Aku menatap langit yang mulai mengelap.
Aku pun menoleh ke arah jam dinding yang saat ini menunjukkan pukul 17.30 tidak terasa ternyata sudah sore bahkan sudah hampir menjelang malam karna saking asik nya bekerja hingga aku lupa bahwa kini aku harus pulang.
Aku membuka gawai ku saat sebuah panggilan masuk ke dalam gawai ku, itu panggilan dari Umi dan tanpa fikir panjang lagi, aku pun segera mengangkat telpon dari umi ku tersayang.
"Halo, Assalamu'alaikum Umi?"
Lalu tak lama ada balasan suara dari seberang sana.
"Halo, iya dek Wa'alaikumussalam sayang. Vidya kamu kapan pulang? Umi kan tadi sudah bilang jangan pulang terlalu malam akan ada tamu spesial yang datang malam ini."
"Hehe Iya Umi sayang, sebentar lagi Vidya akan pulang. Tunggu saja ya dan soal tamu spesial itu Vidya usahakan pasti Vidya sampai tepat waktu Insyaallah, jadi umi tidak perlu khawatir lagi ya."
Aku mendengar suara helaan nafas Umi di sebrang sana, ia seperti nya khawatir pada ku dan aku pun tau Umi memang suka begitu.
Dia suka khawatir berlebihan padaku tapi tak apa, aku tau dia seperti itu pasti karna Umi menyayangi diri ku.
"Bukan begitu dek, entah mengapa perasaan Umi merasa tidak enak. Umi mengkhawatirkan diri mu sayang dan Umi merasa tidak tenang sebelum melihat mu langsung."
"Iya sabar Umi, Vidya sebentar lagi pasti tiba di rumah. Sudah dulu ya mi Vidya mau menganti pakaian dulu, sampai jumpa Umi Assalamu'alaikum."
"Ya sudah kalau ada apa-apa hubungi Umi ya, Wa'alaikumussalam."
Aku melihat layar gawai ku, panggilan ku dengan umi sudah berakhir.
Lalu setelah itu aku pun membereskan barang-barang ku dan berjalan ke arah Anita yang sedang mencatatan pesanan, lalu aku pamit pada nya dan juga pada rekan kerja ku yang lainnya.
Seperti biasa untuk pulang, aku harus melewati gang kecil itu agar bisa sampai di halte dengan cepat, kenapa aku tidak naik ojek online saja? Karna entah mengapa aku sangat ingin naik bis saja untuk saat ini.
Aku berjalan di gang tersebut namun aku merasa heran, kenapa gang ini selalu sepi? Ah entahlah aku juga tidak tau pasti alasannnya.
Dan aku berusaha untuk tidak memperdulikannya karna yang saat ini aku perdulikan adalah, aku harus bisa segera sampai rumah sebelum Adzan magrib berkumandang.
Aku menghentikan langkah ku saat aku melihat seseorang berjalan ke arah ku dan aku menyipitkan mata ku mencoba mengamati bahwa orang tersebut seperti tidak asing.
Dari wajah nya saja seperti terlihat tidak asing, aku menatap nya yang terus berjalan ke arah ku yang kini semakin mendekat.
Aku merongoh tas ku untuk menggambil kacamata agar aku bisa melihat dengan jelas.
Namun belum sempat aku menggambil kacamata, sebuah tangan besar sudah mencekal pergelangan tangan ku dan membuat diriku tersentak.
"Kita bertemu lagi cewek sok suci," ujar orang tersebut, membuat ku mengerenyit bingung.
Aku mencoba menatap nya lekat-lekat dan samar samar aku melihat manik mata nya, manik mata kecoklatan yang terlihat menghipnotis dan begitu indah di pandang.
"Kenapa? Lo terpesona sama gue?" Tanya nya sambil memasang senyuman sinisnya.
Aku pun seketika tersadar dan mencoba melepaskan pergelangan tangan ku yang di cengkram begitu kuat oleh pria itu, pria yang sama dengan pria kemarin malam yang sudah menghina diri ku.
Bukannya melepaskan cengramannya di pergelangan tangan ku, pria itu malah semakin maju membuat ku otomatis memundurkan diri.
Namun telak sudah! Aku tak bisa mundur lagi karna punggung ku sudah menyentuh tembok, jadi aku hanya bisa memejamkan mata ku dan berdoa pada Allah semoga aku bisa terbebas dari pria aneh ini.
"Kenapa? Takut? Dasar-"
"Heh?! Kalian lagi ngapain?!"
Aku dan pria itu sama-sama menoleh, lalu kami melihat seorang warga, dia menatap kami berdua dengan tatapan yang sulit di artikan sambil menggelengkan kepala nya.
"Bener-bener anak muda zaman sekarang, kalian berdua mau berbuat mesum di sini ya?!" Ujar warga tersebut lagi, yang membuat ku membulatkan mata.
Apa tadi kata nya? Berbuat mesum? Dengan pria menyebalkan ini? Astagfiruallahaladzim, aku tidak mungkin melakukan hal itu.
Momen ini pun aku pakai untuk melepaskan cengkraman tangan pria itu di pergelangan tangan ku yaitu dengan cara mengigit tangannya dengan kuat.
"Arggg sialan!" Ujar nya mengerang kesakitan.
"Pak saya gk berbuat mesum pak, Demi Allah Pak. Pria aneh ini yang mau nyakitin saya," ujar ku meminta tolong pada Bapak tersebut yang tadi baru saja menuduh kami melakukan mesum.
"Dia bohong Pak,dia yang mau ngegoda saya."
Astagfiruallahaladzim, pa-apaan dia ini? Kenapa dia berbohong? Ya Allah tolonglah hamba Mu ini Ya Allah.
"Nggak! Aku gk pernah ngegoda dia Pak jadi tolong percaya saya, saya gk pernah ngegoda dia. Dia bohong! Saya bukan pacar nya ... hiks percaya sama saya pak," ujar ku mencoba meyakinkan bapak tersebut.
"Ah apapun alasan kalian, lebih baik kalian ikut saya ke rumah pak RT. Biar beliau yang memutuskan semuanya di sana," ujar bapak tersebut.
Aku pun memejamkan mata ku, Ya Allah ujian macam apa ini? Aku tidak berbohong, Aku tidak pernah menggoda nya.
Tak ada pilihan lain, akhirnya aku dan pria menyebalkan itu pun di bawa oleh Bapak itu dan juga bersama beberapa warga yang seperti nya di ajak oleh bapak itu.
Kami berdua di ajak ke rumah pak RT dan sesampai nya di sana Bapak itu menjelaskan kronologis cerita yang sangat amat tidak benar kenyataannya itu.
"Gk nyangka ya, bercadar tapi liar."
"Ck, makannya jangan terlalu fanatik banget jadi orang."
"Mau jadi ninja kali ya? Hahah."
"Sok suci sih jadi orang!"
Aku hanya mampu memejamkan mata ku ketika mendengar suara-suara warga yang terang-terangan memberikan penilaian pada diri ku, ah lebih tepat nya pada cadar yang aku pakai ini.
Aku memang bukan wanita yang solehah seperti ibunda Fatimah Azzahra dan juga Ibunda Khadijah.
Tapi aku selalu berusaha untuk terus memperbaiki diri ku, memangnya apa salah nya bercadar? Lagi pula apa yang di tuduhkan mereka pada ku itu semua tidaklah benar, aku tidak melakukan perbuatan mesum.
"Apa benar kalian melakukan perbuatan mesum?" Tanya pak RT.
Aku pun menggelengkan kepala ku dan mencoba menyangkal namun saat aku ingin menjawab, pria menyebalkan itu malah memotong ucapan ku.
"Tidak pak," ucap nya yang membuat ku agak sedikiti lega.
"Kami tidak berbuat mesum, tapi perempuan ini terus mengoda saya pak."
Apa? Mengoda nya? Ya Allah ... kenapa dia tega memfitnah diri ku lagi? Aku? Mengoda nya? Astagfiruallahaladzim.
Tega sekali dia berbicara begitu pada ku, Ya Allah selamatkanlah aku, Umi, Abi tolong Vidya!
"Tidak pak, saya tidak pernah mengoda diri nya. Dia sudah berbohong Pak, saya tidak mengoda diri nya ... hiks ... hiks ... saya berkata jujur pak jadi percaya lah pada saya," ujar ku mengiba.
Namun para warga semakin mencibir diri ku dan mereka malah menyoraki ku.
Ya Allah aku tidak pernah membayangkan bahwa akan jadi begini, padahal aku hanya ingin pulang ke rumah tepat waktu, hanya itu saja.
"Sudah lah kamu mengaku saja," ujar pria menyebalkan itu yang mulai ikut memojokkan diri ku.
"Tolong berkata jujur pada mereka.
Katakan bahwa yang kamu katakan itu salah," ucap ku memohon pada pria itu.
"Sudah diam! Cepat hubungi orang tua kalian dan suruh datang ke sini, segera!"
Deg! Apa-apaan ini? Menghubungi orang tua? Bagaimana reaksi Umi dan Abi nanti saat tau putri nya sedang di sidang seperti ini oleh warga? Pasti hati Umi dan Abi akan hancur dan aku juga takut Umi penyakit jantung nya bisa kambuh.Tidak aku tidak mau membuat umi sakit.
Adzan Magrib berkumandang, Pak RT menyuruh warga untuk bubar dan beliau juga izin untuk melaksanakan sholat magrib terlebih dahulu.
Dan di sini tinggal kami berempat yaitu: aku, pria menyebalkan itu, dan istri pak RT serta anak nya.
Namun mereka berdua ada di dalam, mengawasi kami dari dalam, sementara kami kini berada di luar.
"Saya punya salah apa pada mu? Sehingga kamu rela berbohong pada semua nya tadi? Aku tidak pernah mengoda mu, bahkan aku saja tidak kenal siapa kamu."
Pria itu tersenyum sinis, ia menatap ku dengan tatapan yang sulit ku jelaskan.
"Aku tidak bisa memberitahu orang tua ku, terlebih pada Umi. Dia tidak boleh tau kalau dan kalau sampai tau penyakit nya bisa kambuh, umi punya riwayat penyakit jantung dan aku tidak mau sampai umi jatuh sakit. Jadi aku mohon mengertilah, aku akan lakukan apapun agar umi tidak terlibat dalam kejadian ini."
"Baiklah, gue akan berkata jujur sama mereka, tapi dengan satu syarat."
Aku menoleh pada nya, dengan tatapan penuh harap.
"Apa syarat nya?" Tanya ku pada nya.
"Lo harus jadi istri gue."
"Apa?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Siti Asmaulhusna
huuuuuuaaaaa sakit jiwa kyak nya itu orang
2020-08-08
0
Tarie Maryadi
padamu, dirimu, kok bhsnya terlalu formal ya menurut ku
2020-05-15
1