Reegan berjalan memasuki rumahnya dengan tersenyum, ia langsung memasuki ruang keluarga.
"Kakek!" seru Reegan ia duduk di sofa bersender manja di bahu kakeknya.
"Ada apa? kok pulang cepat?" tanya Kek Hardi menoleh ke arah Reegan. Alya datang langsung meletakkan cemilan dan teh hangat di atas meja.
"Mama kira, kau belum pulang Nak?" tanya Alya langsung duduk.
"Iya ma..aku mau..kakek dan mama melamarkan Siena buatku," jawab Reegan masih bersandar di bahu kek Hardi.
"Mama senang mendengarnya," ucap Alya. "Bagaimana Pak?" Alya meminta pendapat kakek Hardi
"Bapak setuju nak, besok kita datang ke rumah Siena." Kakek Hardi merangkul bahu Reegan.
"Ngomong ngomong..apa kau tidak jadi mengajak Siena makan?" tanya Alya sambil menyodorkan teh hangat pada Kek Hardi.
"Tidak ma..dia tidak mau," jawab Reegan, ia mengambil teh di atas meja dan menyecapnya perlahan.
"Kalian tidak sedang bertengkar bukan?" tanya Kakek Hardi sembari meletakkan gelas di atas meja.
"Tidak kek..sepertinya dia tidak seperti kebanyakan gadis lain.." ucap Reegan, sembari meletakkan gelas di atas meja. Lalu ia ambil remote tv di tangan Kakek Hardi.
"Maksudmu?" tanya Alya.
"Dia lebih suka di rumah sendirian dari pada ikut jalan jalan." Reegan mengalihkan acara tv dari chanel satu ke chanel yang lain.
"Oh, itu bagus nak..berarti Siena bisa di andalkan jadi ibu yang baik untuk putra putri kalian nanti..cucu mama," jawab Alya dengan mata berbinar menatap Reegan.
"Mama..belum apa apa sudah bicara cucu..sudah ma..kek..aku istirahat dulu ke kamar." Reegan berdiri lalu melangkah pergi memasuki kamar. Alya dan kakek Hardi tersenyun sumringah menatap punggung Reegan.
"Semoga kedepannya Reegan bisa berubah lebih baim lagi..aku yakin..Siena akan membawa pengaruh baik buatnya," ucap Alya pelan.
"Bapak juga berharap seperti itu, Nak..semoga doa kita di kabulkan Yang Maha Kuasa," timpal kakek Hardi.
***
Malam itu Siena tidak dapat memejamkan matanya. Ia teringat adik adiknya di panti asuhan, terutama pada Sifa. Kebiasaan Sifa yang selalu menyembunyikan sepatu membuat Siena merindukan bocah itu.
"Sifa..kakak kangen..kakak janji..kalau kakak sudah memiliki pekerjaan lagi..kakak akan membawamu kembali hidup bersama kakak," gumam Siena. Matanya berkaca kaca saat teringat semua kenangan pahit dan manis saat saat masih berada di panti asuhan.
"Ibu..maafin Siena karena tidak bisa menjaga adik adik dengan baik, tapi aku janji bu..kalau aku sudah memiliki penghasilan lagi..aku akan membawa mereka lagi."
Tunggu!
Siena teringat dengan pria tempo hari. Pria yang menawarkan pekerjaan dan memberikan kartu nama. Siena bangun dari atas tempat tidur, lalu mengambil tas di atas meja.
"Aku taruh di mana ya?" ucap Siena membuka tasnya. "Nah..ini dia."
Siena memperhatikan kartu nama pemberian pria yang bernama Rei. "Apa aku coba melamar pekerjaan di perusahaan pria itu?" Sesaat Siena terdiam. "Tapi aku takut..apa sebaiknya aku tanya Reegan dulu?"
Siena menganggukkan kepala, ia memutuskan untuk bertanya terlebih dahulu sebelum memutuskan mendatangi perusahaan Rei.
Tiba tiba ponsel milik Siena berdering, ia menatap ponselnya sesaat. "Siapa yang telpon malam malam begini?" ucap Siena menatap layar ponsel nampak nomer tidak di kenali Siena.
Perlahan Siena ambil ponselnya dengan ragu ragu ia menggeser icon berwarna hijau lalu ia dekatkan ponsel di telinganya.
Siena mengerutkan dahi saat panggilan terhibung, ia mendengar suara napas berat, lalu terdengar suara seorang pria bicara dengan suara serak membuat Siena sedikit takut.
"Si..Siena..to..to..long..a..ku.." Sesaat Siena menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap layar ponsel dengan alis bertaut. Kemudian ia dekatkan lagi ponsel di telinganya. Namun sambungan terputus, Siena penasaran lalu ia menrlpon balik nomer ponsel itu, tapi tidak dapat terhubung padahal baru saja nomer itu menelponnya.
Bulu kuduk Siena mersmang, ia mengusap tengkuknya sembari mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kamar.
"Suara siapa ya? kok dia tahu namaku..padahal aku tidak mengenali suaranya sama sekali.." gumamnya.
"Keenan? ah tidak mungkin..lalu siapa?" tanya Siena pada dirinya sendiri. Lama lama Siena merasa takut sendiri, lalu ia menarik selimut dan merebahkan dirinya. Ia mencoba menejamkan mata dan melupakan orang menelpon baru saja meminta tolong pada Siena. Di balik selimut Siena terus kepikirin suara pria di telpon itu.
"Dia seperti sedang kesakitan, tapi siapa? ah..sudahlah Siena," ucapnya pelan. Perlahan ia pejamkan mata meskipun sulit tapi akhirnya ia tertidur juga hingga pagi menjelang.
***
Pagi pagi sekali, Siena telah kedatangan tamu keluarga kakek Hardi.
"Kakek? tante?" sapa Siena berdiri di hadapan mereka bertiga. Siena menatap Reegan yang tersenyum tipis padanya. "Silahkan duduk Kek." Siena mempersilahkan mereka untuk duduk. Mereka langsung duduk dan kakek Hardi membuka pembicaraan.
"Maaf Siena jika kakek sudah mengganggumu pagi pagi sekali," ucap Kakek Hardi.
"Tidak apa apa kakek," jawab Siena sopan.
"Siena, maksud kedatangan kami..terus terang saja..kalau kami hendak melamarmu untuk putra tante..Reegan." Alya melirik sesaat ke arah Reegan yang terus saja tersenyum tipis menatap Siena.
Siena terhenya mendengar pernyataan Alya, ia tidak menyangka akan secepat itu, lagipula ia merasa belum pacaran dengan Reegan.
"Melamar tante?" ucap Siena, ia menelan salivanya susah.
"Benar nduk," timpal kek Hardi membenarkan ucapan Alya.
"Tapi kek-?"
"Siena ingin kita melangsungkan pernikahannya sederhana saja ma.." potong Reegan. Siena melebarkan matanya menatap Reegan, ia merasa kalau Reegan tengah mengada ngada, Siena tidak merasa pernah berucap seperti apa yang di katakan Reegan.
"Oh, kalau soal itu jangan kau pikirkan Siena," ucap Alya senang.
Siena menibaskan tangannya, "bikan tante..bukan itu..maksudku-?
" Siena merasa tidak enak jika kita merayakan pesta pernikahan yang megah tanpa adanya adik adik panti asuhan," pogong Reegan lagi.
Siena semakin kesal di buatnya atas pernyataan Reegan yang di buat sesuka hati dia. "Reegan..bisa tidak aku bicara sebentar?" ucap Siena menatap kesal Reegan.
"Itu bisa di atur nduk..tentu saja adik adikmu akan kami undang juga di hari pernikahmmu nanti." Kakek Hardi tersenyum, tangannya terulur mengusap lembut rambut Aira.
"Kakek..tante..aku..-?
" Siena sudah siap kapan saja, semua terserah kakek juga mama..kapan kalian akan menentukan harinya," lagi lagi Reegan memotong ucapan Siena, ia tidak memberikan kesempatan Siena untuk bicara.
Siena mendengus kesal menatap Reegan, lalu tersenyum menatap kek Hardi dan Alya.
"Baiklah Siena, kami akan mencari hari baik untuk pernikahan kalian..kau tidak perlu memikirkan hal hal lainnya, biar semua kami yang urus..kau tinggal tunggu kabar dari kami saja..dalam satu minggu ke depan kau harus sudah mempersiapkan diri untuk menikah dengan Reegan." Kakek Hardi dan Alya sepakat minggu depan Siena dan Reegan akan melangsungkan pernikahan.
Siena tergagap, ia tidak tahu lagi harus menjelaskannya pada merska, karena Reegan selalu memotong ucapan Siena. Tanpa mendengarkan lagi penjelasan Siena, merekapun pamit undur diri setelah mereka merasa bahwa Siena telah setuju dan menerima lamaran mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
M Robby
Mana mafianya, ko gak ada
2021-06-11
2
Finanda Putri
regan tu kerja enggak sih kok gak pernah ada cerita ke kantor
2021-05-21
1
Kustri
penelpon misterius, apa org yg nawari pekerjaan
2021-03-29
1