"Sifa! seru Siena mencari keberadaan Sifa. Sudah menjadi kebiasaan anak itu selalu menyembunyikan sepatu tiap kali Siena hendak berangkat bekerja.
" Pasti di sini dia sembunyi," gumam Siena membuka pintu kamar, dan benar saja Sifa sedang berdiri dengan kedua tangan di belakang menyembunyikan sepatu Siena.
"Sifa berikan sepatu kakak, tapi kakak harus berjanji belikan Sifa coklat."
Siena membungkukkan badan merangkul pundak Sifa, "tentu sayang, tanpa kau minta. Kakak pasti belikan kau coklat.
" Nih sepatunya." Sifa memberikan sepatu Siena dengan tatapan polos dan tersenyum manis.
"Terima kasih sayang," ucap Siena sembari mengambik sepatu dari tangan Sifa lalu memakainya. "Yuk, kita sarapan." Siena menarik tangan Sifa mengajaknya keluar kamar untuk sarapan. Mereka duduk di kursi meja makan bersama Ranti dan Zidan.
"Hari ini kakak minta kalian jaga Sifa dengan baik. Sepulang bekerja kakak akan carikan pengasuh buat Sifa juga untuk membantu di rumah ini," ucap Siena menecah keheningan di meja makan.
Ranti dan Zidan menganggukkan kepala, "iya kak, kami sudah minta izin pada Guru di sekolah."
"Baiklah, kakak berangkat dulu..kalian baik baik di rumah." Siena berdiri lalu ia mendekati Sifa dan mencium keningnya. "Jangan nakal ya." Sifa mengangguk cepat. Mereka tersenyum menatap Siena yang melangkahkan kakinya keluar ruangan.
***
Sesampainya di kantor, Siena langsung di panggil untuk menemui Keenan di ruangannya.
"Kau memamnggilku?" tanya Siena menatap Keenan yang terlihat kebingungan.
"Duduklah Si.." ucap Keenan merasa tak enak hati dan serba salah. Ia terdiam cukup lama hanya memainkan jari jari tangan di atas meja. Keenan tidak tahu harus bicara dari mana untuk memulainya.
"Kau kenapa? ada masalah?" Siena sahabat Keenan dari kecil, tentu tahu semua kebiasaan Keenan. Tak butuh waktu lama Siena bisa menerka apa yang terjadi dengan Keenan.
"Katakan saja, tak perlu kau sungkan." Siena menggeser kursi supaya lebih dekat ke meja.
"Siena..aku.." Keenan tidak melanjutkan ucapannya.
"Kau mau memecatku?" tanya Siena sebatas menerka. Keenan langsung menatap Siena dengan mulut menganga, matanya melotot ke arah Siena.
"Kau tahu? tahu dari mana? padahal aku belum bicara apa apa."
"Kita berteman sejak kecil Keenan, apa kau sudah lupa hal itu?" tanya Siena tersenyum samar.
"Tidak Siena..mana mungkin aku lupa," jawabnya.
"Kalau begitu katakan." Siena menaikkan kedua tangannya di atas meja dan meremas pelan telapak tangannya sendiri.
Keenan berdehem sesaat, lalu ia menceritakan keributan semalam dengan Maria. Siena mengerti maksud Keenan, meskipun ada rasa kecewa di hati Siena. Namun dengan lapang dada, Siena menerima keputusan Keenan untuk memberhentikannya bekerja hari itu juga.
"Aku minta maaf Siena.."
"Tidak apa apa, aku mengerti. Lagipula aku bisa mencari pekerjaan di tempat lain," jawab Siena tersenyum.
"Terima kasih Siena, kau memang sahabatku yang paling baik." Keenan berdiri, lalu ia mengurus surat surat pemberhentian Siena.
Tak lama kemudian dengan berat hati, Siena harus mundur dari pekerjaannya. Meskipun Keenan berkali kali meminta maaf, tapi tidak menghilangkan rasa kecewanya. Yang paling mengecewakan Siena adalah mengapa Maria begitu bersikeras untuk memecatnya. Sementara Siena dan Maria tidak saling mengenal satu sama lain. Tapi ya sudahlah, terkadang hidup memang seperti itu.
"Siena, aku benar benar minta maaf..aku sangat mencintai Maria dan aku tidak mau kehilangan dia," ucap Keenan. Menyentak dada Siena yang selama ini selalu ada buatnya. Namun Siena sangat menghormati keputusan Keenan.
"Tidak apa apa, aku mengerti," ucap Siena berdiri di ambang pintu keluar. "Jika suatu hari nanti kau membutuhkan aku..datanglah."
"Deg!
Pernyataan Siena terasa sesaak di dada Keenan. Namun saat ini Keenan tengah di landa mabuk cinta, cinta tanpa memiliki makna.
" Kalau begitu..aku pulang dulu, kau jaga diri baik baik." Siena tersenyum menatap Keenan cukup lama, lalu ia memutar badan melangkah pergi menjauh dari hadapan Keenan.
Keenan menatap sedih punggung Siena, ia memukul dadanya sendiri, "bodoh sekali kau Keenan!" ucapnya memaki diri sendiri.
"Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu," ucap Maria dari arah belakang, Keenan menoleh menghadap Maria.
"Aku sudah melakukan permintaanmu, dan itu adalah hal terberat dalam hidupku Maria." Keenan melangkahkan kakinya meninggalkan Maria yang berpangkut tangan tersenyum sinis. Ia merasa telah menang dalam menaklukan pria yang telah ia nikahi.
***
Siena melangkah kaki dengan gontai, sepanjang jalan ia tidak berhenti memikirkan sahabatnya yang telah berubah jauh dari yang Siena kenal
"Sekarang aku harus cari pekerjaan di mana?" ucap Siena menatap sekitar jalan raya. Matanya menyipit terkena sinar matahari.
"Tunggu! bukankah aku punya uang dari perusahaan? ucap Siena termenung sesaat. "Sebaiknya aku membuka usaha sendiri."
Senyum Siena kembali merekah, ia melangkahkan kakinya dengan pasti. Setinggi harapan seluas keyakinan yang ia miliki. Siena berharap akan menemukan jalan yang lebih baik dengan membuka usaha sendiri. Memang tidak mudah tapi kalau tidak di coba mana kita tahu?
"Tiiitttttttttt!!" suara klakson melengking memekakkan telinga di belakang Siena. Dengan menutup kedua telinga Siena menoleh ke belakang menatap sebuah mobil yang ia kenal.
"Reegan!" pekiknya pelan sembari menurunkan kedua tangannya ia berjalan menghampiri mobil yang menepi.
"Keluar!" seru Siena menarik pintu mobil. Nampak seorang pria keluar dari pintu mobil tapi bukan Reegan. Siena mundur selangkah menatap pria berkaca mata hitam, hidung yang mancung dan kulitnya yang putih.
"Ma, maaf." Siena membungkukkan badan hormat.
"Siapa namamu," ucap pria itu sembari melepas kaca matanya.
"Siena." Siena memperkenalkan diri.
"Aku Rei" Pria bernama Rei mengulurkan tangan. Siena membalas uluran tangan Rei dan menjabatnya. Saat Siena menarik tangannya tapi Rei menggenggam tangan Siena cukup lama.
"Halo," ucap Siena menatap Rei.
"Oh, maaf." Rei melepaskan tangan Siena.
"Tidak apa apa, aku juga minta maaf..tadinya kupikir mobil ini milik temanku." Siena menjadi salah tingkah.
Rei tersenyum, ia membuka jasnya dan mengambil sebuah kartu nama dari balik jasnya "Ini kartu namaku, jika kau membutuhkan pekerjaan. Kau bisa datangi alamat di kartu itu." ucapnya.
Siena menerima kartu nama yang di berikan Rei, awalnya ia ragu ragu. Namun apa salahnya kalau cuma menerima kartu nama saja.
"Terima kasih,' kata Siena.
" Oke Siena..aku masih banyak pekerjaan. Aku tunggu kedatanganmu," ucap Rei.
Siena mengangguk tipis, ia merasa bingung juga aneh. Tiba tiba ada pria asing datang memberikan kartu namanya cuma cuma. Dan yang lebih aneh lagi, pria itu seakan akan tahu kalau Siena baru saja kehilangan pekerjaannya, siapa pria itu? Siena menghela napas panjang menatap mobil Rei perlahan menjauh.
"Bodo amat ah, siapapun dia. Aku tidak perduli." ucapnya, lalu ia simpan kartu nama Rei di dalam tas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Nenk Manieez
pasti rei itu tmnnya keenan,,
biar siena bisa krja lg
2022-01-28
0
eti kusmiati
keenan...kau akn mnyesal suatu saat karena tlh memecat siena 😡
2021-07-12
1
Kustri
keenan dibutakan cinta
2021-03-29
1