Ashana P.O.V
Cuaca angin malam mulai menusuk tubuh kami berdua, Delvin pun mengajakku turun. Kami memasuki lift dan menuju kamar suit yang sudah didesain sangat indah.
Bunga mawar bertaburan disetiap ruangan ini, dan yang terindah ada disalah satu sudut ruangan yang menggambarkan bunga mawar putih bertuliskan D 🤍 G .
Sebenarnya hati ku berdesir saat melihat nama yang seharusnya bukan Gazel tapi Ashana, yang ku percaya saat ini. Delvin mencintai gazel bukan ashana. Semakin dalam dia mengenal Gazel semakin jauh dia untuk dapat menerimaku sebagai Ashana. Gadis yang mungkin tidak dia harapkan.
Delvin menggenggam tanganku, menarik perlahan membawaku masuk kedalam kamar. Pandanganku langsung mengarah ke kasur mewah bahkan seperti kasur yang ada di kerajaan. Bergaya india modern yang sangat aku inginkan untuk mengisi kamarku dimasa depan. Dia menidurkanku dikasur itu. Ah seperti melayang rasanya!
Dalam alunan musik yang tenang delvin mulai menciumku, perlahan namun membuatnya dan aku terangsang.
"By, boleh ga kita ngelakuin itu sekali lagi?"
Dengan raut wajah memohon, dan aku pun mengerti kalau dia sudah sangat terangsang.
"Maaf ya by, aku bener-bener gabisa" ucapku yang membuat Delvin sedih. "Aku ngerti by, tapi aku gabisa banget nahan buat kali ini aja" katanya yang membuatku mengerti tapi tetap saja, aku ga mau melakukan HS kedua kalinya tanpa ada ikatan pernikahan.
"Hmmm gimana kalo kita ga perlu HS, asal janji keluar aja. Tanpa HS ya by, tapi aku bakal jamin kamu akan nikmatin itu." Ucapku membuat wajahnya sumringah.
"Tunggu deh by, maksud kamu itu kaya 69 gitu by?" tanyanya. "Ya sejenis gitu lah by, tapi kita ga perlu gaya itu, gantian aja by " ucapku yang semakin membuat dia semangat.
Ku buka dengan ciuman hangat yang menggairahkan delvin, setiap inci tubuhnya kusentuh dengan ciuman, Delvin tampak menikmati dengan erangan halus yang membuatku semakin bersemangat.
Saat mencapai titik sensitif delvin. Dia berteriak kencang seakan berkata kalau dia menikmatinya. Tiba saat nya aku membuka celana bahan yang dia gunakan.
"Ah sial gede banget, muat gak ya nanti, kegigit ga ya nanti?" hanya itu yang aku fikirkan, namun aku memberanikan diri untuk memulai sesuatu yang baru pertama kali aku coba lakukan.
Saat sudah tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Tibalah dipuncak permainan. Kupegang Maxy perlahan. Anyway, Maxy adalah panggilan untuk juniornya yang sering dia banggakan untuk menggodaku.
Saat maxy kusentuh, tubuhnya langsung menggeliat dan mengerang tanda menikmati permainan ini. Kukecup ujung tanduk maxy dan membuat delvin bergetar hebat.
Kumainkan dengan mulut dan tangan, karna maxy sangat tidak sepenuhnya muat didalam mulutku yang kecil ini. Setelah sekian lama delvin mengerang, dia berteriak bahwa puncaknya sudah tiba.
Dia memberikan isyarat untuk aku mempercepat tempo permainan dan menyiapkan tisu untuk membuang benih duniawi. Masih ku pompa maxy dengan sangat cepat. Dan benih duniawi pun siap untuk keluar. Delvin semakin menggeliat dan aku bisa mendengar perkataannya.
"Aku keluar sayanggg. Iya sayang benar begituu, terus pompa maxyku sayang!" katanya.
***
Pagi ini, aku terbangun saat mendengar suara perut Delvin yang berbunyi. Aku hanya bisa tertawa dan memilih untuk berdiri dengan perlahan.
Bruk!
Tubuh ku terjatuh saat tangannya itu menarikku dengan keras. Aku rasa dia tidak sadar, tapi gapapa. Seenggaknya aku bisa nikmatin moment ini sebelum dia akan membenci ku.
"Sayang, aku mau mandi dulu." ujarku yang membuat pelukannya semakin mengerat. "Ga boleh kemana-mana. Nanti mandi nya bareng." kata Delvin yang membuatku tertawa. "Nanti kamu begitu lagi. Udah ah aku mau mandi duluan." ucapku seraya mencoba melepaskan pelukannya di perut.
Secara tiba-tiba, Delvin terbangun dan langsung menggendongku ke kamar mandi. Kamipun mandi bersama.
Sekeluarnya kami dari kamar mandi, aku langsung memberikan baju dan celana Delvin untuk dia pakai. Sedangkan aku sendiri memilih memakai daster longgar.
"Sayang, tolong ambilin belt aku dong!" pinta Delvin yang membuatku tersenyum serta langsung mengambilkan barang yang dia minta.
"Satu pesawat pemberangkatan luar negri dinyatakan hilang. Diduga pesawat tersebut menghilang akibat dari rusaknya mesin dan sayap pesawat. Sampai saat ini belum diketahui bagaimana keadaan penumpang beserta kapten dan para pramugari yang bertugas. Selanjutnya kita akan membahas mengenai---"
Perkataan yang baru saja aku dengar dari berita membuat ku terkejut. Kenapa tiba-tiba dadaku terasa berdetak dengan kencang. Kaki dan seluruh badan rasanya sangat lemas sampai tidak mampu menumpu berat tubuh ini. Aku pun terjatuh duduk diatas lantai dan menatap kosong tv yang masih menyala.
"Say-- eh sayang?! Ya ampun! Kamu kenapa? By? By? Gazel??" panggil Delvin yang membuatku tersadar dan menatapnya.
"V-vin?" panggilku yang membuatnya menatapku dengan kebingungan. "T-temenin gw ke bandara ya!" pinta ku yang dijawab anggukan.
Kamipun tanpa basa-basi langsung mengganti pakaian. Aku hanya bisa memakai gaun panjang casual off shoulder, sedangkan Delvin memakai jaketnya.
***
Kaki ku melanggah seiring dengan jantungku yang berdetak kencang. Dengan berlari, kami berdua menghampiri pusat informasi.
"Pak? Bisa saya tau pesawat apa yang dinyatakan hilang? Dan keberangkatan dari mana ya?" tanya ku. "Pesawat ini keberangkatan dari New Delhi-Jakarta." kata orang bagian informasi yang membuatku membeku seketika.
Ammi? Appa? Bagaimana ini?
"Begini pak, kedua orang tua saya ada didalam pesawat itu. Apa saya boleh melihat daftar nama penumpangnya? Sekedar memastikan." ujarku. "Tentu, ini mbak!" kata orang bagian Informasi.
"Zel, gw ga ngerti sebenernya ini lo nyari apa? Kenapa lo panik?" tanya Delvin yang tidak ku tanggapi. Mataku terlalu fokus mencari nama kedua orang yang paling ku rindukan.
Dua jari tanganku berhenti tepat di dua nama yang sangat ku kenali. Dan ya! Mereka adalah penumpang dari pesawat ini.
Seketika, badan ku melemas. Dada dan air mata ku terasa memberontak. Aku mulai menangis tersedu-sedu. Delvin panik serta langsung memelukku erat.
"Vin, ammi appa gw dipesawat ini!" ujarku sambil menangis dipelukannya. Aku bisa melihat matanya yang terbelalak kaget dan dia pun mencoba menenangkan ku.
Ga lama kemudian, bandara mulai dipenuhi orang. Kebanyakan adalah keluarga dari penumpang pesawat yang sama dengan kedua orangtua ku.
"Zel? Gimana keluarga lo??" tanya seseorang. Saat aku menengok ternyata ada ketiga sahabat ku dengan wajah mereka yang dipenuhi air mata. Delvin membantuku berdiri, dan kami berempat berpelukan. Lebih tepatnya mereka yang memeluk ku.
"Gimana?" tanya Flora yang ku jawab gelengan. "Masih status nya ilang, Ra." jawabku dengan senyum tipis.
"Lah ***? Kalian ngapain disini?" tanya Delvin ke ketiga sahabatnya. "Kita nganterin mereka. Awalnya Yuki lagi sama gw tiba-tiba dia dapet telfon terus nangis. Makanya gw nganter dia kesini." jawab Hiko.
"Zel? Kenapa ini? Kenapa lo juga nangis?" tanya Lucas. "Sayang, kamu tau apa yang bikin kita nangis? Orangtua salah satu dari kita itu penumpang dari pesawat yang dinyatain hilang tadi. Kalo kita ga ada disisi dia, gimana bisa kita nyembuhin keadaannya?" kata Bella sambil menangis memeluk ku.
"Gw bakal suruh orang kepercayaan gw buat nyari orang tua lo, Zel." kata Hiko. "Iya gw juga." kata Arthur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments