Ketika, datang umi langsung menyambut ku dengan senyuman.
Beliau tidak marah ia menyuruh ku untuk segera menunaikkan sholat Isya namun berhubung aku sedang berhalangan, aku melaksanakan pesan umi yang lainnya yaitu untuk memakai pakaian terbaik ku hari ini karna kata umi tamu yang akan datang ke rumah kami adalah tamu yang istimewa.
Aku pun menuruti perkataan umi,aku membersihkan diri ku lalu setelah itu mulai memilah gamis yang akan aku pakai malam ini.
Aku menatap pantulan diri ku di cermin, gamis sudah melekat di tubuh ku, aku pun segera memakai kerudung lalu setelah itu memakai cadar ku.
Tok...tok...tok
"Adek, ayo cepet dek tamu nya akan segera sampai," ucap umi yang mengetuk pintu kamar ku, aku pun bergegas untuk keluar dari kamar.
"Masyaallah, putri umi cantik banget," ujar umi yang memuji ku.
"Alhamdulillah mi, kecantikan ini juga kan datangnya dari Allah mi." Ujar ku, Umi menganggukkan kepala nya lalu aku pun memutuskan untuk membantu Umi menyiapkan hidangan yang nanti akan di suguhkan untuk para tamu.
"Umi, tamu nya sudah datang mi." Ujar mbak Iyem, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah ku.
Umi pun segera bergegas menuju ke depan untuk menyambut para tamu nya, sementara aku? Aku Hanya menunggu di balik tembok yang menyekat antara ruang tamu dan dapur.
Sebenarnya aku sangat penasaran siapa tamu sepesial yang umi maksud, sehingga membuat umi sangat bahagia menyambut kedatangan tamu tersebut.
Aku melihat umi memasuki ruang tamu bersama dua orang sepasang suami istri yang sepertinya sepantaran dengan Umi, aku tersenyum lega aku menyimpulkan bahwa itu hanya lah tamu Umi biasa atau mungkin teman lama Umi yang sudah lama tidak berjumpa dengannya, ya mungkin saja begitu.
Aku pun kembali ke dapur membuatkan minuman untuk para tamu tersebut.
"Teh Vidya, Umi bilang tadi Teh Vidya di suruh segera antar minuman ini ke ruang tamu," ujar mbak Iyem pada ku, lalu aku pun mengangukkan kepala.
Aku pun segera mengangkat nampan yang berisi minuman, karna cemilannya sudah lebih dulu berada di ruang tamu.
"Masyaallah jadi ini Vidya, anak mu?" Tanya wanita paruh baya tersebut yang heboh ketika melihat kehadiran ku, aku pun hanya tersenyum di balik cadar ku.
Lalu perlahan meletakkan nampan berisi minuman tersebut di atas meja.
"Sini nak duduk dulu," ujar wanita paruh baya tersebut yang menyuruh aku untuk duduk di samping nya, dan aku pun hanya menurut saja.
"Wah kamu sudah besar ya. Tambah cantik aja," ujar wanita paruh baya itu lagi.
Sementara aku hanya diam saja mendengar nya, lalu aku mendengar kan nya berbicara dengan Umi.
Ia bertanya-tanya tentang diriku pada Umi dan di jawab dengan antusias oleh umi.
"Assalamu'alaikum, maaf saya datang terlambat."
Suara tersebut membuat kami semua menoleh, aku mengerenyit bingung dan bertanya-tanya dalam benak ku. Siapa kah laki-laki muda yang baru datang ini? Apakah dia juga tamu Umi? Aku baru tau tamu Umi sampai ke kalangan anak muda juga rupa nya.
"Wa'alaikumsalam, iya tidak apa-apa nak. Ayo silahkan duduk," Ujar Umi mempersilahkan pemuda itu untuk duduk, ia duduk di sofa yang berada tepat di sebrang ku.
Aku melirik ke arah pemuda itu dan saat aku sedang melirik ke arah nya tanpa sengaja aku melihat dia juga sedang melihat ke arah ku, lalu dengan cepat aku segera menundukkan kembali kepala ku seraya beristigfar.
"Ini dia putra kami Muhammad Barga Affandi," ujar pria paruh baya tersebut yang ternyata adalah ayah dari pemuda bernama Barga itu.
"Vidya ingat dengan Barga tidak?" Tanya wanita paruh baya tersebut pada ku.
Aku mengangkat wajah lalu menatap wajah wanita paruh baya yang seusia dengan umi ku itu dan aku mengelengkan kepala, karna aku tak ingat kalau pernah kenal dengan pemuda bernama Barga itu.
"Vidya lupa? Padahal dulu waktu masih kecil kamu dan Barga itu sahabat dekat loh bahkan saking dekat nya kalian sampai nangis jika di pisahkan satu sama lain," ujar Ibu nya Barga , Umi dan Ayah Barga hanya terkekeh.
Lalu mulailah mereka menceritakan tentang diri ku dan Barga yang kata nya adalah sahabat sejak masih kecil.
Aku melihat Barga yang sudah mulai terlihat larut dalam obrolan, jika kalian tanya apa yang aku lakukan saat ini? Aku hanya bisa diam saja dan memilih untuk terus menudukkan kepala ku sambil mendengarkan segala cerita yang mereka cerita kan tentang masa kecil ku dan Barga yang katanya adalah sahabat dekat.
"Wah jika mengenang masa kecil mereka ini, saya merasa bahwa kita ini sudah semakin tua saja ya haha," ucap Ayah Barga yang di sambut oleh derai tawa dari yang lainnya termasuk Barga dan terkecuali diriku.
"Baiklah langsung saja ya, tujuan kami kemari bukan hanya untuk bersilaturahmi tapi kami juga ingin menyampai kan suatu hal tertentu pada nak Vidya," ujar Ayah Barga.
Aku pun segera mengangkat wajah ku tatkala namaku di sebutkan.
"Dulu sekali kakek mu dan kakek nya Barga adalah sahabat dekat, mereka membuat sebuah perjanji yaitu menjodohkan cucu-cucu nya supaya bisa jadi besan kata nya. Lalu singkat cerita mereka pun memutuskan untuk menjodohkan kalian berdua," ujar Ayah Barga lagi.
Menjodohkan? Aku dan Barga? Di jodohkan? Ya Allah bagaimana bisa? Aku menatap ke arah umi yang juga sedang menatap ke arah ku.
Umi justru malah tersenyum dan mengangukkan kepala nya.
"Jadi kami datang ke sini untuk membahas masalah perjodohan mu dengan Barga, kami serahkan lagi semua nya pada mu karna Barga sendiri sudah menyetujui dan menerima dengan ikhlas perjodohan ini. Jadi bagaimana pendapat nak Vidya? Apakah nak Vidya mau menerima perjodohan ini?" Tanya Ibu nya Barga.
Sunggu ini semua di luar dugaan ku, aku tak menyangka bahwa kedatangan mereka ke sini untuk membahas perjodohan yang telah di buat oleh kakekku dan kakeknya Barga, dan apa kata Ibu Barga tadi? Barga menyetujui perjodohan ini? Bagaimana mungkin, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan saat ini, karna semua nya terjadi secara mendadak dan aku bahkan tak punya persiapan sama sekali.
"Bagaimana Vidya, kamu menerima perjodohan ini atau tidak nak?" Tanya Umi dan aku pun menatap Umi yang juga sedang menatap padaku.
Aku dapat melihat dengan jelas raut kebahagian yang terpancar dari wajah Umi.
"Maaf apakah boleh beri saya waktu untuk berfikir? Sejujurnya ini semua terlalu mendadak bagi saya," ujar ku pada akhirnua memilih untuk mengutarakan isi hati ku.
Ayah dan Ibu Barga, serta umi pun menganggukkan kepala mereka.
Mereka memberikan ku kesempatan selama seminggu untuk berfikir tentang perjodohan itu.
Setelah berbincang-bincang dengan Umi, Barga beserta keluarga nya pamit pulang, karna hari juga sudah semakin larut.
"Fikirkan baik-baik ya nak," ujar ibu Barga sebelum mereka pergi.
Aku hanya dapat menganggukkan kepala ku lalu menatap kepergian mobil mereka yang melesat pergi meninggalkan halaman rumah.
"Vidya. Umi mau bertanya," panggil Umi, yang membuat ku urungkan melangkahkan kaki untuk kembali ke kamarku.
"Ada apa umi?" Tanya ku pada Umi, beliau pun menyuruh ku untuk duduk di samping nya.
"Bagaimana pendapat mu tentang Barga?" Tanya Umi pada ku.
Aku mengerenyitkan dahi ku bingung, karna tiba-tiba saja Umi bertanya hal seperti itu pada ku.
"Maksud Umi?" Tanya ku bingung dan Umi malah tersenyum simpul, senyuman yang menyimpan seribu arti.
"Ya pendapat kamu tentang Barga, bukankah dia kriteria calon imam yang ideal buat kamu?" Tanya Umi lagi.
Aku tidak bisa menjawab nya sekarang karna sejujurnya aku juga tidak tau bagaimana kepribadian Barga saat ini, karna setelah bertahun-tahun tak bertemu aku yakin pasti dia sudah berubah tak seperti Barga kecil yang lugu nan polos seperti dulu walaupun aku masih tak ingat apakah aku pernah bersahabat dengannya atau tidak.
"Aku tidak tau mi, karna Vidya belum mengenal diri nya yang sekarang mi," jawabku pada umi.
Umi pun mengenggam tangan ku seraya tersenyum, senyuman yang terlihat sangat menenangkan.
"Kamu tau nak, Umi dan Abi menikah juga karna di jodohkan. Pada awalnya Umi tidak mau dan Um sempat memberontak, karna Umi berfikir bagaimana mungkin Umi bisa menikah dengan orang yang bahkan tidak Umi kenal sama sekali meskipun itu pilihan kakek dan nenek mu."
Umi menjeda cerita nya, ia kembali menatap ku dengan sorot mata penuh keseriusan.
"Tapi nenek mu bilang pada Umi,bahwa cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu seperti kata pepatah tak kenal maka tak sayang, dan akhirnya Umi pun menyetujui untuk menikah dengan Abi mu. Ternyata setelah menikah Umi malah di buat jatuh hati berkali-kali oleh sifat Abi mu yang ternyata romantis, hangat, dan juga humoris," ujar Umi yang mata nya berkaca-kaca mengingat kenangan nya dulu bersama Abi tatkala mereka masih sama-sama muda.
"Umi berharap kamu mau menerima perjodohan ini, karna Umi tau Barga adalah anak yang sholeh bahkan Barga sudah mendapat restu penuh dari Abi mu, sebagai calon kandidat menantu nya yang memenuhi semua kriteria nya," kata umi lagi dan aku hanya bisa tersenyum.
Sejujur nya ada banyak hal yang harus aku pertimbangkan dalam menerima perjodohan ini, ya ampun memikirkannya saja membuat kepala ku pusing.
"Istirahat lah, tenangkan fikiran mu semoga kamu membuat keputusan yang terbaik," kata Umi lagi lalu ia pun mencium kening ku, setelah itu aku pun pamit untuk kembali ke kamar.
Aku merebahkan tubuh ku di atas kasur empuk ku, tempat yang paling nyaman sedunia.
Aku pun menatap langit-langit kamar ku, malam ini begitu melelahkan karna aku harus mendapatkan dua tawaran untuk menikah sekaligus dan dari orang yang berbeda.
Yang pertama dari pria aneh itu dan yang ke dua dari Barga.
Lalu aku harus memilh yang mana? Aku sungguh bingung dan aku hanya bisa pasrah pada Allah yang telah mengatur jalannya takdir ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Siti Asmaulhusna
td si Barga nya apa tdk ikut dgn kel dtng ke rmh na si Vedya
2020-08-08
0