Pagi pagi sekali, Siena sudah sibuk mengurus adik adiknya yang berjumlah 30 orang. Dari usia 6 tahun sampai usia 13 tahun. Siena berencana untuk mempekerjakan dua orang lagi untuk membantunya dalam merawat anak anak, karena Siena sendiri harus bekerja, beruntung Keenan sahabatnya sangat baik dan perduli terhadap anak anak. Keenan mencarikan Siena dua orang untuk bekerja di rumah panti.
"Sifa! adit! jangan lari larian..nanti kalian jatoh!" seru Siena dari arah dapur, matanya menatap ke ruang tamu memperhatikan Sifa dan Adit.
"Adit yang nakal kak!" sahut Sifa berlari ke arah Siena dan memeluknya.
"Bohong kak..Sifa duluan yang cubit Adit tadi di kamar.." Adit membela diri. Siena tersenyum menatap Adit lalu memeluk mereka berdua.
"Sayang..kalian jangan nakal..nanti Bunda Silvi sedih," ucap Siena.
"Maafkan kami kak.." ucap mereka serempak.
"Kalau begitu..kalian baikan." Siena menatap Adit lalu beralih menatap Sifa.
Adit mengulurkan jari kelingkingnya, di sambut oleh Sifa. Mereka berdua kembali tersenyum.
"Nah gitu dong..sekarang kalian duduk yang manis, kakak siapkan sarapan." Mereka berdua menganggukkan kepala. Siena mengangkat tubuh mereka ke kursi supaya duduk. Kemudian Siena menyiapkan sarapan untuk semua anak anak.
"Pagi kak.." sapa Ranti dan Zidan dari arah pintu. Siena menoleh ke arah Ranti yang menggunakan seragam muslimah.
"Pagi Ranti..pagi Zidan..sarapan yuk."
Mereka berdua duduk di kursi, sementara Siena memanggil semua anak anak untuk sarapan bareng.
"Zidan, kau yang memimpin adik adikmu untuk berdoa."
"Iya kak," jawab Zidan. Mereka pun berdoa mengikuti apa yang di ucapkan Zidan. Setelah selesai mereka pun mulai menyantap sarapan pagi nasi dan goreng telur.
"Kak, kami berangkat sekolah dulu," ucap mereka yang hendak ke sekolah. Siena menganggukkan kepala.
"Hati hati di jalan, jangan nakal dan belajar yang giat..punya kreasi dan kreatif. Biar kalian punya masa depan cerah." Siena tersenyum menyemangati anak anak sekaligus memberikan pesan pesan moral seperti yang biasa Bu Silvi lakukan sewaktu masih hidup.
"Baik kak, kami akan selalu ingat pesan kakak juga bunda." Siena tersenyum menatap punggung mereka hingga hilang di balik pintu.
"Sifa, Adit, Ajeng, Sinta! kalian juga tidak boleh nakal ya!" Mereka menganggukkan kepala sambil tertawa melihat Siena bertolak pinggang, mereka menganggap Siena lucu karena bertingkah seperti Bu Silvi.
"Malah ketawa ini bocah," gumam Siena menatap mereka satu persatu berlarian keluar dapur, lalu Siena berjalan menuju kamarnya.
"Hari ini beras sudah habis, dan keperluan lainnya juga sudah habis," ucap Siena pelan. Ia mengambil tas yang tergeletak di atas tempat tidur. Ia buka tas untuk memeriksa apakah ia masih punya uang atau tidak. "Syukurlah, aku masih punya uang untuk belanja keperluan anak anak." Siena tersenyum merekah menggenggam beberapa lima lembar uang ratusan ribu.
"Kakak! ada kak Keenan di luar!" seru Sifa dari luar pintu kamar. Terdengar langkah Sifa kembali berlari menjauh dari pintu.
"Iya sayang!" sahut Siena, uang ia masukkan kedalam saku celana lalu ia berjalan keluar kamar menemui Keenan.
"Keenan? kau tidak ke kantor?" tanya Siena menatap Keenan yang berpakaian biasa saja.
"Tidak Si..hari ini aku mau ke rumah Maria," jawab Keenan tersenyum, kedua alisnya ia mainkan.
Siena memajukan bibirnya, dengan kedua tangan ia silangkan di dada, "oohh begitu.."
"Apaan sih?" Keenan mencubit gemas hidung Siena. "Si..aku bawakan sembako untuk keperluan anak anak."
Siena melebarkan mata, ia turunkan kedua tangannya sambil memukul lengan Keenan pelan. "Kau memang sahabat yang sangat perhatian, tapi sayang.." Siena tidak melanjutkan ucapannya.
"Sayang kenapa?" potong Keenan.
"Karena..sebentar lagi..perhatianmu akan di ambil oleh Maria.." Siena tertawa menatap Keenan.
"Tidak mungkin Siena..kalian semua tetap ada di sini." Keenan menunjuk dada kirinya dengan kepalan tangannya sendiri.
"Halah lebay!" sahut Siena mengibaskan tangannya ke wajah Keenan. Keenan pun tersenyum.
"Oh ya Si..nanti siang orang yang mau bekerja di sini segera datang..dan kau tidak perlu khawatir untuk menggaji mereka, karena aku yang akan membayarnya setiap bulan."
"Benarkah?" Siena tersenyum merekah. Keenan menganggukkan kepala.
"Kalau begitu, aku pulang dulu ya." Siena menganggukkan kepala. Mereka berjalan menuju teras rumah.
"Hati hati di jalan!"
Keenan menganggukkan kepala, lalu ia masuk kedalam mobil langsung menuju rumah Maria.
"Keenan, kau sangat beruntung," gumam Siena. Ia balik badan kembali masuk ke dalam rumah untuk membersihkan seluruh ruangan.
***
Sesampainya di rumah Maria, Keenan melihat Maria tengah ribut dengan Reegan mantan kekasihnya. Ia langsung berjalan menghampiri mereka.
"Maria? ada apa?" tanya Keenan berdiri di tengah tengah mereka.
"Keenan? syukurlah kau datang," ucap Maria tersenyum sumringah melihat kedatangan Keenan lalu ia bergelayut manja di lengan Keenan. Reegan menarik tangan Maria untuk menjauh dari Keenan.
"Maria! aku tidak mau putus denganmu!"
"Lepaskan aku Reegan, percuma kita teruskan..kakek kamu tidak akan merestui kita..jadi mulai sekarang kau jauhi aku..karena kami akan menikah."
Reegan melotot ke arah Maria, lalu beralih menatap Keenan sesaat, "semudah itu kau meninggalkanku Maria?!"
"Kenapa tidak?"
Reegan tetap tidak terima, ia bersikeras ingin memiliki Maria. "Kau tidak bisa memperlakukan aku seperti itu, Maria!"
"Kau mau apa?" Keenan maju selangkah dan mendorong tubuh Reegan ke belakang. "Apa kau tidak dengar? kalau kami akan menikah? dan Maria telah memilihku."
Reegan mendengus kesal, giginya gemelutuk menahan amarah, "aku tidak mengira, kau bisa semudah itu berpaling dariku, Maria."
"Sudahlah Reegan..aku sudah capek di caci maki kakekmu."
"Tapi masih bisa kita cari jalan keluarnya! bukannya kau malah berpaling dariku dan memilih laki laki seperti dia!" bentak Reegan.
"Aku kenapa?" Keenan tidak terima mendengar pernyataan Reegan seakan akan merendahkannya. "Sebaiknya kau pergi dari sini, sebelum aku memukulmu."
"Berani? ayo!" Reegan menggulung lengan kemejanya, tapi Maria menghalangi mereka berdua.
"Cukup Reegan!" seru Maria. "Pergi dari rumahku dan jangan pernah temui aku, pergi!" pekik Maria tangannya terulur ke arah pintu gerbang rumahnya.
Reegan tersenyum tipis, "baik, jika itu keputusanmu. .tapi tunggu balasanku nanti." Reegan menatap Maria lalu beralih menatap Keenan.
"Terserah" sahut Maria. Reegan berjalan mundur, lalu ia memutar badan melangkahkan kakinya meninggalkan mereka berdua.
"Awas saja kau Maria, aku akan membalas semua penghinaanmu..jangan harap kau hidup bahagia bersama pria itu," gumam Keenan memperhatikan Maria dan Keenan dari dalam mobil. "Suatu hari nanti, kau akan bertekuk lutut memohon padaku untuk kembali." Reegan tersenyum tipis, lalu ia mulai menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Maria. Sepanjang perjalanan ia terbakar cemburu saat memikirkan Maria tengah asik dengan Keenan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Sunoqi
wkwwkwk regan tolol 😂😂 udh tau punya cwek penghianat kyk gt msih mau mengemis lg , hadehhh
2022-07-12
0
Nur Jannah
Keenan cinta pertama Maria..,
2021-04-05
0
Kustri
maria tabiatnya jelek napa jd rebutan..
heran apa g bs liat mereka ya
2021-03-29
4