Back To Jakarta

Ashana P.O.V

Hari ini, kami akan kembali ke Jakarta. Aku sudah mempacking semua baju ku selama disini baik yang baru di beli maupun yang baru di laundry. Delvin pun dari semalam udah melukin aku terus selama kami tidur. Dia bilang kalo dia ngerasa bakal jauh dari aku. Aneh bukan?

"Sayang? Udah ga ada yang ketinggalan kan ya??" tanya Delvin. Pacar ku itu sekarang ini terlihat tampan dengan hoodie lylac dan celana pendek selutut berwarna putih miliknya. Aku hanya bisa tersenyum menatapnya dalam diam.

"Sayang, kamu nanti mau masak? Kita kan pemberangkatannya yang siang, masih ada waktu kok." kata Delvin. "Iya by, nanti aku masak dulu. Kamu tolong ya beresin kamar, cek lagi ada yang ketinggalan atau enggak." ujarku dengan senyuman.

Delvin menghampiri ku dan kamipun berpelukan. Tangannya yang kekar, memeluk ku hingga memberikan rasa hangat yang nyaman.

"Selama disini, kamu yang masakin aku terus by. Jadi mau cepet-cepet nikah deh." katanya yang membuatku terdiam. Delvin menatapku dan secara tiba-tiba tertawa. "Bercanda sayang!" katanya yang hanya bisa membuatku tersenyum walau hatiku sendiri terasa sangat gemetar saat mendengar perkataannya tadi.

Aku langsung meninggalkannya dan berjalan ke dapur. Flora yang lagi mencuci buah terkejut saat melihat ku datang dengan tubuh yang bergetar.

"Na? Shana? Lo kenapa?" tanyanya pelan. "G-gw gapapa." jawabku sambil mulai mencari-cari bahan makanan yang akan ku buat.

"Breakfast nasgor gapapa kali ya??" tanya ku. "Iya gapapa kok jangan yang ribet, biar bisa cepet makannya." jawab Flo. "Bisa tolong siapin wajan sama telur kocok?" tanyaku yang membuatnya mengangguk.

Tangan ku langsung mengambil bahan untuk bumbu nasi goreng. Bawang-bawang mulai ku kupas dan ku iris. Lama-lama aku mulai tenggelam dalam pemikiran ku.

"Jadi mau cepet-cepet nikah deh."

"Aku ga mau kehilangan kamu!"

"Jangan pergi dari aku!"

"Kok aku rasa kita bakal jauhan ya by?"

Semua perkataan Delvin terdengar begitu kencang. Di jendela, aku melihat ada Delvin dengan tangannya yang melambai dan wajahnya yang terlihat sedih. Ada apa ini?

Bayang-bayang itu hilang dan yang tersisa hanya kesunyian. Ada isakan tangis yang terdengar jelas, saat aku menengok yang aku lihat ada Delvin dengan seorang wanita yang tidak aku kenali. Siapa dia??

"Lo bohongin gw Zel!"

Ujar seseorang yang membuatku menatap ke depanku dan melihat Delvin dengan raut wajahnya yang penuh amarah.

Ctass!!

Aku terkejut saat merasakan perih di tangan ku. Secara tiba-tiba semua suara dan bayangan yang tadi muncul di hadapan ku ini menghilang.

"Astaga Shana! Tangan lo berdarah!!" kata Flora yang membuatku tersadar dan melihat ke tangan kiri ku yang sekarang sudah penuh darah di bagian jari telunjuknya.

Langsung aja aku menyalakan washtafel dan membersihkan luka ini. "Na? Lo kenapa? Kok dari tadi aneh gitu??" tanya Flo pelan yang membuatku menengok ke arahnya.

"Gapapa kok Flo. Btw tolong ya iris bawang-bawang, gw mau pake handsaplast dulu." ujarku yang dijawab anggukannya.

Saat aku keluar dari dapur, aku melihat Delvin yang berlari menghampiri ku. "Sayang? Aku ngerasa kamu ga baik-baik aja. Kamu kenapa??" tanyanya yang membuatku tersenyum tipis. "Gapapa sayang, ini tangan aku tadi ga sengaja kesayat pisau doang. Sebentar ya, aku mau obatin." ujarku. "Biar aku yang ambil, kamu tunggu disini aja." katanya yang membuatku menganggukan kepala.

Aku kembali ke dalam dapur. Flora langsung menghampiri ku dengan membawa bawang beserta talenan.

"Jangan bilang lo kepikiran Delvin ya?" tanyanya yang ku jawab anggukan. "Gw belom siap kehilangan dia, gw tau dia bakalan kecewa sama gw. Tapi sampai kapan gw ga jujur ke dia?" ujarku yang membuat Flora menghela nafas. "Bakal ada waktu yang pas pasti Na. Kita cuman harus lebih sabar." kata Flora yang ku jawab anggukan lagi.

"Sayang? Nih di obatin dulu luka nya!" kata Delvin yang baru aja masuk ke dapur dengan kotak P3K ditangannya. Dia mulai membersihkan dan mengobati luka ku. Tidak lupa, dia mencium luka ku itu setelah dipakaikan handsaplast.

"Flo, lo bisa kan masak sendiri?" tanya Delvin. "Bisa lah ya kali gw seorang cewek cetar membahana gini ga bisa masak!" kata Flo PD.

"Iya deh suka hati lo aja." jawab Delvin yang membuatku tertawa.

Ga lama kemudian, Flora mulai membuat nasi gorengnya. Aku hanya bisa melihatnya memasak dengan sesekali memintanya untuk menambahkan bumbu agar lebih terasa gurih.

Setelah selesai, aku membantunya untuk menyajikan nasi goreng di meja makan. Sahabat-sahabat kamipun mulai berdatangan dan duduk di kursi makan yang ada.

"Sayang, kali ini kamu diam aja biar aku yang ambilin makanan ke piring kamu okay." kata Delvin yang membuatku tersenyum.

"Ekhem! Gw berasa ngontrak anjir di bumi. Kalian mendingan tahan kebucinan dulu deh, ini lagi waktunya sarapan ***!" kata Arthur. "Iri? Bilang bos!" ledek Delvin yang membuat kami semua tertawa.

"Udah weh udah! Makan dulu ayo nanti kalo mau lanjut gelud, abis mastiin semua nya udah aman aja." ujarku yang dijawab anggukan mereka semua.

Kami mulai makan dalam diam. Sesekali Delvin dan ketiga sahabatnya itu mencairkan suasana.

Alarm di ponsel ku berbunyi bertanda kalau ini sudah dua jam sebelum keberangakatan pesawat di bandara. Aku menyetel dua alarm guys, jadi kalau dering pertama berbunyi berarti dua jam sebelum keberangkatan sudah di mulai. Nanti pokoknya sebelum dering kedua, kami sudah harus ke Bandara.

"Abis ini kita mastiin gak ada yang ketinggalan okay? Abis itu baru deh kita berangkat ke bandara." ujarku.

Setelah memakan makanan kami sampai habis, kami semua langsung berbagi tugas. Delvin dan Lucio akan menemui Pak Made untuk membayar biaya menginap kami, Arthur dan Hiko akan memasukan bahan makanan yang masih tersisa, sedangkan aku dan ketiga sahabat ku itu bertugas mengecek semua ruangan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.

Setelah semua tugas kami selesai, Delvin dan Lucio pun sudah kembali ke Villa. Kami langsung bersiap berangkat ke Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.

***

Jam sudah menunjukan pukul satu siang saat kami sampai di Bandara Soekarno-Hatta, Banten. Delvin menarik stroller untuk kami nanti membawa koper. "Sayang, aku kebelet deh mau ke toilet dulu ya. Guys? Ada yang mau ke toilet gak biar bareng??" ajak ku.

"Gw mau kok Zel!" kata Arthur yang membuat Delvin memberikan tatapan tajam ke dia.

"Lewatin mayat gw dulu kalo lo mau sama si Gazel! Gw sunat lo!" kata Delvin. Aku langsung tertawa dan menggelengkan kepala. "Dasar kalian tuh bercanda mulu. Yaudah gw sendiri deh, nanti gw samperin ya di bagasi nomor 4 kan nanti?" tanya ku memastikan. "Iya sayang. Gini aja deh biar pada ga nyasar, yang cewek ke toilet. Nanti yang cowok nunggu di area ruang tunggu bagasi. Kalo cewek udah balik, gantian yang cowok. Gitu aja." kata Delvin yang kami setujui.

Aku berjalan ke toilet bersama ketiga sahabat ku. "Na, kayaknya si Delvin beneran serius sama lo." kata Bella. "Gw tau." jawabku singkat. "Kapan lo mau jujur sama dia, Na?" tanya Youra.

Aku langsung menatapnya dan tersenyum untuk menutupi kegelisahan ku. "Jujur apa?" tanya ku yang membuatnya menghela nafas.

"Kita temenan udah bertahun-tahun. Kita udah tau senyum lo yang bener senyum sama senyum lo buat nutupin perasaan lo. Lo tau apa yang gw maksud." kata Youra.

"Kalo gw bohong itu bisa nahan dia terus sama gw apa yang bisa gw lakuin kalo gitu, Ra?" tanya ku pelan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!