Sejak Siena menyelamatkan nyawa si Kakek dari mobil yang hendak menabraknya, sang kakek yang mengenakan pakaian adat Jawa duduk di halte menunggu cucunya menjemput. Kebiasaan Kakek itu setiap hari akan mengunjungi Panti Jompo untuk berbagi. Sejak pertemuannya dengan Siena, kakek tidak berhenti memikirkan Siena.
"Anak itu cantik juga memiliki empati..hmm..rasanya aku sudah menemukan calon istri yang baik buat Reegan cucuku," gumam si kakek tersenyum.
"Kakek!"
Suara seseorang dari arah samping membuyarkan lamunan si kakek, kakek itu menoleh menatap ke arah cucunya yang tengah berjalan memdekat bersama seorang wanita muda bergelayut manja di lengan cucunya yang bernama Reegan. Sementara di tangan wanita itu menentang beberapa kantong belanjaan.
"Dari mana saja? kakek dari tadi menunggumu?" tanya Kakek, menatap tak suka pada wanita yang bergelayut manja.
"Maafkan aku Kek..aku mengantarkan dulu Maria belanja pakaian," jawab Reegan tersenyum sembari melirik ke arah Maria.
"Maria, apa kau tidak bisa belanja sendiri? kerjaanmu hanya hamburkan uang ayahmu saja," kata kakek tersenyum miring menatap Maria.
'Itu bukan urusan Kakek," sungut Maria.
"Sudahlah Kek..jangan bicara seperti itu..nanti jantung kakek kumat," ucap Reegan berjalan mendekati kakek lalu memegang lengannya. "Kita pulang sekarang."
"Iya Kek, nggak baik buat kesehatan ngomel terus," timpal Siska ketus. Kakek menatap jengah Maria. Ia sama sekali tidak suka kalau cucunya dekat dengan gadis di hadapannya yang menurut kakek boros dan manja.
Kemudian mereka berjalan menuju mobil yang terparkir di tepi jalan. Reegan membuka pintu mobil untuk kakeknya duduk di belakang, sementara ia sendiri dan Maria duduk di depan.
****
Sesampaianya di halaman rumah nya yang megah, kakek langsung keluar dari pintu mobil tanpa menunggu di bukakan oleh cucunya, ia melangkah memasuki rumah di susul Reegan dan Maria berjalan di belakang.
"Alya! Albert!" seru kakek matanya tengadah menatap ke lantai dua rumahnya, ia memanggil putri dan menantunya.
"Ada apa Pak? kok teriak teriak?" ucap Alya menuruni anak tangga bersama suaminya Albert yang berasal dari Belanda. Sementara Alya sendiri asli dari Jawa, putri dari kakek Hardi Suryadiningrat.
"Lihat putramu!" Kakek Hardi menunjuk ke arah Reegan dan Maria yang berdiri di belakang Kakek. Alya dan Albert mengerutkan dahi menatap mereka berdua.
"Ada apa dengan mereka?" tanya Albert.
"Apa kau tidak bisa mendidik bagaimana caranya memiliki rasa empati terhadap orang yang sudah tua?" jawab Kek Hardi kesal.
"Apa yang?"
"Dia lebih mengutamakan mengantar gadis manja ini, dari pada Kakeknya yang sudah tua dan membiarkanku menunggu di pinggir jalan!" potong Kakek Hardi. Alya hanya menghela napas dalam, lalu berjalan mendekati Kakek Hardi.
"Namanya anak muda ya begitu, Pak," jawab Alya.
Kakek Hardi mengerutkan dahi menatap Alya, "apa kau bilang? apa Bapak mengajarkanmu seperti itu Nduk?" tanya Kakek Hardi sedih mendengar jawaban Alya.
"Pak.."
"Cukup!" potong Kakek Hardi, ia merasa kecewa.
"Ayolah Kek..Kakek terlalu berlebihan," Reegan berjalan mendekati Kakek Hardi yang tertunduk dan merangkul bahunya. "Lebih baik Kakek istirahat."
"Benar apa kata Reegan, sebaiknya Bapak ndak perlu ikut campur..nanti penyakit Bapak kumat," protes Alya.
Kakek Hardi tengadahkan wajah, ia mengangguk anggukkan kepala menatap satu persatu anggota keluarganya, "baik kalau begitu..Kakek akan membuat keputusan jika mau kalian seperti itu," ucap Kakek menatap tajam ke arah Alya dan Albert. "Bapak punya calon istri yang baik buat Reegan, dan Bapak mau..Reegan menikahi gadis itu. Tapi..jika kalian menolak..maka..jangan harap Bapak akan mewariskan seluruh harta kekayaanku pada kalian. Lebih baik, semua harta yang Bapak miliki akan Bapak berikan pada yayasan yatim piatu." Alya, Albert terutama Reegan dan Siska terkejut mendengar pernyataan Kakek Hardi.
"Kakek! Kakek tidak bisa seenaknya mengatur hidupku!" ucap Reegan menaikkan satu level nada bicaranya.
"Pak..Bapak jangan begitu," kata Alya.
"Suka tidak suka..kalian ikuti mauku..jika tidak? terserah," jawab Kakek Hardi lalu ngeloyor memasuki kamar pribadinya.
"Kakek!" seru Reegan menatap punggung Kakeknya lalu beralih menatap Alya. "Ma..aku tidak mau di jodohkan, memangnya sekarang jaman siti nurbaya?" Alya mengusap lengan Reegan untuk menenangkannya.
"Kamu tenang Nak..Mama akan bicarakan lagi dengan Kakek nanti," jawab Alya. "Sekarang kalian iatirahat, biar Mama yang bicara sama Kakekmu." Reegan mengangguk, lalu ia melirik ke arah Maria dan mengajaknya ke balkon.
"Papa setuju dengan keputusan Bapak," ucap Albert. Alya melotot ke arah suaminya.
"Kau ini bicara apa? bukannya belain anaknya," sungut Alya. Lalu ia balik badan melangkah menuju kamar pribadi Kakek Hardi. Langkahnya terhenti di depan pintu, lalu ia mengetuk pintu dan membukanya perlahan.
"Pak.." sapa Alya. Kakek Hardi menoleh ke arah Alya yang berjalan mendekatinya lalu duduk di kursi.
"Bapak sudah tidak mau mendengar apa apa lagi, keputusan Bapak sudah tidak bisa di ganggu gugat," kata Kakek cuek tanpa melihat wajah Alya.
Alya menarik napas dalam, "tapi Pak..kita harus tahu dulu bibit, bobot dan bebetnya Pak..jangan asal saja," jawab Alya.
Kakek Hardi tersenyum tipis, ia berdiri lalu mengambil kaca mata yang ada di atas meja samping tempat tidur, "kau jangan menilai seseorang dari luar, apa kau bisa menjamin Siska itu baik untuk Reegan?" ucap Kakek sembari memakai kaca mata, lalu kembali duduk di kursi. "Buktinya apa? gadis itu lebih suka hura hura dan tidak tahu sopan santun."
"Tapi Pak..Maria itu anak orang terpandang," kata Alya lagi.
"Cukup..keputusanku tidak akan berubah, sebaiknya kau keluar..Bapak mau istirahat.."
Alya mendengus kasar, ia berdiri dengan hati yang dongkol, lalu ia berlalu meninggalkan kakek Hardi sendirian di kamarnya.
"Kalian benar benar keterlaluan dan harus di kasih pelajaran," gumam Kakek Hardi.
***
Sementara itu, Siena tengah mempersiapkan persyaratan untuk melamar pekerjaan. Setelah lulus kuliah, Siena berniat untuk segera mencari pekerjaan supaya bisa membantu adik adiknya di panti.
"Siena.." sapa Bu Silvi, pemilik panti asuhan.
Siena menoleh ke arah pintu, ia tersenyum saat melihat Bu Silvi berdiri di depan pintu, "Bu..masuk," ucap Siena. Bu Silvi berjalan mendekati Siena lalu duduk di lantai bersama Siena.
"Kau sedang apa Nak?" tanya Bu Silvi menatap kertas dan foto Siena yang berserakan di lantai.
"Oh..ini Bu..aku hendak melamar pekerjaan besok," jawab Siena memasukkan file lamaran ke dalam amplop. Bu Silvi tersenyum, ia mengusap lembut rambut Siena.
"Semoga lancar, dan Ibu do'a kan kau dapat pekerjaan yang sesuai keinginanmu, Nak," kata Bu Silvi. Siena menoleh ke arah Bu Silvi lalu memeluknya.
"Amin..terima kasih, Bu," jawab Siena.
Bu Silvi tersenyum, balas memeluk erat Siena. Matanya menatap lurus ke arah jendela kamar yang terbuka.
Siena melepas pelukannya, ia menatap kedua bola mata Bu Silvi yang berkaca kaca, "Ibu kenapa?" tanya Siena.
"Ah, tidak apa apa," jawab Bu Silvi sambil mengucek kedua bola matanya. "Ibu kelilipan..ya sudah..kau teruskan pekerjaanmu, biar Ibu siapkan makan malam buat kalian semua," kata Bu Silvi langsung berdiri dan melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan.
Siena mengerutkan dahi menatap kepergian Bu Silvi, "seperti ada yang di sembunyikan Ibu dari aku," gumam Siena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Helda Septiana
sebenernya pacar regan itu siska atau maria?
2024-08-27
0
Nenk Manieez
yg bnr siska apa maria thor
2022-01-28
0
❥🐛ͧᶥₑₜ₋ⲕₑᵨᵒᨻᵖ᭵ᥢᰑ❦☘️
nama maria atau siska yg kak. aku oleng ya baca nya🤣🤣🤣
2021-12-02
0