Sudah dua hari Siena tidak mendengar kabar Keenan, biasanya sesekali Keenan menyempatkan diri untuk bertanya kabar Siena lewat message.
"Keenan kemana ya? semoga dia baik baik saja," gumam Siena.
Sudah dua hari Siena merasakan tak enak hati. "Semoga itu hanya perasaanku saja," gumamnya.
Siena berdiri lalu masuk ke dalam rumah, "tumben Reegan juga tidak menelpon hari ini," ucap nya lagi.
Siena menguap di sela sela langkahnya, "sebaiknya aku tidur." Siena merasakan kantuk padahal masih pukul 19:12.
Dari luar kamar, Siena dapat mendengar dengan jelas suara ponselnya berdering, "mungkin itu Reegan," ucapnya lalu ia bergegas masuk ke dalam kamar dan mengambil ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur. Jantung Siena berdebar debar, ia merasakan panas dingin saat melihat nomer tak di kenali kembali menelponnya.
"Nomer ini lagi," gumamnya. Siena lemparkan ponselnya ke atas tempat tidur, ia terpaku menatap ponsel yang terus berdering. Tak lama suara dering ponsel berhenti berbunyi, ia langsung mengusap dadanya lalu duduk di tepi tempat tidur. Namun ponsel itu kembali berdering, Siena berjengkit kaget sembari menatap layar ponsel.
"Apa yang harus aku lakukan?" Rasa takut dan rasa penasaran memenuhi pikirannya. Akhirnya ia memberanikan untuk mengangkat panggilan nomer tak di kenal itu.
Ponsel ia dekatkan di telinganya. Terdengar suara pria mendesah berat dengan suara serak.
"Siena..Siena..tolong aku..tolong Siena.." suara pria itu berbeda dari sebelumnya, kali ini terdengar metintih kesakitan. Dengan memberanikan diri Siena pun bertanya.
"Halo, ini siapa? jangan bercanda ya!" bentak Siena.
"Siena..tolong..tolong.." jawab pria itu terdengar sangat pelan, tak lama Siena mendengar suara ponsel terjatuh lalu sambungan telpon ikut terputus.
"Halo! halo! Siena berteriak memanggil pria itu tapi sudah tidak tersambung lagi. Siena menatap ponselnya lalu ia kembali berdiri dan melangkahkan kakinya cepat keluar kamar.
" Aku harus menemui Reegan untuk membicarakan hal ini, siapa tahu dia ada solusi," ucap Siena di sela langkahnya, lalu ia menutup pintu dan mengunci dari luar. Ia langsung bergegas melangkahkan kaki ke jalan raya menunggu angkutan umum. Tak lama kemudian angkutan umum berhenti, Siena langsung naik menuju rumah Reegan.
Tak butuh waktu lama Siena telah sampai di rumah Reegan, ia langsung menemui kakek Hardi dan Alya. "Tante..Reegan ada?" tanya Siena.
"Belum pulang sayang, mungkin sebentar lagi," jawab Alya mempersilahkan Siena duduk.
"Kau tunggu di sini saja Nduk, biar kakek temani." Kakek Hardi duduk di sebelah Siena.
"Terima kasih kek."
"Apakah kau baik baik saja?" tanya Alya menatap raut wajah Siena yang terlihat pucat.
"Aku baik baik saja tante." Siena mengusap wajahnya. "Oya tante..om kemana?"
"Om sedang di Belanda sayang, ada pekerjaan di sana..mungkin dia pulang saat kalian menikah nanti." Siena menganggukkan kepala.
"Tante, apa masih lama Reegan pulangnya?" Siena sudah tidak sabar, dan rasanya tidak enak hati kalau berlama lama di rumah Reegan.
"Apakah kau sudah menghubunginya?" tanya Kakek Hardi.
"Sudah Kek, tapi tidak aktif."
"Siena, sepertinya kau sakit nak..sebaiknya kau istirahat di kamar sambil menunggu Reegan," ucap Alya. Ia melihat Siena semakin pucat dan gelisah.
"Tidak perlu tante, aku baik baik saja," ucap Siena lagi. Apa yang di katakan Alya memang benar. Siena dalam keadaan takut dan gelisah setelah menerima telpin dari orang tak di kenal.
"Jangan sungkan sayang, nanti kalau kau sakit bagaimana..jangan sampai gagal pernikahanmu dengan Reegan." Alya menarik tangan Siena lalu mengajaknya masuk ke kamar tamu. "Kau istirahat selagi menunggu Reegan pulang, tante buatkan kau teh hangat ya." Alya tersenyum menatap Siena, lalu ia bergegas keluar kamar meninggalkan Siena sendirian di kamar.
Tak lama kemudian, Alya masuk kamar membawa segelas teh hangat, lalu ia letakkan di atas meja. "Kalau kau mengantuk..tidur saja dulu..tante masih ada pekerjaan.'
Siena menganggukkan kepala, " iya tante..terima kasih." Alya langsung keluar kamar. Kini tinggal Siena di dalam kamar itu. Perlahan Siena naik ke atas tempat tidur, lalu merebahkan tubuhnya dengan menatap langit langit kamar. Tak terasa Siena pun tertidur, ia merasa nyaman karena tidak sendirian seperti di rumahnya sendiri.
***
Perlahan Reegan membuka pintu kamar di mana Siena tertidur, ia melihat Siena gelisah dalam tidurnya. Reegan memberanikan diri mendekat ke tepi tempat tidur dan memperhatikan Siena. Nampak keringat membasahi wajah Siena yang terus gelisah dan mengigau. Entah apa yang dia katakan tidak jelas terdengar oleh Reegan.
"Keenaaan!!" Siena mengigau menyebut nama sahabatnya.
"Siena.." Reegan menepuk pelan pipi Siena. Namun Siena tidan meresponnya.
"Siena!" Reegan sedikit lebih keras menepuk pipi Siena hingga ia terbangun dan membuka mata, ia melihat Reegan sudah ada di sampingnya.
"Aku takut Reegan," ucap Siena bangun dari tempat tidur langsung memeluk erat tubuh Reegan.
"Kau bermimpi Siena," ucap Reegan membalas pelukan Siena.
"Jangan tinggalkan aku..aku takut..aku takut," ucapnya lirih, ia tengadahkan wajah menatap Reegan dengan kedua bola mata berkaca kaca.
"Hei, kau kenapa? apa yamg kau takutkan?" tanya Reegan sembari menampuk wajah Siena.
"Aku takut.." ucapnya lagi.
Reegan mengusap air mata Siena menggunakan tangannya, "kau bermimpi Siena..memangnya kau mimpi apa?"
"Aku tidak bermimpi, tapi ini nyata..nyata Reegan." Siena meyakinkan Reegan kalau dia tidak bermimpi.
"Tentang apa? bicara yang jelas." Reegan berdiri lalu ia ambil teh yang sudah dingin. Ia berikan pada Siena.
Siena mengambil gelas teh dari tangan Reegan lalu meminumnya hingga habis. "Tetima kasih," ucap Siena sembari memberikan gelas kosong pada Reegan.
"Ceritakan, ada apa..apa yang membuatmu takut." Reegan meletakkan gelas di atas meja lalu ia kembali duduk di tepi tempat tidur.
Pelan oelan Siena menceritakan suara misterius dari seorang pria yang meminta tolong lewat ponsel. Ia menunjukkan nomer pria yang menelponnya dalam beberapa hari ini.
"Kau tidak mengenalnya?" tanya Reegan. Siena menggelengkan kepala, ia memperhatikan Reegan yang berusaha menelpon balik nomer itu. Namun hasilnya tetap sama, nomer itu sudah tidak aktif lagi.
"Kalau kau takut, kita akan melaporkannya pada Polisi. Biar pihak Kepolisian yang mencari tahu pemilik nomer ini," jelas Reegan panjang lebar. "Sekarang kau istirahat dengan tenang, besok kita sama sama ke kantir Polisi." Reegan berdiri hendak melangkahkan kakinya.
"Jangan pergi..temani aku malam ini," ucap Siena meraih tangan Reegan dan menariknya supaya kembali duduk.
Reegan menghela napas panjang, sesaat ia menatap Siena. "Baiklah..kau tidur..dan aku tidur di sofa."
Sieba menganggukkan kepala, lalu ia kembali merebahkan tubuhnya sambil menggenggam erat tangan Reegan. Perlahan Siena memejamkan matanya kembali.
Reegan terdiam menatap wajah Siena, ia tersenyum dan mencium pelan tangan Siena yang menggenggam tangannya. "Kau terlihat sangat polos Siena..dan aku mencintaimu." ucap Reegan dalam hati. Dengan senang hati Reegan duduk di tepi tempat tidur menunggu Siena hingga tertidur lelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Hamba Allah
mampir
2021-06-07
1
Kustri
serius! cpt bgt jatuh cintanya!
2021-03-30
1
Ariyanz Jaya
jadi penasaran nih
2021-03-15
0