Romance Trip

Ashana P.O.V

Perjalanan kami sudah di mulai. Delvin menjalankan mobilnya memimpin perjalanan kami ini. Dia mengeluarkan sebotol lotion dan memberikannya kepada ku.

"Pake, nanti banyak nyamuk. Gw ga mau lo kenapa-napa." kata Delvin yang ku jawab anggukan. Aku mencium aroma lotion ini, hmmm Sereh!

"Beli dimana?" tanya ku. "Dari villa ini. Nuniek yang bikin." Jawabnya. "Okay, thanks." ujarku yang dijawab anggukannya.

Aku menengok ke belakang, Youra dan Hiko yang ternyata tertidur dengan tangan yang bergandengan. Aku hanya tersenyum dan menatap Delvin.

"Duo bucin lagi tidur." ujar ku seraya tersenyum. Delvin langsung mengelus rambutku dan dia kembali fokus ke kemudi.

Aku membuka kotak sarapan, ada sandwich dan salad. Aku melihat kalau Delvin belum memakan sarapannya. Langsung aja aku mengarahkan sandwich yang ada di tangan ku ke arahnya.

"Lo aja yang makan dulu. Gw nanti." katanya. "Udah, berdua aja dulu. Yang punya lo simpen nanti kalo mau makan lagi di gunung." ujar ku. "Okay. Nih lo yang pegang ya." katanya yang ku jawab anggukan.

Sesekali aku melihat ke sekeliling dimana ada banyak penjual baju pantai. Senyum ku tercetak di bibir sampai aku dengan antusias menatap aktivitas di pinggiran jalan ini. Kadang juga aku melihat rumah dengan desain khas Bali.

"Seneng banget kayaknya Zel." ujar Delvin. "Iya dong. Gw suka banget ngeliat bangunan sama aktivitas orang-orang disini. Natural aja liatnya. Gaya hidup mereka sederhana, ga aneh-aneh." ujar ku seraya tersenyum.

Aku merasakan elusan pada rambutku. Saat menengok ternyata Delvin sedang tersenyum sambil mengelus rambutku ini.

"Nikah yuk Zel!" ujarnya yang membuatku terkejut. "Bercanda mulu lo kerjaannya." kata ku seraya tersenyum tapi mulai meluntur saat melihat raut serius di wajah Delvin.

"Gw serius." ujarnya. Aku mulai berdehem seraya berusaha menetralkan hati ku yang mungkin bisa aja sekarang lagi disko.

"Lo inget kan kita fwb?" tanya ku. "Inget, tapi eeuummm ah udah lah abaikan dulu." ujarnya dengan senyuman.

Aku langsung mendekati Delvin dengan wajahku yang mendekatinya. Dia menengok dan kemudian, aku mencium pipi dan ujung bibirnya. Dia tersenyum dan terlihat semangat mengemudi.

Saat melewati jalan yang terlihat sepi, aku bisa melihat pemandangan yang indah. Langsung aja aku membangunkan Youra dan Hiko sampai mereka mulai membuka mata.

Aku pun hanya bisa memotret pemandangan. Ini sangat indah, gunung itu terlihat sangat asri dari sini. Ga jauh dari gunung itu sendiri ada danau dengan airnya yang mengkilap diterpa sinar matahari.

"Siap-siap kita mulai jedag-jedug." kata Delvin yang membuat ku bingung. Aku melihat ke jalanan dan mulai mengerti maksud omongannya. Jalanannya itu cukup rumit guys, masih bebatuan dan tidak mulus. Jadinya ya emang jadi jedag-jedug.

"Gw mau vidioin perjalanan ya, gw ke belakang bentar buat berdiri." ujar ku yang dijawab anggukan Delvin. Aku mulai ke dekat Youra lalu keluar lewat bumper yang di buka. Aku mengarahkan kamera ke jalanan didepan mobil dengan view gunung. Selain itu, aku juga membuat vidio perjalanan ini dengan shoot ke belakang, ke arah mobilnya Arthur.

Saat melewati batu besar, aku cukup terkejut dan hampir ga bisa mengendalikan tubuh ku ini tapi seseorang memegang paha ku. Aku menengok, ternyata Delvin.

"Hati-hati ya." ujar nya. "Iya, bentar lagi gw duduk kok." kataku seraya tersenyum. Setelah aku rasa cukup, langsung saja aku kembali duduk.

***

Mobil sudah diparkirkan, aku langsung membuka pintu untuk turun dari sini tapi sebelum itu, Delvin menggenggam tangan ku.

"Biar gw bantuin. Lo turun nanti sama gw." katanya. "Gw bisa sendiri kok, Vin." jawab ku. "Iya gw tau, tapi kali ini gw mau manjain lo selayaknya pasangan gw." katanya yang ku jawab anggukan.

Dia tersenyum dan langsung turun dari mobil. Setelah itu dia langsung membantuku turun. "Tumben lo, Zel. Biasanya turun kayak laki lah ini kayak cewek." kata Flora yang membuat Delvin tertawa. "Sengaja, dia mau jadi istri gw makanya harus jadi cewek dulu." kata Delvin dengan senyumnya.

Ketiga sahabat ku langsung saling bertatapan. Mereka pun mulai menatap ku dengan tatapan bertanyanya. Aku hanya menganggukan kepala dan mereka pun tersenyum.

"Okay, jadi ini gunung Batur ya. Keren juga." kata Bella. "Iya, padahal ini panas tapi anginnya gede bikin adem." kata Lucio. "Iya kalo di gunung pasti begitu sama kayak di pantai kan, matahari terik tapi anginnya kenceng." kata Delvin seraya merangkul ku.

"Ayo foto nanti gw atur buat vidio nya. Mau gw edit." ujarku. Mereka pun tersenyum dan kami mulai mengambil posisi berfoto. Aku langsung mengatur tripod kamera untuk mengambil foto kami berdelapan.

Pose pertama, aku dan ketiga sahabatku ini duduk diatas bumper depan mobil sedangkan Delvin dan ketiga sahabatnya berdiri. Pose kedua mengambil posisi Aku, Delvin, Flora, Arthur diatas bumper yang dibuka. Kami duduk berpasangan di masing-masing mobil. Bella, Luccio, Youra, dan Hiko duduk di bumper depan mobil berpasangan juga.

Setelah itu, kami mengambil foto berpasangan. Dimulai dengan Delvin yang menggendongku diatas pundaknya, Youra yang bergelayut manja dengan Hiko, Bella yang dicium keningnya oleh Lucio, dan Flora dengan pose dirangkul oleh Arthur.

Setelah kami rasa cukup, aku mengambil vidio kami berdelapan yang memasuki mobil masing-masing. Setelah selesai, aku langsung merapihkan kamera dan tripod lalu kami memulai perjalanan ke lain tempat.

"Abis ini mau kemana Zel?" tanya Hiko. "Ke Desa Panglipuran. Vin, lo tau ga lokasi nya?" tanya ku. "Tau dong sayang. Kuy lah." kata Delvin seraya membunyikan klakson pertanda dia akan memulai memimpin perjalanan.

***

Kami sampai didepan pintu masuk Desa Panglipuran. Setelah membeli tiket, kami langsung berjalan kaki memasuki desa ini.

"Zel, ajak sahabat-sahabat lo ke tempat penyewaan kostum Bali. Kita foto-foto disini." kata Delvin yang ku jawab anggukan. "Kali ini biar gw ya Vin. Lo nanti bangkrut kalo ngebiayain kita-kita jalan terus." ujarku yang dijawab gelengannya. "Enggak, pokoknya lo ga boleh ngeluarin uang." ujarnya.

Aku langsung menghampiri sahabat-sahabat ku. "Guys, ayo ke tempat penyewaan kostum!" ajak ku.

Kamipun memasuki satu tempat penyewaan kostum kebaya Bali. Pandanganku langsung tertuju pada satu kebaya berwarna mint yang dipasangkan dengan rok bawahan berwarma hitam dengan motif bunga yang kebanyakan berwarna ungu. Ga lupa ada juga kain ungu serta bros untuk di kaitkan.

"Ibu, saya mau sewa yang ini." ujar ku seraya tersenyum. "Oh iya mbak sebentar ya. Tiar! Bantu dulu mbak nya ayo!" kata ibu pemilik tempat penyewaan ini.

"Zel, yang ini kayaknya gw suka deh. Ibu saya yang ini ya." kata Youra mengangkat satu set kebaya berwarna kuning gading, bawahan serta kain yang berwarna hijau, dan bros nya juga.

"Saya yang ini ya, bu." kata Bella memperlihatkan satu set kebaya berwarna orange, bawahan serta kainnya yang berwarna ungu, dan juga bros nya.

"Kalo mbak nya yang mana?" tanya satu gadis ke Flora. "Saya yang ini aja, mbak." jawab Flo memperlihatkan kebaya berwarna rosegold, bawahan serta kain yang berwarna hitam, dan bros nya juga.

"Hola girls!" sapa seseorang. Aku menengok dan melihat Delvin yang tersenyum menatapku.

Dia langsung menghampiri ku dan meneliti kebaya yang mau ku sewa. "Gimana? Bagus gak?" tanya ku. "Bagus. Yaudah lo ganti dulu nanti kita foto-foto. Gw juga mau nyewa." kata Delvin.

***

Aku sudah siap dengan kebaya yang ku pilih. Baru aja aku keluar, Delvin sudah terlihat sempurna dengan baju safari khas Bali berwarna putih, kain yang membentuk celana dengan motif yang sangat indah berwarna ungu, dan udeng berwarna ungu dikepalanya.

"Perfect!" ucapnya saat melihat ku menghampirinya. Dia langsung menggenggam tangan ku dan kamipun keluar dari rumah penyewaan setelah membayar barang yang kami sewa.

Saat kami keluar, keenam sahabat kami itu langsung menatap kami dengan senyuman. Mereka terlihat sudah berpasangan. Karna sahabat-sahabatnya Delvin memilih kain yang dijadikan celana nya itu senada dengan rok sahabat-sahabat ku.

Kami pun mulai berfoto-foto. Pertama-tama kami berdelapan berfoto bersama. Setelah itu, kami berpasangan. Saat tiba giliran aku dan Delvin, dia tersenyum sengan lebar. Dia meletakan tangan ku di dadanya, kamipun saling bertatapan. "Lo seksi banget. Kalo gw ga janji, udah gw serang lo." katanya yang membuat wajah ku memerah. "Dasar kambing. Ga usah serang-serangan. Inget janji lo, jangan di ingkarin." kata ku yang membuatnya mendekatkan wajah. Kening kami menyatu.

"Okay pose ketiga!" kata Arthur yang membuat kami menengok ke arahnya. "Pose kedua kan belom." kata Delvin. "Lah gw kira tadi yang kening kalian nyatu itu pose kedua." kata Arthur. "Udah gapapa. Pose terakhir ya." ujarku.

Kami berdua mengambil pose formal, dengan Delvin berdiri dengan gagah di sebelah ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!