Wulan tengah meringkuk di kasur king size milik Sandi, tak lama pintu di buka oleh Bu Mala.
Bu Mala menghampiri Wulan yang tengah menangis dalam diamnya.
"sayang, maafkan ibu, karena memaksa mu menikahi putra seperti Sandi," kata Bu Mala sambil mengelus jilbab Wulan.
Wulan pun bangkit dari tidurnya, dan memeluk Bu Mala.
"ibu jangan bicara seperti itu, ibu hanya mau yang terbaik untuk putra ibu, maafkan aku belum bisa memenuhi janjiku," kata Wulan sambil menangis.
"ibu harap kamu tak menyerah dengan perlakuan Sandi yang seperti itu," kata Bu Mala.
"tidak bu, karena aku yakin mas Sandi pasti bisa menjadi pribadi yang lebih baik," kata Wulan memegang tangan Bu Mala.
tanpa mereka sadari Sandi mendengar percakapan dua wanita tersebut, dan Sandi memutuskan pergi menuju tempat kerjanya.
Sandi termenung memikirkan sesuatu.
"apa dia sebaik itu, sampai ibu sangat percaya padanya, bahkan dia bisa selembut itu meski sudah ku sakiti," batin Sandi.
saat Bu Mala dan Wulan turun untuk mengecek persiapan makan malam.
karena persiapan sudah selesai, Wulan dan Bu Mala santai di ruang keluarga.
Vita dan Salsa datang bersama suami dan anak mereka.
"selamat malam semua," ucap Salsa sambil nyelonong masuk.
"selamat malam juga kak Salsa," jawab Wulan tersenyum.
" kan aku sudah bilang kakak ipar, panggil aku adik ipar, oke kakak ipar cantik," ujar Salsa.
"maaf kak belum terbiasa," jawab Wulan.
" jangan di paksa Sa, biar kak Wulan memanggil dengan keinginannya," kata Vita menengahi.
"oke terserah, apa yang bisa kami bantu?" tanya Salsa.
"tidak ada, semua sudah di siapkan oleh mantu ibu," jawab Bu Mala memandang Wulan.
"benarkah? semuanya?" tanya Vita.
Wulan hanya mengangguk, tak lama pak Joko turun dengan membawa cangkir kopi karna Sandi tak cocok dengan rasa kopi tersebut.
"loh pak joko kenapa bawa cangkir dari atas?"tanya Bu Mala.
"maaf nyonya tadi tuan meminta buatkan kopi, tapi kata tuan rasanya tak enak" jawab pak Joko.
Bu Mala heran, Sandi biasanya tak akan bermasalah dengan minuman atau makanan yang di buat oleh pelayan.
" biar saya yang buatkan pak," kata Wulan sambil menuju ke dapur.
Wulan dengan cekatan meracik kopi dan meletakkan brownis ke piring.
akhirnya pak Joko membawa kopi dan cemilan itu ke ruangan Sandi.
Tok..Tok..
"masuk," perintah Sandi.
"ini kopi dan cemilannya tuan," ucap pak Joko sambil menaruh cakir dan piring di meja kerja Sandi.
"baiklah dan kau boleh keluar pak," perintah Sandi yang masih sibuk dengan laptopnya.
Sandi pun menyeruput kopi di mejanya, Sandi pun tersenyum menikmati kopi yang pas di lidahnya, dan saat melihat beberapa cemilan Sandi pun mencobanya, benar saja rasa brownis itu terasa sangat enak.
jam 7 malam para besan dari bu mala sudah datang dan di sambut oleh Vita. Salsa dan Bu Mala.
merekapun duduk bersama di ruang tamu sambil menunggu pengantin barunya turun.
sedang Wulan tengah berganti pakaian.
Sandi yang melihat jam menunjukkan pukul tujuh malam pun menuju kamar guna menganti baju.
ceklek..
saat Sandi masuk ke kamar, betapa Sandi terpana melihat wulan sudah terlihat cantik dengan gamis warna biru laut.
" mas Sandi mandi dulu biar bajunya Wulan siapkan," kata Wulan.
"hem.. "jawab Sandi sambil berjalan ke arah kamar mandi.
di ruang pakaian Wulan memilih celana jeans dan kaos berkerah untuk Sandi, dengan warna yang senada dengan gamisnya.
tak lama Sandi pun selesai dan masuk keruang pakaian, Sandi pun memakai baju yang di pilihkan oleh Wulan.
setelah selesai Sandi berjalan keluar dan melihat Wulan masih duduk di sofa.
"kenapa belum turun?" tanya Sandi datar.
" aku menunggu mas Sandi, agar kita bisa turun bersama," jawab wulan.
"baiklah kalau begitu, ayo kita turun, mereka mungkin sudah menunggu," kata Sandi mengandeng tangan Wulan.
Wulan yg tangannya di gandeng oleh Sandi, merasa jantung nya berdetak sangat cepat bahkan tangannya sangat dingin.
" apa kau sakit? kenapa tanganmu sedingin es?"tanya Sandi.
"tidak mas, em.. mungkin saya gugup saja," jawab Wulan menunduk.
Sandi hanya tersenyum melihat kegugupan Wulan ketika bersamanya, menurutnya itu sangat terlihat manis bagi Sandi.
"itu mereka sudah turun," kata Bu Mala melihat Sandi dan Wulan
sesaat mereka terpukau, melihat pasangan pengantin baru tersebut, bagaimana tidak Sandi yang tampan meski berusia matang, sedang wulan terlihat cantik dan manis karna senyum tak pernah hilang dari bibirnya.
"eleh eleh, pengantin baru kita makin mesra aja," goda Salsa.
" memang tak boleh ya," jawab Sandi datar.
" alah.. kak Sandi udah nikah masih aja judes aja, awas tu nanti kakak ipar ninggalin kakak biar tau rasa,"ledek Vita.
"tak kan ku biarkan dia meninggalkanku,"" jawab Sandi menatap Wulan.
Blush... pipi Wulan memerah karna ucapan Sandi.
"kalian berdua kenapa suka mengoda kakak dan kakak ipar kalian sih," kata Raffi suami Vita.
sedang Vita dan Salsa hanya tersenyum mengangkat bahu mereka.
Wulan pun berkenalan dengan mertua Vita dan Salsa, kemudian dia duduk di samping Bu Mala sedang Sandi di sofa single di samping Wulan.
"Sandi bagaimana kabarmu? karna kemarin om dengar kau memenangkan tender dari perusahaan inggris itu?" tanya papa Azka.
"iya om, karna tender itu sangat menguntungkan,"jawab Sandi..l
Syarif pun bergabung setelah bermain bersama salah satu pelayan.
"papi... kangen," kata Syarif sudah memeluk Sandi.
"iya papi Sandi juga kangen," jawab Sandi.
Syarif yang melihat Wulan tersenyum kearahnya pun di buat malu.
"papi kakak ini siapa? apa temen papi? dan bolehkah Syarif mengenalnya?"tanya Syarif.
" boleh dong, panggil dia mami, karna dia istri papi,"jawab Sandi lembut.
"no papi bohong, kakak ini sangat cantik, Syarif mau jadi temennya," jawab Syarif sambil menanyunkan bibirnya.
"kakak aku Syarif, nama kakak siapa?" tanya Syarif pada Wulan.
"Syarif ganteng, nama kakak Wulan, Syarif bisa memanggil bunda Wulan," kata Wulan lembut.
"kenapa harus bunda Wulan," tanya Syarif.
"karna bunda adalah istri dari papi Sandi," jawab Wulan.
"kenapa bunda mau dengan papi padahal papi sudah tua, mending sama Syarif karna masih muda," kata Syarif dengan nada imutnya.
"heh.. siapa yang tua Syarif, kamu itu masih anak kecil, dan bunda hanya milik papi," kata sandi meledek sang keponakan.
"oma...lihat papi menyebalkan, masak Syarif tak boleh sama bunda Wulan," ucap Syarif menggadu pada Bu Mala.
"huh dasar bocah kecil, bisa-bisanya cuma menggadu saja," gerutu Sandi.
sedang yang lain hanya tertawa melihat tingkah Sandi, yang sedang berdebat dan tak mau kalah dari Syarif.
.
.
.
.
**mohon dukungan nya ya....
terima kasih...😉😉😡**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 395 Episodes
Comments
Yayan Mulyani
👍👍👍😍😍😍
2020-12-31
0
3 semprul
suka thor...👍👍👍
2020-12-29
0
Fatma wati
👍👍👍😘
2020-11-30
1