"Sifa! kakak pulang!" seru Siena memanggil Sifa. Ia menilik seluruh ruangan tapi Sifa ataupun kakaknya yang lain tidak ada di tempat.
"Sifa pasti sembunyi," gumam Siena, ia berjalan mengendap endap ke arah pintu kamar Sifa.
"Taraaa!" Saat pintu di buka tapi Sifa juga tidak berada di tempat. "Sifa! ayo jangan main main terus..kakak bawain coklat nih!" Siena membuka gorden kamar, tapi tetap saja Sifa tidak ditemukan. Siena tertegun memperhatikan tempat tidur milik Sifa masih rapi, tidak seperti biasanya.
"Kemana Sifa..kemana juga mereka semua?" ucap Siena bingung. Tiba tiba Siena mendengar suara ramai di luar. Ia bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi. Sesampainya di teras rumah. Siena melihat kakek Hardi tengah berbincang dengan beberapa pria berpakain formal. Kakek Hardi menatap Siena lalu ia berjalan mendekati.
"Nduk, kau sudah pulang?" tanya kakek Hardi.
Siena menunduk hormat dan berkata, "ada apa ini Kek? tanya Siena bingung. " Oya? apa kakek melihat anak anak?"
Kakek Hardi menepuk keningnya sendiri, "oh iya kakek lupa nduk," ucapnya tertawa kecil lalu ia menarik lengan Siena untuk duduk di kursi.
"Begini Nduk," kakek Hardi duduk di kursi.
"Sebelumnya kakek minta maaf, karena kakek tidak memberitahumu sebelumnya."
"Ada apa kek?" tanya Siena semakin bingung.
"Nduk, kakek tidak bisa mempertahankan rumah ini lagi, karena pihak pemerintah akan membangun jalan transportasi. Jadi kakek terpaksa merelakan tanah ini, tapi kau jangan khawatir. Anak anak akan kakek pindahkan bersama anak anak yang lain. Dan kau juga boleh ikut bersama mereka."
"Tapi Kek.." Siena tidak melanjutkan ucapannya.
"Kakek tahu nduk..anak anak masih di rumah kakek menunggu kau pulang. Tapi jika kau tak bersedia ikut ke panti lain, tidak apa apa..kakek akan membelikan kau rumah untuk ditinggali bersama tiga anak lainnya."
"Tidak kek, tidak perlu..aku bisa menyewa rumah sendiri," jawab Siena cepat.
"Apa kau yakin?" tanya Kek Hardi.
Siena mengangguk cepat, "yakin kek."
"Kalau begitu, kau ikut kakek ke rumah untuk menemui anak anak.Apakah nantinya mereka ikut kamu Nduk..atau ikut bersama anak anak lainnya di panti.
" Baik kek..mari.." Siena berdiri dan mempersilahkan kek Hardi untuk berjalan lebih dulu. Akhirnya mereka berdua beranjak pergi menuju rumah Hardi menemui Ranti, Zidan dan Sifa.
Sesampainya di rumah kakek Hardi, Siena langsung di sambut Alya dan anak anak.
"Hai Siena," sapa Alya.
"Siang tante," jawab Siena. "Maaf sudah merepotkan."
"Ah tidak Siena, tante suka kok." Alya merangkul pundak Siena. Mereka berjalan ke kamar untuk menemui anak anak.
"Kakak!" seru Sifa langsung memeluk Siena.
"Sifa..kau tidak nakal bukan?" Siena mengangkat tubuh mungil Sifa dan menggendongnya.
"Tidak kakak," ucapnya.
"Ranti..Zidan..apakah kalian mau ikut kakak? atau pindah bersama yang lain ke panti? tanya Siena sembari duduk di kursi bersama Alya dan kakek Hardi yang baru saja masuk ke kamar.
" Kakak, kami bertiga memutuskan untuk ikut bersama yang lain ke panti asuhan," jawab Ranti.
"Kamu yakin?" tanya Siena lagi.
"Iya kak, tapi..kakak janji pada kami untuk menjenguk kami, kak," sela Zidan.
"Baiklah, jika itu sudah menjadi keputusan kalian. Kakak janji akan sesering mungkin menjenguk kalian," jawab Siena.
"Kalau begitu, besok pagi kakek antarkan kalian. Dan kau Nduk..menginap saja semalam di sini sampai kau dapat rumah sewa yang baru," ucap kakek Hardi.
"iya kek..terima kasih."
***
Malam
Siena duduk di teras rumah kakek Hardi, sementara anak anak sudah tertidur pulas.
"Besok aku harus segera dapatkan rumah, rasanya tidak enak tetap tinggal di sini," ucapnya pelan.
Tiba tiba dari arah pintu gerbang, nampak sebuah mobil mewah memasuki halaman rumah. Siena terdiam menatap Reegan keluar dari pintu mobil dan berjalan menatap ke arahnya.
"Kau di sini?" tanya Reegan berdiri di hadapan Siena.
"Iya, kenapa?" tanya Siena. "Kau keberatan?"
Reegan tersenyum sinis, "pasti kakek yang memintamu menginap di sini bukan?" Reegan duduk di kursi berhadapan dengan Siena.
"Kau pikir aku mau menginap di sini atas keinginanku sendiri?"
Reegan terdiam, ia menatap tajam wajah Siena. "Cantik, judes, tapi sayang..kampungan." ucap Reegan dalam hati.
"Oke, terserah kamu..aku mau istirahat." Reegan berdiri lalu ngeloyor masuk ke dalam rumah. Siena menarik bibirnya sembari mengangkat kedua bahunya.
"Sombong," gumamnya pelan.
Baru saja beberapa menit kemudian, Reegan kembali menghampiri Siena dengan menbawakan dua cangkir teh hangat lalu ia letakkan di atas meja. Siena bengong memperhatikan Reegan.
"Di minum teh nya," ucap Reegan tersenyum
"Seorang Reegan, mau membuatkan teh untukku?" ucap Siena dalam hati.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Reegan.
"Tidak ada," kata Siena. "Terima kasih Teh nya."
"Jangan sungkan," jawabnya. "Aku baru saja dengar dari Mama tentang rumah kalian."
"Iya, besok aku akan mencari rumah buat aku sewa," ucap Siena sembari mengambil cangkir di atas meja lalu menyecap perlahan teh hangat buatan Reegan.
"Aku akan mengantarmu besok."
Siena meletakkan cangkir di atas meja, menatap Reegan. "Serius kau mau mengantarkan aku?"
"Apa aku terlihat bercanda?" Reegan menatap lekat wajah Siena. Membuat Siena salah tingkah.
"Kali saja kau bercanda, kau kan anak orang kaya. Apa iya mau melakukan hal hal tidak penting seperti ini."
"Kenapa tidak?" jawab Reegan, ia mengambil gelas lalu menyecap teh nya.
"Kalau begitu, dengan senang hati aku menerima tawaranmu itu," ucap Siena tertawa kecil.
"Tapi jangan keseringan." Reegan meletakkan gelas di atas meja.
"Siap Bos!" seru Siena.
"Apa kau bilang?" tanya Reegan.
"Bos?" Siena mengulang ucapannya.
"Tidak ada kata kata yang lebih mesra gitu?" usul Reegan.
Siena mengerutkan dahi menatap Reegan, lalu ia tertawa kecil. "Memangnya kau mau di panggil apa? bukankah panggilan 'bos' cocok untukmu?"
"Bisa yang lain tidak?" Reegan tetap tidak suka.
"Apa?" tanya Siena.
"Kau bisa panggil aku..." Reegan terdiam sesaat. "Kakak..Mas..Abang..sayang..yank..mbeb..apa saja lah yang penting jangan bos," ucapnya lagi dengan wajah tanpa ekspresi membuat Siena tertawa kencang, lalu ia dekap mulutnya dengan tangannya sendiri.
"Kenapa kau tertawa? ada yang lucu?" tanya Reegan mengerutkan dahi.
"Ada.." jawab Siena.
"Apa? dan siapa?"
"Kau yang lucu..memang siapa lagi? hantu gitu maksudmu?"
Reegan langsung tertawa terbahak bahak, hingga air mat menetes di sudu netranya.
"Kenapa kau yang tertawa lebih keras dariku?" tanya Siena aneh.
"Kau lucu," jawab Reegan di sela tawanya. Untuk pertama kali ia tertawa puas seperti itu. Selama ia menjalani keseharian di rumah ataupun bersama Maria dulu, tidak pernah ia tertawa sekencang itu. Reegan langsung terdiam menatap ke aeah Siena. "Ternyata dia lucu juga, bisa membuatku tertawa," ucapnya dalan hati. Akhirnya mereka terlibat perbincangan hangat, sesekali Siena melontarkan candaannya yang membuat Reegan kembali tertawa terbahak bahak. Bagi Siena yang periang tidak sulit membuat teman ngobrolnya itu nyaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Wati Simangunsong
lanjutt
2020-12-28
0
Azizah Ummu Kareem
dengan bercanda dan tertawa lepas itu akan menghangatkan suasana yang dingin.. lanjut thor
2020-12-26
2
K E I
ok lanjut
2020-10-03
0