Pagi pagi sekali, Siena sudah rapi untuk berangkat melamar pekerjaan di Pt. Angkasa Pura.
"Kau sudah mau berangkat, Nak?" tanya Bu Silvi berdiri di depan pintu di tangannya membawa segelas teh hangat untuk Siena.
Siena menoleh ke arah Bu Silvi bibirnya tersenyum merekah, "iya Bu..do'a kan Siena ya," jawab Siena, ia menundukkna kepala membenarkan rok hitam selutut yang ia gunakan.
"Ini..minumlah dulu..Ibu tidak ada sarapan buatmu..sudah habis sama adik adikmu," ucap Bu Silvi sedih.
Siena tersenyum menatap Bu Silvi, "tidak apa apa Bu..yang penting adik adik sudah kenyang." Siena mengambil gelas di tangan Bu Silvi, lalu ia habiskan teh hangatnya.
"Ahh.." Siena mendesah. "Terima kasih." Siena berikan lagi gelas kepada Bu Silvi.
"Cepat kau berangkat, jangan sampai terlambat," ucap Bu Silvi. Siena menganggukkan kepala.
"Siena berangkat dulu, Bu." Bu Silvi tersenyum menganggukkan kepala, tangannya mengusap lembut puncak kepala Siena saat menyalami tangannya. Kemudian Siena melangkahkan kakinya keluar rumah di ikuti Bu Silvi dari belakang menatap punggung Siena.
"Semoga berhasil Nak," gumam Bu Silvi.
***
"Jadi kau?" Siena sangat terkejut, ternyata Keenan bekerja di Pt Angkasa Pura tempat Siena melamar pekerjaan. Keenan bekerja sebagai manager perusahaan itu.
Keenan menganggukkan kepala, ia tersenyum senang karena Siena melamar kerja di tempat yang sama, "kau datang ke tempat yang benar, karena aku membutuhkan sekertaris baru untuk menggantikan yang lama."
"Terima kasih, kau sudah menerimaku bekerja di sini," ucap Siena.
"Oke..mulai hari ini kau mulai bekerja." Keenan berdiri lalu menunjukkan Siena ke ruang kerjanya. Berkat bantuan dari Keenan, ia mulai bisa beradaptasi dan dengan mudah melakukan pekerjaan yang di berikan Keenan.
Waktu terus berjalan, jam istirahat Keenan mengajak Siena makan di luar, "aku harap kau betah bekerja di perusahaan itu," ucap Keenan sambil mengunyah makanan.
"Kau tenang saja, aku pasti betah..ada yang lebih penting dari sekedar mengikuti keinginanku," jawab Siena.
"Apa?" Keenan menatap ke arah Siena.
"Adik adikku di panti, sekarang ini kami dalam masalah." Keenan menautkan ke dua alis menatap Siena.
"Masalah?" Siena menganggukkan kepala.
"Iya benar..tanah yang kami tempati akan segera di jual oleh pemiliknya, tentu saja rumah tempat kami tinggal akan di bongkar."
Keenan berhenti mengunyah, ia mengambil jus orange nya lalu menyecapnya perlahan, "sampai kapan batas waktu pembongkarannya?" Keenan meletakkan orange jus nya di meja.
"Mungkin lusa," kata Siena. "Tapi aku akan berusaha bicara dengan pemilik tanah itu, supaya kami ada waktu untuk mencari tempat lain." Siena mengaduk aduk makanan di piring, ia hilang selera makannya mengingat nasib adik adiknya nanti.
Keenan menghela napas dalam dalam, ia menatap lekat wajah Siena, "akan aku carikan solusinya..mungkin aku akan mencari sewa rumah dulu?" Siena menatap pria yang ada di hadapannya. Keenan selalu membantu di setiap kesulitan dan rela berbagi makanan dengan anak anak panti asuhan.
"Kau serius?" tanya Siena.
Keenan menganggukkan kepala, "iya..nanti sore kita bicarakan dengan Bu Silvi," kata Keenan.
"Terima kasih," kata Siena kembali tersenyum merekah. "Kau memang sahabat terbaikku."
"Hanya itu?" Siena menautkan ke dua alisnya menatap Keenan.
"Maksudmu?" tanya Siena.
"Tidak..tidak apa apa.." Keenan melirik sesaat ke arah Siena.
"Kau ini..kebiasaan," sungut Siena.
Keenan tertawa kecil, "habiskan makananmu." Setelah habiskan makan siang, mereka berdua kembali ke kantor.
Untuk hari pertama Siena bekerja dengan baik tanpa ada kendala. Waktu terus berjalan, Siena membereskan semua pekerjaannya dia bersiap siap untuk pulang.
"Siena!" seru Keenan saat melihat Siena berjalan menuju halaman perusahaan. Siena menghentikan langkahnya menatap Keenan yang tengah berjalan mendekat. "Aku antarkan kau pulang." Siena tersenyum ke arah Keenan.
"Boleh," kata Siena. Kemudian mereka berjalan menuju parkiran.
"Kita makan dulu atau langsung pulang?" tanya Keenan sambil memasang sabuk pengaman.
"Tidak usah..kita langsung pulang saja," jawab Siena sempat melirik sesaat ke arah Keenan.
"Baiklah, kita pulang sekarang." Siena mennganggukkan kepala.
Tiga puluh menit berlalu, akhirnya mereka sampai di halaman rumah panti asuhan. Siena dan Keenan langsung keluar dari pintu mobil.
"Kakaak!!" seru seorang anak perempuan berusia tujuh tahun berlari mendekati Siena dan memeluknya sambil terisak.
Siena melirik sesaat ke arah Keenan lalu ia jongkok di hadapan anak perempuan itu.
"Fika kenap menangis?" tanya Siena menangkup wajah anak perempuan bernama Fika. Fika menarik napas sebelum menjawab pertanyaan Siena.
"Rumah kita mau di bongkar kak..terus, kita mau tinggal di mana?" ucap Fika tersedu sambil mengucek kedua matanya.
"Adek kata siapa?" tanya Siena, ia tengadahkan wajahnya menatap Keenan sesaat. "Coba cerita ke kakak."
"Adek..adek dengerin bunda bicara sama kakek itu," jawab Fika menunjuk ke arah seorang kakek yang baru saja keluar dari dalam rumah panti. Siena dan Keenan menatap ke arah yang di tunjuk Fika. Siena langsung berdiri dan bergegas menghadang si kakek yang hendak masuk ke dalam mobil miliknya.
"Kakek tunggu!" seru Siena. Si kakek menoleh ke arah Siena. Ia menautkan kedua alisnya menatap Siena yang sudah berdiri di hadapannya.
"Kau..?" si kakek berusaha mengingat kejadian beberapa hari lalu. "Bukankah kau yang sudah menyelamatkan kakek?" tanya Kakek itu tersenyum lebar. Siena menautkan kedua alisnya. Ia hampir lupa dengan kejadian itu.
"Oh, jadi Kakek pemilik tanah ini?" tanya Siena balik. "Kakek...?"
"Hardi.." potong kek Hardi Suryadiningrat.
Siena menganggukkan kepala, "kek..bisa kita bicara sebentar?" tanya Siena. Kakek Hardi menganggukkan kepala.
"Tentu saja Nak, kebetulan sekali," jawabnya. Lalu mereka berjalan menuju teras rumah. Di teras sudah menunggu Bu Silvi dan Keenan, lalu mereka semua duduk di kursi.
"Kek..aku minta maaf sebelumnya..tapi bisakah kakek beri kami waktu untuk mendapatkan rumah sewa yang lain?" ucap Siena menatap kek Hardi dengan tatapan penuh harap. Bu Silvi hanya diam menundukkan kepala. Begitu juga Keenan, ia coba untuk mendengarkan dahulu sebelum ikut bicara.
Kek Hardi terdiam sejenak menatap lekat ke arah Siena, "baiklah..kakek akan kabulkan permintaanmu..tapi..?" Kek Hardi tidak melanjutkan kata katanya. Siena, Bu Silvi dan Keenan menatap kek Hardi menunggu jawaban selanjutnya.
"Tapi apa Kek?" tanya Siena.
"Kakek mau melamarmu, apa kau berkenan?"
Siena dan Keenan saling pandang sesaat, "maksud kakek? kakek mau menikahiku?" mata Siena terbelalak menatap Kek Hardi.
Kek Hardi tertawa mendengar pertanyaan Siena.
"Bukan Nak..bukan kakek yang akan menikahimu..tapi kakek melamarmu untuk cucu kakek," jawab Kek Hardi.
"Oh, maaf Kek," Siena tersenyum menatap Kek Hardi karena sudah berpikir yang tidak tidak, begitu juga Keenan dan Bu Silvi.
"Bagaimana Siena?" tanya Kek Hardi.
"Maaf Kek..aku tidak bisa," jawab Siena.
"Maaf ya Kek..kakek tidak bisa seperti itu. Melamar Siena untuk pria yang tidak dia kenal, ini bukan jaman siti nurbaya kek," sela Keenan sedikit tidak suka dengan tawaran Kek Hardi.
"Kakek minta maaf, Nak..jika permintaan kakek terlalu cepat," kek Hardi menundukkan kepala. "Tapi kau bisa kenalan dulu dengan cucuku."
"Tidak bisa Kek," ucap Keenan, ia langsung berdiri. "Bu Silvi..Siena..aku bisa mencarikan tempat buat kalian malam ini juga." Siena tengadah menatap Keenan yang begitu marah mendengar pernyataan kek Hardi. Siena menarik lengan Keenan untuk duduk, ia menganggukkan kepala menatap ke arah Keenan.
"Bukan..bukan maksud kakek untuk memaksa," kek Hardi merasa tak enak hati. "Siena boleh berkenalan dulu dengan cucu kakek..jika tidak suka tidak apa apa."
"Baiklah kek..kami juga minta maaf," ucap Siena sopan. Kek Hardi menganggukkan kepala.
"Kakek beri waktu tiga hari, kalau kau butuh bantuan kakek..hubungi kakek ya," ucap Kek hardi menatap Siena. Siena menganggukkan kepala.
"Terima kasih banyal Kek..terima kasih banyak," ucap Siena berkali kali membungkuk hormat.
"Jangan sungkan nak..kalau begitu, kakek pulang dulu." Kek Hardi berdiri di ikuti yang lain. Kek Hardi melipat kedua tangannya sambil membungkuk.
"Maturnuwun nduk.." ucapnya.
Siena dan yang lain membungkuk hormat, "sami sami Kek," jawab Siena. Kemudian Kek Hardi melangkahkan kakinya meninggalkan rumah panti. Siena dan yang lain menatap kepergian kek Hardi.
"Aneh..mau bantu kok ada maunya," sungut Keenan. Siena menoleh ke arah Keenan.
"Ciee, cemburu ya," celetuk Siena menunjuk ke arah Keenan. Keenan menjadi salah tingkah, ia garuk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tidak..siapa juga yang cemburu," Keenan tersipu malu melirik sesaat ke arah Bu Silvi yang tersenyum.
"Itu..hidungnya kembang kempis, jadi benar kan kau cemburu?" goda Siena. Keenan melebarkan matanya menatap Siena.
"Sudah, sudah..sebaiknya kita masuk ke dalam," ucap Bu Silvi menengahi. Siena tertawa kecil, ia menjulurkan lidahnya ke arah Keenan yang cemberut. Lalu mereka masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Erika Darma Yunita
begitulah klo bersahabat..... rasa cinta...susah diungkap.....kayaknya kakek sengaja
2021-07-03
0
riri
angkasa pura y bandara lah ...
2021-06-05
0
Neng Dewi Fortuna
sisca/maria? reegan atau kenzi?
2021-04-06
0