenai kepalaku.
Aku mengangkat kepalaku, dan melihat Arya menatapku dengan wajah datarnya.
Aku mengerjapkan mataku, jadi? Yang aku lihat sebelumnya hanya mimpi? Senyuman dan ucapan terimakasih Arya hanya mimpi? Bagaimana bisa aku memimpikan pria itu.
Lihatlah dia walaupun sedang sakit tapi wajahnya tetap terlihat sangat menyebalkan.
"Terimakasih." Aku terperangah kaget, ini seperti yang ada dalam mimpiku, tapi jika di dalam mimpiku setelah ini Arya akan tersenyum padaku.
"Hah?" Tanyaku memastikan bahwa aku tidak salah dengar.
"Ck lo budek ya? Gue bilang makasih." Aku menghela nafasku ternyata lagi-lagi sangat tidak sesuai ekspetasi.
"Lo yang bawa gue ke rumah sakit kan? Naik apa ke sini? Nanti gue bayar semuanya lo gk usah khawatir."
"Tidak perlu, aku tidak minta ganti rugi dari kamu." Kataku menolak ganti rugi dari Arya.
"Gk gue tetep akan bayar semua pertolongan lo, gue gk mau punya hutang budi sama orang kaya lo."
Jleb
Kalian tau bagaimana rasanya? Jika kebaikan dan ketulusan kalian di salah artikan? Rasanya begitu menyakitkan.
Apalagi suami ku sendiri yang mengatakannya, ia seolah-olah tidak mempercayai diriku padahal aku tulus mengantarnya ke rumah sakit tadi.
"Aku menolong kamu dengan ikhlas, jadi kamu gk perlu bayar apapun. Saya permisi." Aku menghela nafasku lalu beranjak ingin pergi dari ruangan ICU ini.
"Tunggu dulu." Aku menghentikan langkahku lalu membalikkan badan menatap Arya yang menghentikan langkahku.
"Gue pinjem ponsel lo buat nelpon Siren." Ujar Arya, aku memberikan ponselku.
Kebetulan sebelum nya ponselku sempat di charger terlebih dahulu.
Aku membiarkan Arya menelpon Siren, mungkin dia merindukan gadis itu.
"Ini ponsel lo." Arya memberikan ponsel itu padaku.
"Lo mau kemana?" Tanya Arya, tumben sekali dia bertanya pada diriku.
"Pulang." Jawabku singkat, Arya terlihat mengelengkan kepalanya.
"Jangan pulang, lo harus di sini sama gue."
"Kenapa? Bukannya Siren akan datang ke sini?" Tanyaku, Arya terlihat mengelengkan kepalanya lagi.
"Dia gk datang, dia lagi dalam perjalanan ke Singapura ada pameran busana yang harus ia hadiri di sana." Aku menganggukkan kepalaku, aku tau selain menjadi model Siren juga mengarap sebagai desainer, otomatis gadis itu pasti akan sangat sibuk.
"Kenapa aku harus di sini?" Tanyaku lagi, Arya terlihat berdecak.
"Karna lo istri gue, jadi lo harus berbakti sama gue bukannya begitu kan?" Aku menundukkan kepalaku, baru kali ini ia menyebut diri ku sebagai istrinya walaupun dengan wajah datar dan menyebalkannya.
"Gue laper."
"Baiklah, ini makanlah bubur ini." Aku memberikan semangkuk bubur pada Arya.
"Ck suapin gue."
"Hah?" Aku kembali terperangah, heran dengan sikap Arya yang tiba-tiba menjadi seperti ini, apa ini juga mimpiku?
"Aduh sakit."
"Lagian lo ngapain pake nyubit pipi lo segala?" Aku hanya meringis mendengar ucapan Arya, benar juga katanya kenapa juga aku mencubit pipiku seperti tadi, tapi tadi rasanya sakit berarti ini bukan mimpi?
"Ck gue minta lo suapin, bukan minta lo natapin muka gue terus." Aku gelagapan, aku mengangguk lalu segera menyuapkan bubur tersebut ke dalam mulut Arya.
Tidak ada lagi yang berbicara di antara aku dan Arya, kami berdua sama-sama terdiam.
"Gue kasih waktu dua tahun." Aku menatap Arya bingung, dan Arya malah menatapku juga.
"Untuk apa?"
"Untuk lo bisa bebas dari gue." Aku mengerenyitkan dahi bingung.
"Gue bakalan ngelepasin lo setelah dua tahun itu, lo bisa bebas dari gue, dan gue bisa bebas dari lo setelah itu gue bisa memulai hidup baru dengan Siren."
Aku menatap tidak percaya pada Arya, apa yang ia katakan barusan? Kenapa dia berbicara seperti itu?
"Ka...kau berniat akan menceraikanku?" Tanya diriku dengan suara terbata-bata.
"Iya, setelah dua tahun aku akan menceraikan mu."
Aku tersenyum sendu mendengar ucapan Arya barusan, ia akan menceraikanku?
Aku tidak tau apa yang harus aku katakan lagi, lidahku mendadak kelu. Bukan ini yang aku inginkan, bukan perceraian yang aku mau.
Aku tidak mau ada perceraian di pernikahan ini, tidak apa-apa jika Arya sering memarahi ku, aku masih sanggup tapi jika dia mau menceraikanku? Aku tidak sanggup rasanya, pernikahan bukanlah permainan yang bisa dimainkan begitu saja.
"Arya." Panggilku sambil menatapnya nanar.
"Aku tidak ingin bercerai darimu, tak apa jika kau belum mencintaiku tak apa jika kau masih membenciku. Aku akan berusaha dan berdoa lebih keras lagi agar hatimu dapat luluh padaku, tapi Arya jika perihal perceraian aku tidak bisa. Ini ikrar yang sakral bukan permainan."
Mataku mulai berkaca-kaca, aku menangkupkan kedua tanganku memohon padanya agar memikirkan keputusannya itu lagi.
"Lo fikir gue perduli? Mau sekeras apapun lo berusaha gue gk akan pernah suka dan cinta sama lo, selamanya gue akan membenci diri lo, karna apa? Karna lo itu penganggu, perusak ketenangan hidup gue."
Arya menatap ku dengan tatapan rendahnya, ia memasang senyum miring tak perduli pada diriku yang sekuat tenaga menahan diri agar tidak menangis.
"Kenapa kamu sangat membenciku?"
Tanyaku pada Arya, aku jengah dan lelah dengan sikapnya yang selalu membenci diriku, padahal aku tidak tau apa kesalahan yang telah aku perbuat kepadanya.
"Lo nanya kenapa gue benci sama lo? Karna lo itu tidak di harapkan, lo perusak hubungan gue dan Siren, hanya karna pemintaan Oma gue nikah sama lo dan gue juga tau Oma hanya kasian sama gadis malang korban pemerkosaan."
Aku menatap tidak percaya pada Arya, lagi-lagi dengan kejamnya ia menyebutku sebagai gadis korban pemerkosaan.
Apa yang dia bicarakan? Kenapa aku tidak mengerti? Apa aku memang benar korban pemerkosaan? Tapi kapan dan dimana? Aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
Setiap kali aku berusaha mengingat semuanya langsung terasa samar, kepalaku terasa sakit, dan telingaku mendengar suara-suara aneh yang membuatku hampir tak tahan mendengarnya.
"Arya! Kau tidak bisa memfitnahku seperti itu, aku bukan gadis korban pemerkosaan. Kamu salah besar Arya."
"Oh ya? Lo beneran lupa kayanya, biar gue kasih clue nya supaya lo inget." Arya terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu namun tidak lama karna ia kembali tersenyum sinis.
"Di belakang pasar baru."
Aku terdiam, kata yang di ucapkan Arya seakan tak asing di telingaku.
Aku memejamkan mataku saat kepalaku terasa sakit, suara itu... suara rintihan dan teriakan meminta tolong mulai terdengar lagi di telingaku.
"Saat itu hujan deras."
Arya kembali bersuara, hujan deras? Kemudian sekelebat ingatan terlintas di benak ku, aku merasakan kepalaku semakin bertambah berat.
Seorang wanita? Dan lima orang laki-laki? Siapa mereka? Kenapa mereka muncul dalam ingatanku? Wanita itu terlihat ketakutan tapi aku tidak bisa melihat wajah mereka dengan jelas.
Wanita itu berusaha lari namun tak bisa ia sudah terkepung, ia menangis dan mengatupkan kedua tangannya seperti sedang memohon kepada lima orang laki-laki yang mengelilinginya.
Wanita itu terlihat begitu ketakutan saat kelima lelaki itu mulai mendekat ke arahnya, mereka berlima tertawa melihat wanita itu yang semakin gemetar karna merasa ketakutan.
Kelima nya mulai mendekat, bahkan dua dari mereka mulai memegangi tangan wanita itu membuat wanita itu terus meronta ronta namun tenaganya tidak sebanding dengan para laki-laki itu.
Lalu kelima laki-laki itu mulai bertindak tidak senonoh dan keji pada wanita itu, mereka secara bergantian melakukan hal tidak pantas pada wanita itu.
Wanita itu meraung kesakitan, memohon untuk berhenti, ia menatap jijik wajah kenikmatan para lelaki itu, ia mengutuk dirinya sendiri yang tidak bisa berkutik sama sekali.
Wanita itu kehilangan harapannya bahkan masa depannya, ia merasa telah hancur berkeping-keping, ia tidak bisa melanjutkan hidup ini.
Saat hujan turun dengan lebat nya, seorang laki-laki datang dan mulai memberikan hukuman pada kelima laki-laki itu.
Lalu....setelahnya? Aku tidak bisa mengingatnya lagi, semuanya memburam dan terlihat samar.
"Kau sudah mengingatnya? Perlu aku bantu lagi?"
Aku mengelengkan kepalaku yang semakin terasa berat.
"Baiklah aku akan memberikan clue-"
"Cukup...kepalaku sangat sakit." Aku berucap dengan suara parau pada Arya.
Aku merasa kepalaku semakin sakit saja, aku membuka mataku dan melihat wajah Arya sudah memburam bahkan suaranya terdengar menjauh dari telingaku.
"Vidya? Lo gk apa-apa kan? Lo gk usah pura-pura kaya gitu."
Aku tidak lagi bisa mendengar suara Arya dengan jelas lagi.
"Arya.....aku."
Brukk
Setelah itu aku tidak tau apa yang terjadi, kepalaku semakin sakit, tubuhku terasa begitu lemas, dan hatiku? Hatiku merasa begitu tertekan.
Aku tak mendengar suara apapun lagi bahkan aku tak bisa melihat apapun lagi yang kulihat saat ini hanyalah kegelapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
hìķàwäþî
kl korban perkosaan y bkn munafik lah.. pelacur skalipun kl ud tobat, y g munfaik jg.. yg munafik kl pk cadar tp diam2 ngerjain zinah.. tipu2 (ingkar janji) & sring bgt boong.. bgicu.. maaf ilmu sy msh cetek
2021-03-03
0
Siti Asmaulhusna
klo emnag bgtu knapa tdk minta cerai saza atau bersyukur klo di cérai kan sama si arya
2020-08-09
1