Janjian

Ashana P.O.V

Setelah kepulangan sahabatku, aku kembali merenungi apa yang sudah terjadi tadi malam, air mata mulai menetes dan membanjiri pipiku, aku bercermin melihat kembali keadaanku yang sangat terlihat lusuh karna terlalu banyak menangis.

"Anjir gimana ini nasib gw, apa tanggapan orang lain tentang gw?" Semua pertanyaan itu terasa berputar didalam kepalaku.

Ting!

Suara handphone menyadarkan lamunanku. "Lo baik baik aja kan Zel? " Aku mengerutkan dahi mendapat whatsapp dari nomor yang tidak aku kenal.

-Start chat

Me: I'm fine, sorry siapa ya?

Unknown: Gila gampang banget lo lupain gw, ini gw Delvin.

Me: Oh iya sorry gw blm save nomor lo tadi malem. Okay sekarang gw save ya.

Delvin: Okay nona cantik ?

Me: Dih stop deh panggil gw nona cantik! Gazel aja oke.

Delvin: Okay, hmmm nanti malem lo ada acara gak?

Me: Belum tau, liat sikon nanti malem aja, siapa tau Girls gw tiba-tiba ngajak pergi. Emang kenapa vin?

Delvin: Sekarang lo siap-siap, dua jam lagi gw jemput ya!

Me: Okay.

Delvin: Shareloc, Zel!

-end chat with Delvin

"Ah gila! Delvin gak boleh tau dimana rumah gw." Aku mulai berfikir bagaimana cara mengirim lokasi pada Delvin sampai tiba-tiba aku teringat sesuatu. "Oh iya mending kabarin flora buat shareloc, dia kan punya apart yang sama kaya gw." ujarku.

-Start chat with Flora

Me: P

P

P

Flo cepet bales dong Flo!!!

Flora: Kenapa sih na?

Me: Shareloc cepet. Delvin mau jemput gw, gila aja gw kasih shareloc rumah asli gw.

Flora: Yaudah nih.

🔻shareloc

-Pindah chat ke Delvin

Delvin: Mana shareloc nya Zel? Lama nih.

Me: Sabar kali, gw tadi ke kamar mandi dulu. Nih!

🔻shareloc

Delvin: Oke gazel. Siap-siap ya!

Me: Ya.

-end chat

Percakapan kami pun selesai. Aku mulai bersiap untuk pergi menemui Delvin, tentu aku harus pergi ke apartment terlebih dahulu agar dia tidak mengetahui identitas asliku.

***

Aku mengetik sandi pintu apartment. Saat pintu terbuka aku hanya bisa tersenyum. Untung aja nih unit tetep rapih! Setelah tadi aku izin untuk tidur di apartment, ammi dan appa memberikan izin. Sekarang disinilah aku, di apartment yang ku beli dengan seizin kedua orangtua ku. Unit ini bertipe studio tapi aku suka karna luas. Ada tempat tidur, sofa, tv, meja makan, dan dapur yang menyatu nah ada kamar mandi yang nyaman tempat ku untuk berendam didalam bathub. Selain itu di lantai yang sama, aku juga memiliki satu unit sebagai cadangan. Unit itu tidak diketahui oleh kedua orangtua ku. Kadang aku menggunakannya saat bersama dengan fwb ku yang lain. Itupun kalau aku mau.

Aku melirik jam di ponsel, masih ada waktu sepuluh menit lagi untuk Delvin menjemput ku. Aku langsung melihat ke kulkas, apa ada makanan atau tidak dan ternyata, kosong. Hal yang wajar karna udah lama aku ga kesini. Sebulanan ini sampai kemarin kan ammi dan appa ada dirumah. Tentu aja aku akan dirumah bersama mereka.

Ting!!

Terdengar bunyi notifikasi masuk di ponsel, ternyata dari Delvin. Dia bertanya nama dan nomor unit ku. Setelah menjawabnya, aku mulai bersiap-siap. Rambut langsung ku rapihkan, bantal-bantal langsung aku letakan ke tempat semula. Dan baju-baju yang tadi aku keluarkan segera aku gantung dilemari.

Ting Tong!

Terdengar bunyi bel unit, pasti Delvin! Dengan berlari kecil, aku langsung membukakan pintu. Terlihat ada Delvin dengan kaos polo berwarna hijau tua dan celana jeans nya. "Whoa! Udah siap nih?" tanyanya yang ku jawab anggukan. "Sebenernya gw bingung mau ngajak lo kemana, Zel. Gimana kalo disini aja?" ajaknya yang membuat ku tersenyum. "Gapapa kalo mau disini tapi sorry aja ya gw ga ada makanan. Baru aja gw abisin." jawabku.

"Disini ada minimarket atau food court kan?" tanyanya yang ku jawab anggukan. "Yaudah kita makan dulu disana nanti pas balik ke sini, kita beli bahan makanan. Lo gimana dah tinggal disini tapi ga punya makanan." kata Delvin yang hanya ku jawab dengan tatapan dan seringaian ku. "Nyengir mulu. Kering tuh gigi!" katanya yang membuatku refleks langsng menyentuh gigiku. "Beneran dablek ternyata. Udah ah nanti gw esmosi berabe nanti. Yuk! Gw udah laper nih!" ajaknya seraya menarik ku.

***

Setelah kami sampai di foodcourt, Delvin langsung menarikku untuk duduk di kursi dekat stand makanan seafood. Dia tersenyum dan mencium keningku. Setelah itu, dia langsung ke stand itu dan kembali dengan buku menu ditangannya. "Nih, Zel. Gw rasa kayaknya kita sesekali harus makan seafood deh. Lo gapapa kan? Atau mau makanan lain?" tanyanya yang ku jawab gelengan. "Tenang aja, gw pecinta makanan laut kok. Yuk lah pesen! Eeuumm gw mau Udang Bakar Madu, lo mau gak?" tanya ku. "Boleh juga tuh! Eh tapi nanti kupasin ya hehehe." katanya yang ku jawab anggukan.

"Kepiting?" tawarnya. "Saos padang ya." pinta ku. "Sip. Nanti kalo kepiting mah bisa kok gw kupas sendiri." katanya. "Okay, sayurnya lo mau apa enggak?" tanyanya yang ku jawab anggukan. "Tumis kangkung aja." jawabku. "Okay berarti udang bakar madu nya satu, kepiting saos padangnya satu, sama tumis kangkung nya satu. Minumnya lo mau apa?" tanyanya. "Gw air putih dingin aja." jawabku. "Okay." katanya seraya berdiri dan ke stand makanan seafood itu.

Setelah memesan, Delvin kembali duduk dihadapanku. Tangan kami saling menggenggam, tatapan kami bertemu dan senyuman kami tidak pernah luntur. "Gimana keadaan lo? Masih mikirin yang waktu itu?" tanyanya yang ku jawab anggukan. "Udah membaik tapi kepikiran sih masih." jawabku. "Pelan-pelan lo pasti bisa kok, Zel." katanya yang ku jawab anggukan. "Ya mau gimana lagi. Nasi udah jadi bubur. Kita udah terlanjur lakuin, gimana mau gw balikin keadaan. Iya kan? Lagi pula gw cuman mikirin orangtua gw kalo tau anaknya ini begitu." ujar ku dengan pandangan menerawang ke depan foodcourt.

"Eh iya gw lupa nanya. Lo tinggal sendiri? Orangtua lo dimana?" tanya Delvin. "Mereka kerja." jawabku. "Oh gitu, kerja apaan emang bonyok lo?" tanyanya yang membuat ku terdiam. Aku langsung mencari pekerjaan yang memungkinkan untuk menutupi identitas ku. Tiba-tiba aja aku kepikiran satu ide yang menurut ku cukup bagus. "Pegawai negri mereka tapi dinas nya emang diluar kota. Awalnya gw disuruh ngikut tapi gw nolak, ngapain juga kalo gw ikut mereka. Yang ada gw ga bisa bebas." jawabku. "Oh gitu ya pantesan gw liat kok apart lo sepi wajar sih karna lo tinggal sendiri." kata nya.

Makanan yang kami pesan mulai berdatangan, Delvin tersenyum dengan penuh semangat. Dia langsung mengambil alat untuk memecahkan cangkang kepiting dan mulai mengambilkan dagingnya lalu meletakannya di piringku. Akupun langsung mengupas beberapa udang bakar madu untuknya.

"Lo bayar sewa apart berapa, Zel?" tanya Delvin yang membuatku berhenti mengupas udang. "Ga tau deh biasanya bonyok yang bayar. Seinget gw lima jutaan lah perbulan include sama listrik, air, wifi juga." jawabku. Ga mungkin aku bilang kalau apart ini dibeli karna nanti dia pasti curiga. Masa iya seorang anak dari pegawai negri bisa ngebeli satu unit apartment. Sangat tidak mungkin.

"Ih kalo tau murah mah gw bakal nyewa disini aja deh. Biar gw ga begitu jauh ke tempat kuliah." katanya yang membuatku menengang. Didekat sini hanya ada kampus ku. "Euummm emangnya lo kuliah dimana, Vin?" tanya ku. "International University. Gw ambil jurusan hubungan internasional." jawabnya yang langsung membuat ku tersedak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!