BRENDA TERTEMBAK

Kring Kring

suara belum istirahat telah berbunyi dan semua murid berhamburan menuju kantin, taman, lapangan dan tempat lainnya, ada juga yang berada di dalam kelas. Saat ini Brenda dan kedua sahabatnya yaitu Nanda dan Luna sedang duduk di salah satu bangku kantin.

"Woy, lo pada pesen apa, biar gue pesenin! " ucap Nanda membuka suara.

"Bakso! " jawab Luna dan Brenda bersamaan.

"Kompak bener dah! " gerutu Nanda dan hanya mendapat lirikan oleh Luna dan Brenda. Tanpa basa basi Nanda langsung ke salah satu penjual yang ada di kantin dan membeli bakso.

Setelah pesanan datang mereka bertiga langsung melahap baksonya. Nanda yang notabennya doyan makan memesan dua mangkok bakso, namun Brenda dan juga Luna tak mempermasalahkan hal itu karena sudah tau tingkah Nanda yang doyan makan itu.

"Hari ini kita akan ada pertunjukan yang menarik!" ucap Brenda di sela-sela makannya sambil menatap ponselnya itu.

"What it's? " tanya Nanda dan Luna bersamaan.

"Let's see later! " Ucap Brenda sambil tersenyum mematikan.

"When? " tanya Nanda dan Luna bersamaan.

"10" Brenda mulai menghitung.

"9"

"8"

"Kenapa lo hitung mundur? " tanya Nanda bingung namun tak ada jawaban dari Brenda.

"7"

"6"

"5"

"4"

"3"

"2"

"1"

Dorr

Suara tembakan yang entah dari mana asalnya membuat semua murid yang ada di kantin berhamburan takut. Bahkan Nanda dan Luna masih bingung dan mencari sumber suara tembakan itu. Saat mereka ingin bertanya kepada Brenda betapa terkejutnya mereka melihat sahabatnya yang sudah terjatuh memegang perutnya yang terus mengeluarkan darah.

"BRENDA! " teriak Nanda dan Luna.

Teriakan Nanda dan Luna sontak membuat seisi kantin heboh pasalnya tidak ada yang menyadari bahwa Brenda lah sasaran tembakan itu. Betran yang baru saja datang bingung kanapa kantin jadi ramai dan di satu titik dikerumuni banyak murid.

"Ada apa? " tanya Reno kepada salah satu siswi.

"Itu ada yang tertembak? " jawab siswi.

"Siapa? " tanya Devano.

"Brenda! " ucapan siswi tersebut sontak membuat Betran membelalakkan matanya karena kaget dan langsung menembus kerumunan itu.

"Brenda! " ucap Betran saat berhasil menembus kerumunan itu dan langsung menghampiri tempat Brenda.

"Siapa yang melakukannya? " Tanya Betran dingin dan sorot mata tajam penuh amarah.

"Tidak apa-apa, ini adalah bagian dari rencana ku untuk menangkap anak orang itu! " ucap Brenda menahan sakit sambil tersenyum.

"Kita ke rumah sakit sekarang! " Ucap Betran dan langsung menggendong Brenda menuju mobilnya dan langsung membawa ke rumah sakit milik keluarga Betran.

Betran berada di kursi penumpang sambil memangku Brenda sedangkan Devano yang mengendarai mobilnya.

"Siapa yang melakukannya? " tanya Betran kepada Brenda yang masih membuka matanya.

"Pergilah ke maskarku dan bawalah Nanda dan Luna, kamu akan tau siapa pelakunya! " ucap Brenda lemah. "Aku ingin istirahat! " ucapnya semakin lemah dan langsung menutup matanya.

"Brenda bangun! " ucap Betran sambil menepuk pipi Brenda.

"Dev, cepatlah! " ucap Betran sambil menahan tangis dan amarahnya.

"Sayang, bersabar lah. Sebentar lagi kita akan sampai! " Ucap Betran sambil memeluk Brenda.

Setelah sampai rumah sakit, Betran langsung membawa Brenda ke ruang operasi karena sebelumnya diperjalan Brenda sudah menelfon dokter keluarga yang juga bekerja di rumah sakit tersebut untuk menyiapkan ruang operasi.

satu jam berlalu dan operasinys belum juga selesai. Di ruang tunggu sudah ada Betran, Devano, Reno, Nanda dan juga Luna yang setia menunggu. Tak lama keluarga Brenda dan juga Betran datang.

"Betran! apa yang terjadi? " tanya Alice sambil menangis tersedu-sedu.

"Ada yang menembak Brenda tan! " jawab Betran.

"Lalu bagaimana keadaan Brenda sekarang? " tanya Alex.

"Masih di ruang operasi, om! " jawab Betran

"Betran, kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan? " tanya Panji menatap Betran.

"Iya dad, aku ingin menunggu kabar Brenda setelah itu aku akan ke markas Brenda bersama Luna dan Nanda, kata Brenda pelakunya sudah ada di markas dan ini adalah rencana Brenda untuk menangkap pelakunya. " jelas Betran panjang lebar dan Nanda serta Luna yang namanya di sebut pun paham dengan penjelasan Betran.

"Baiklah! " ucap Panji kepada anaknya. "Dad percaya sama kamu! " tambahnya.

"Yang sabar ya sayang, pasti Bren baik-baik saja! " ucap Alex memeluk Alice dan mencoba menenangkannya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!