Ashana P.O.V
Mata ku terbuka dengan perlahan, pemandangan apartment terasa aneh karna aku lupa kalau saat ini aku sudah kembali ke Jakarta. Sepasang tangan terasa memeluk ku erat, tentu aku tidak aneh karna aku sudah terbiasa. Delvin selalu memeluk ku begini selama kami tidur.
"Hmmm biasain sayang jangan pernah tinggalin aku pas lagi tidur sekalipun. Aku gak bisa." katanya dengan mata yang masih tertutup.
Senyum ku melebar, akupun langsung menaiki tubuhnya. "Hey, aku ga ngejauh. Aku mau ke dapur. Emangnya kamu ga mau makan hmmm?" tanya ku yang dijawab anggukannya. Mata Delvin yang masih sentiasa tertutup membuat ku gemas dan memilih untuk menciumi wajahnya.
"Damn babe! You made me on!" katanya yang membuat ku tertawa. Dengan refleks, aku malah menggoyangkan tubuhku sampai Delvin sesekali berdesis dan nafasnya mulai memberat. Akupun merasakan benda mengeras yang menempel di area privasi ku ini.
"Damn babe! ****! You make me want to oh ****!" umpatnya seiring gerakanku. "Closer babe!" ujarnya yang membuatku bingung dan tetap menggerakan tubuhku.
"Oh ****! Coming babe! Damn!" Umpat nya dengan deheman yang cukup keras. Aku merasa benda mengeras tadi perlahan menghilang, celana Delvin pun menjadi basah.
"By! Jorok ih!" ujar ku seraya berdiri dan ke dapur untuk mengambil handuknya di jemuran. "Nih mandi dulu!" suruhku seraya melemparkan handuk yang ku ambil tadi.
Setelah itu, aku langsung memasak sarapan untuk kami makan. Sesekali juga aku bernyanyi lagu yang terngiang-ngiang didalam benakku. Setelah setengah jam bergelut dengan para bahan dan alat memasak, akhirnya makanan yang ku masak pun jadi.
Tanganku menata makanan yang sudah ku masak. Telur mata sapi, sosis dan daging slice panggang, roti dengan keju yang sudah ku lelehkan, jangan lupakan kopi yang ku siapkan.
Sepasang tangan memelukku, akupun tersenyum saat merasakan ciuman di leher kananku. "Wangi banget deh!" ucap Delvin dengan suara seraknya. "Kamu makan dulu ya!" ajak ku yang dijawab anggukannya.
Kamipun makan bersama disertai beberapa kali candaan dari Delvin yang membuat ku tertawa. "Sayang, nanti aku balik ke apart dulu ya. Mau beresin baju dulu abis itu aku kesini lagi kok." kata Delvin. "Okay by!" jawabku dengan senyuman.
Ponsel ku berdering, ada nama Appa terlihat. Aku langsung mengambil ponsel dan mengangkat telfonnya.
"Hallo, Appa!" sapa ku dengan senyuman. "Hallo princess! Minggu depan appa dan ammi mau pulang loh!" kata Appa antusias. "Oh ya? Finally!! Jangan lupa ya bawain aku oleh-oleh!" ujarku dengan senyuman. "Iya dong sayang nanti pasti appa bawain!" kata Appa.
Aku menatap Delvin yang sedang tersenyum. "Nanti aku mau kenalin seseorang ya Appa!" ujarku yang membuat Delvin tersenyum sangat lebar. "Iya nanti kita ketemu okay!" jawab Appa seraya mematikan sambungan telfon.
***
Sudah tiga jam setelah Delvin pergi, aku yang lagi merapihkan apartment terpaksa berhenti saat mendengar suara bell. Saat aku lihat, ternyata ada dua orang laki-laki berbadan kekar dan jas formalnya.
"Dengan Nona Gazel?" tanya salah satu dari mereka yang ku jawab anggukan. Kedua orang itu saling menatap, aku yang merasa curiga langsung menutup pintu apartment ku ini tapi terlambat, salah satu dari mereka sudah menahan pintu dengan kakinya.
Aku langsung memaksa untuk menutup pintu. Bodo amat deh kaki tuh orang patah!
Aku terpental saat pintu di dorong dengan kuat, tidak butuh waktu yang lama aku kembali berdiri dan mengambil gunting lalu mengarahkannya ke mereka.
"Nona, dengarkan saya! Saya dikirim oleh Tuan Delvin untuk menjemput Nona!" kata laki-laki ini yang membuatku terkejut dan kembali meletakan gunting ditempatnya.
"Maaf pak, saya kira bapak orang jahat. Delvin dimana ya kalo boleh tau?" tanya ku. "Tuan Delvin menyuruh kami untuk membantu nona mempersiapkan diri. Mari ikut kami!" ajak mereka yang ku jawab anggukan.
Kamipun turun ke basement, aku melihat seorang wanita yang sudah menunggu ku didalam mobil. Pintu mobil dibukakan oleh salah seorang laki-laki tadi dan akupun duduk disebelah perempuan ini.
"Perkenalkan, saya Kiota. Saya kepala pelayan yang bekerja untuk tuan Delvin. Sesuai dengan perintahnya, nona akan kami persiapkan diri untuk bertemu dengannya." kata wanita ini.
"Persiapan? Kenapa emangnya? Apa akan ada acara?" tanya ku. "Betul, ada pesta yang akan di gelar tuan Delvin." jawabnya. "Okay." ucapku singkat.
***
Mobil terparkir di salah satu mall. Aku langsung turun bersama dengan Kiyota dan masuk ke dalam.
"Minta semua orang untuk keluar dari mall!" kata Kiyota yang membuatku terkejut. "Mbak, ga usah. Saya bisa kok belanja sama orang-orang." ujarku pelan. "Jangan, ini perintah tuan Delvin." kata Kiyota yang membuatku menganggukan kepala.
"Saya bisa kosongkan sejam lagi, bu." kata seorang laki-laki berpakaian formal dengan name tag 'Manager'.
"Saya mau sekarang!" kata Kiyota. "Tapi keadaan sangat ramai sekarang ini, mustahil kalau mau menyuruh mereka pergi." kata laki-laki itu.
"Bunyikan alarm kebakaran!" kata Kiyota yang membuatku terkejut. "B-baik, saya usahakan semua akan mengosongkan mall ini!" kata laki-laki itu seraya mulai berlari.
"Kepada yang terhormat, seluruh pengunjung Giovani Mall, di mohon untuk segera keluar dari mall karna ada keadaan darurat. Mohon maaf atas ketidak nyamanan yang terjadi, maka silahkan kepada para pengunjung untuk mendaftarkan diri menjadi member mall ini sehingga akan mendapatkan diskon 70% pada pembelian pertama setelah tanggal ini sampai bulan depan. Untuk mendaftar sebagai member akan ada link yang dikirim lewat sms. Dengan segala hormat, kami mengucapkan sekian dan terima kasih."
Aku mendengar pemberitahuan lewat speaker mall yang ada. "Akhirnya bisa segera kosong." kata Kiyota. "Apa ini ga berlebihan, mbak?" tanya ku yang membuatnya tersenyum. "Tidak nona. Ini memang arahan dari tuan Delvin. Jika kami tidak mengikuti perintah, maka pekerjaan kami terancam." jawab Kiyota yang membuatku mengerti.
Setelah mall ini sudah sepi, Kiyota langsung mengajak ku mengelilingi mall. Dia menyuruhku untuk memilih baju yang aku sukai.
Aku masuk ke salah satu toko gaun. Aku tertarik dengan salah satu gaun pendek off shoulder yang terbuat dari kain satin putih dengan bagian lengannya yang berpotongan peasant. Aku langsung mengambil gaun itu dan membawanya ke ruang ganti.
Saat aku coba, muat! Aku terlihat seperti wanita elegant di kaca. Setelah merasa puas, langsung saja gaun ini ku lepaskan dan kembali memakai baju yang tadi ku pakai.
"Mbak? Saya pilih gaun ini." ujarku. "Okay, cari satu gaun lagi nona. Tuan Delvin meminta dua gaun dengan warna yang berbeda." kata Kiyota yang membuatku menghela nafas dan menganggukan kepala.
"Kita ganti tempat!" ujarku seraya pergi dari toko gaun ini.
Aku dan Kiyota berjalan menelusuri mall ini. Saat naik ke lantai dua, aku melihat satu gaun yang sangat menarik perhatianku. Gaun ini berwarna silver dan ada beberapa berlian di bagian dadanya, area punggung yang terbuka dan panjang nya yang membuatku sangat tertarik.
"Saya mau ini." ujarku menunjuk gaun yang ku sukai ini. Salah satu laki-laki berjas yang tadi menjemputku mengambilkan gaun itu lalu segera membawanya setelah dimasukan ke dalam closet protect yang berupa plastik untuk melindungi gaun ini dari kotoran dan debu.
"Mari nona, kita akan mencari sepatu untuk anda!" ajak Kiyota. Aku pun hanya bisa mengangguk pasrah dan kami segera mencari toko sepatu.
Dengan asal menunjuk aku memilih heels putih setinggi 10cm, dan heels silver setinggi 10cm.
"Saya rasa ini sudah selesai, saatnya kita ke salon!" kata Kiyota seraya berjalan sambil menarik tangan ku.
"Iya sabar weh! Saya ini susah jalannya kalo di tarik-tarik. Slow aja, saya bisa kok jalan cepet." ujar ku pelan.
Kami langsung berjalan ke satu salon sesuai arahan Kiyota. Saat didepan salon, ada tulisan 'Welcome Nona Gazel!'.
Aku masuk dan melihat banyak pekerja yang sedang menunggu ku. "Hallo nona Gazel! Kami adalah salon yang dipercayakan tuan Delvin untuk memberikan treatment terbaik kepada anda. Silahkan!" kata salah satu pegawai salon ini.
Ada dua pekerja yang memberikan ku buku. Ternyata untuk model rambut, dan make up ku. Aku langsung memilih untuk membuat rambutku di ujungnya menjadi curly, serta make up ku yang natural.
"Nona, silahkan pilih wewangian yang akan digunakan selama anda di ruang spa, serta masker untuk wajah dan lulur tubuh anda!" kata pegawai yang tadi menyambutku.
Aku melihat dua orang membawa nampan, yang satu membawa masker wajah yang satunya lagi membawa berbagai lulur.
"Saya mau yang berbeda. Saya mau pakai lulur kuning Jawa dan di bilas dengan air bunga yang wangi. Untuk masker wajah, saya mau peel of mask yang jasmine. Wewangian di ruang spa, saya mau wangi-wangi yang khas seperti percampuran pandan dan bunga-bunga tujuh rupa. Tolong buat suasana yang sangat tenang!" ujar ku yang membuat mereka terkejut. "B-baik nona!" jawab semua pegawai.
"Mbak, tolong beli makanan ya!" pinta ku. "Bisa kah nona tidak memanggil saya mbak? Cukup nama saya saja, nona." kata Kiyota. "Oh iya maaf, saya merasa tidak sopan jika memanggil yang lebih tua dari saya itu dengan nama. Kalau begitu bisakah kamu memesankan makanan? Belikan untuk pegawai salon ini juga!" ujarku seraya memberikan sepuluh lembar uang seratus ribu.
"Nona, apa yang mau dipesan?" tanya Kiyota. "Apa saja, kalian juga jangan lupa memesan makanan. Saya tidak menyukai organ dalam dan kulit. Jadi tolong jauhkan saya dari makanan seperti itu." ujarku. "Baik. Kami akan segera membelinya ke foodcourt. Sementara saya pergi, layani Nona Gazel dengan baik!" kata Kiyota.
Setelah kepergian Kiyota dan dua laki-laki tadi, aku menatap semua pegawai di salon ini yang masih mempersiapkan ruang spa.
"Kenapa kalian terlihat tegang?" tanya ku. "M-maaf nona, kami merasa tidak enak karna membuat anda menunggu." kata pegawai yang tadi menyambutku. "Tenang saja, saya bisa menunggu kok. Oh iya apa kalian ada air putih dingin? Saya merasa haus saat ini." kata ku. "Tentu, sebentar akan saya ambilkan." ujar pegawai itu.
***
Rasa dingin mulai menyapaku. Saat ini, aku akan berendam di satu kolam berisikan air bunga yang sudah disediakan. Tubuhku sudah penuh dengan lulur yang terbuat dari kunyit, tepung beras, temu giring, dan daun pandan. Wajahku baru saja tadi di bersihkan setelah memakai peel of mask.
Aku mulai duduk berendam didalam kolam air bunga ini. Rasanya sangat menenangkan. Wangi bunga yang ku sukai, ditambah dengan ruangan ini yang dipenuhi wangi pandan membuatku sangat puas mendapat pelayanan spa di salon ini.
Setelah setengah jam aku berendam dan mengeringkan tubuhku, Kiyota langsung mengeluarkan dua gaun yang tadi ku pilih. "Saya rasa ini cocok untuk acara malam ini." katanya seraya memberikan gaun putih yang tadi ku pilih.
Aku yang saat ini hanya memakai bathrobe pun langsung mengikuti pegawai yang akan segera me-make over diriku ini.
Rambut ku mulai di rapihkan dan sesuai keinginan ku, curly di ujung rambutnya. Lalu make up ku pun sesuai dengan harapanku, tampak natural.
Kiyota pun membantuku untuk memakai heels putih setinggi 10cm yang tadi ku pilih dan sekarang terlihat di kaca seorang Ashana yang sudah berubah penampilannya menjadi wanita yang terlihat elegant dan lebih cantik dari biasanya.
***
Mobil berhenti didepan hotel yang menjadi tempat ku dan Delvin pertama kali HS. Hotel ini nampak gelap. Tapi lama-kelamaan ada lampu tumblr yang menyala membentuk jalan ke lift.
Pintu lift terbuka, didalamnya ada banyak bunga mawar merah dan kertas bertuliskan 'Rooftop!'.
Akupun tersenyum dan memencet tombol lantai yang paling atas. Setelah itu, aku fokus untuk melihat bunga yang ada di lift ini. Sangat indah!
Ting!
Pintu lift terbuka, kegelapan menyambutku. Sama seperti dilantai dasar tadi, ada lampu tumblr yang menyala berbentuk jalan mengarah ke satu pintu kaca. Aku pun berjalan dengan perlahan sampai akhirnya seseorang berdiri dihadapanku.
Rooftop ini gelap, ditambah langit yang sudah gelap pun tidak membantu menerangkan rooftop ini.
Tlik!
Terdengar petikan jari dan semuanya berubah. Lampu yang ada di rooftop menyala, cahayanya membuat ku merasa silau. Setelah membiasakan mataku ini, terlihat Delvin yang tampak gagah dan tampan dengan tuxedo hitamnya. Dia mendekatiku dengan senyuman di bibirnya.
"You're so beauty babe!" puji Delvin yang membuatku blushing. Dia langsung menggenggam tangan ku, dan kamipun ke ujung rooftop dimana ada meja dengan banyak makanan yang langsung memberikan view kota ini yang penuh gemerlap lampu.
"Gazel, you are one of the happiest things in my life. I don't know how I will live if it's without you. Therefore, I will now ask you one thing. Will you marry me?"
Aku merasa terkejut saat mendengar pertanyaan itu. Bagaimana ini? Apa yang harus aku jawab? Dia belum mengetahui identitasku.
"Babe, ada satu hal yang harus kamu tau dulu sebelum kita--" ucapku yang langsung dipotong oleh perkataannya. "Yes or No. Itu aja jawabannya, ga boleh yang lain!" kata Delvin. "Okay, Yes. I do!" jawabku. "Yes!" kata Delvin dengan senyuman di wajahnya. Dia langsung mengeluarkan satu kotak saat dibuka ada sepasang cincin didalamnya. Dia memakaikan satu cincin dengan berlian di jari manis tangan kiri ku. Begitupun dengan ku yang memakaikan pasangan cincin ini di jari manis tangan kirinya.
Cup!!
Delvin langsung mencium bibirku, kami pun saling tersenyum. "Sayang, kamu harus dengerin dulu aku mau ngomong sama kamu. Ini tentang id--" kataku yang langsung dipotongnya lagi. "Please babe, ini itu hari bahagia kita. Udah ya ngomongnya nanti aja di apartment. Sekarang kita makan dulu!" ajaknya yang mau tidak mau ku jawab anggukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments