Ratu dan Tiga Pengawalnya

“Apa yang membuatmu gusar Lei kecil?” suara cempreng dengan nada kasar terdengar memenuhi kepalanya.

“Oh, aku sepertinya diriku telah tiba di Pekan Desa rupa-rupa nya” Zhonglei tersadar Ketika penjual daging yang di panggil bibi Marrim itu menyapanya.

Tunggu sebentar. Yang mereka sebut Pekan atau Pasar di Desa Meihua ini sebenarnya tidak lebih dari 10 pedagang yang berjualan disana. Bibi Marrim adalah salah satu pedagang di Pekan yang special menjual bahan daging.

Meskipun tidak banyak yang akan membeli daging Bibi Marrim, akan tetapi entah kenapa dia selalu saja menjual daging disana. Satu hal lagi yang masih menjadi rahasia hingga kini yaitu, dari mana bibi itu mendapatkan bahan daging, sementara perang melanda dan tidak ada seorang yang yang berprofesi sebagai peternak. Tidak ada. Bahkan ternak ayam sekalipun.

   Mari kita membahas suara Bibi Marrin yang terdengar kasar. Kenyataan sebenarnya, dia adalah seorang yang berhati lembut dan penyayang, terlebih dengan anak-anak.

Konon katanya, Bibi Marrim ini pernah memiliki dua orang anak. Seorang laki-laki dan seorang lagi perempuan. Keindahan hidup Bibi Marrim terusik ketika datang surat panggilan dari Kerajaan Utara, Kerajaan yang menjajah mereka, yang mana itu adalah surat panggilan menjalani kehidupan militer untuk membela Kerajaan Utara dari Pemberontakan Suku Han di wilayah Tengah sini.

(Apakah kamu bertanya-tanya didalam hati, anak bibi salah satu nya perempuan? Well jawabannya iya. Semua gender apapun wajib bergabung dengan militer, ketika surat panggilan itu telah ada didepan pintu rumah kamu).

   Sejak kepergian kedua anak Bibi Marrim, perempuan itu seringkali berdiri termenung lama di ujung jalan Desa seperti menunggu kedatangan seseorang. Tahun berganti, musim berganti, sosok yang di tunggu Bibi Marrim tak kunjung se-setia penantiannya.

Konon kabar beritanya, pemuda yang selalu dengan setia dinanti Bibi Marrim di ujung jalan desa itu telah tewas di medan perang. Seorang kawan yang memeluk pemuda itu hingga nafas nya putus, itu datang menjenguk Bibi Marrim dan menceritakan semua pengalaman mengerikan mereka selama perang.

   Ada kurang lebih dua minggu lamanya Bibi Marrim tidak pernah terlihat di ujung jalan sebagaimana biasa dia berdiri. Lalu kemudian menyusul sebuah berita lagi datang dari seorang veteran perang yang di kembalikan militer ke desa itu setelah dia, veteran itu mengalami cacat kaki karna perang.

Dia menemui Bibi Marrim dan mengisahkan bahwa pemudi lainnya yang di nantikan sang bibi, tewas di medan perang. Pemudi iyang tewas itu hanyalah seorang petugas kesehatan, akan tetapi dia meregang nyawa di ujung panah kaum pemberontak-di sela-sela kesetiaannya merawat tentara korban perang.

   Berita tentang pemudi yang dinantikan-orang kedua ini tidak membuat Bibi Marrim meratap dalam tangis tak berkesudahan. Dia hanya menganggukan kepala dalam diam lalu menutup pintu rumahnya.

Konon selama dua minggu rumah itu tidak terlihat kegiatan apapun. Bahkan sekedar lampu minyak kecil, tidak terlihat menerangi rumah di malam hari. Sejak hari itu, semua orang mengenal Bibi Marrim yang peramah itu, berubah menjadi seseorang perempuan kasar dengan suara lantang.

******

“Zhonglei kecil ! Tolong katakan apa pesan Si Tua Baojia, lalu aku akan menyiapkan daging sesuai keinginannya” bentak Bibi Marrim kearah Zhonglei.

   Dengan terbata-bata Zhonglei kecil mengulangi kata-kata Paman Baojia,

“D-dua kati d-daging. Pelunasan hanya jika dagangan mie dagangan kami telah laris ”

“Cobalah kamu dengan serius mengatakan sejak tadi. Bukankah suaraku yang tua ini tidak akan terbuang sia-sia? Tidak tahukan kamu jika suaraku menjadi parau, lalu aku tidak dapat meneriakkan daganganku dengan lantang.

Oh jangan salahkan aku anak muda. Akan ku hajar kakimu dengan ranting kayu disana lalu ku jewer kuping kecilmu biar kamu meraung sepanjang jalan” suara bibi Marrim terdengar amat keras dan kasar.

Akan tetapi Zhonglei tidak menjadi takut karenanya. Dia tahu benar, perempuan tua itu mengasihi dia. Tidak nanti kaki nya yang terlanjur kurus itu akan menjadi sasaran ranting-ranting kayu dan kuping kecilnya di jewer.

“Oh tidak !. Kakiku akan bertambah kecil nantinya. Jika aku tidak bertumbuh besar gara-gara sering di hajar dengan ranting kayu.

Kemungkinan besar Akademi tidak akan mau menerima ku. Lagi pula, belum pernah rasanya aku melihat seorang Shulam yang memiliki bentuk badan yang kurus dan kecil…”

   Anak itu, Zhonglei sekali lagi memikirkan profesi yang akan menjadi impian dia jika besar nanti. 'Shulam' atau ‘Penyihir'. Dia seperti nya amat terobsesi untuk menjadi seorang Shulam.

Ditatap kaki kecilnya dan tangan kurus itu, dengan jijik dia membatin,

“Ah aku harus berubah menjadi sedikit berisi jika ingin menjadi Shulam. Dari mana datang nya kekuatan sihir, jika tubuhku lemah dan kurus kering”

Lagi dan lagi dia, anak kecil itu memikirkan karir menjadi Shulam.

***

   Zhonglei berjalan sembari tangannya menjinjing dua kati daging sapi. Itu menurut cerita Bibi Marrim, daging yang dijual itu adalah daging sapi.

Akan tetapi, bukankah masa peperangan dan kekacauan seperti ini? Siapakah yang masih menyempatkan diri untuk beternak? Hm, meski meragukan apakah daging ini adalah daging sapi, Zhonglei tidak terlalu peduli.

Sepanjang perut kenyang terisi, siapa yang peduli daging macam apa yang disajikan Ketika telah dibumbui dan diolah menjadi santapan lezat? Seketika perutnya berbunyi. Dia merasa lapar.

   Dia berjalan sambil bersiul-siul menyusuri jalan yang masih basah karena salju mencair. Ini adalah musim semi. Tidak lama lagi musim panas menjelang.

“Ah senang rasanya nanti akan berlari-lari di padang. Bunga-bunga mekar itu pasti membuat orang lupa akan kepedihan akibat perang” batin Zhonglei.

“tak ! aduh !”

   Sebuah batu kecil dilemparkan seseorang atau mungkin beberapa orang-dan tepat mengenai keningnya. Meskipun itu tidak sampai membuatnya terluka, tetapi dia merasakan sepertinya kening nya berubah sedikit bengkak akibat lemparan itu. Matanya jelalatan mencari sumber lemparan batu itu.

“Taraa! Harta atau nyawa !” Empat anak kecil seusia nya melompat keluar dari balik semak-semak hutan. Jalan itu memang dekat dengan hutan hingga banyak semak liar dipinggir-pinggir jalan.

   Empat anak kecil itu terdiri dari satu anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Semua bertubuh kurus kering serupa dengan keadaan Zhonglei sendiri. Kurus dan terlihat kumuh.

Mereka berempat mengenakan topeng yang dibuat secara kasar menggunakan daun kering seadanya. Sementara itu mereka terlihat mengenakan jubah palsu yang dibuat dari tali rami, yang dikerjakan secara kasar, dengan keinginan memberi kesan mistis.

Lalu di tangan masing-masing tiga anak laki-laki itu memegang tongkat panjang yang dibuat seolah-olah itu adalah tombak, sedangkan gadis kecil itu memakai tongkat kecil namun panjang, dan dibuat menyerupai tombak Kaum Shulam, akan tetapi didalam pandangan Lei kecil-terlihat tidak mirip sama sekali. Mungkin lebih mirip tongkat kasar penggembala dimasa lalu.

   Zhonglei menatap ke empat anak yang mengenakan pakaian ala Kaum Shulam, akan tetapi sekali lagi dia harus jujur dengan pendapatnya. Penampilan mereka berempat terlihat amat menyedihkan. Lalu tanpa ragu-ragu dia mencibir,

“Aku berpikir banyak setelah melihat penampilan kalian. Bukan nya orang akan menjadi takut tatkala di begal oleh kalian berempat ini. Menurutku orang akan jatuh iba melihat jalinan kasar tali rami yang berusaha kalian buat menyerupai jubah Nomrog.”

   Matanya lalu mengarah ke tombak dan tongkat penyihir di tangan gadis itu,

“Hm, Oh lihatlah tombak tiga kaum Shulam yang mengawal Ratu itu. Betapa kasar pahatan tombak itu. Sampai-sampai aku merasa akan mati terduduk dalam gelak ketika melihat tongkat mustika imitasi itu”

Kata-kata memang terkadang lebih tajam dibanding pedang bermata dua. Ke empat anak yang tadinya berniat membegal Zhonglei kini terdiam didalam rasa percaya diri yang runtuh dan terbuang jauh di jurang kehampaan. Bahkan suara gadis itu kini terdengar seperti suara kucing yang akan menangis.

“Apa katamu Lei kecil? Kamu menghinaku terang-terangan? Aku yang adalah pimpinan anak-anak diseluruh Meihua ini” suara gadis itu bergetar. Dia berupaya keras supaya tidak meledak dalam tangis. Sepertinya dia terpukul mendengar kata-kata lecehan dari mulut Zhonglei.

   Bagaimana dengan ketiga pengawal ratu yaitu Kaum Shulam malang itu? Oh tentu saja mereka juga merasa terpukul mendengar hinaan bocah kurus yang selalu mereka bully itu. Kata-kata itu membuat mereka seperti menyibak tabir kepalsuan yang mereka buat agar terlihat gagah.

Ketiganya tersadar dari lamunan rasa malu, tatkala ZhongLei telah lenyap dari pandangan mereka, dalam jurus langkah seribu.

“Kejar dan siksa dia. Bocah itu semakin berani menghina kita. Bukannya dia menjadi jera dengan gebukkan kelompok kita di waktu lalu, sepertinya dia semakin terlatih dengan mulut tajam itu”

   Empat anak kecil itu, sang ratu dan tiga kaum shulam palsu itu bergegas mengejar Zhonglei. Kali ini mereka akan menggebuk hingga bocah kurus itu meratap meminta pengampunan.

"Tidak akan kulempar bocah itu ke Hutan Bayangan" ancam ratu palsu

*Bersambung*

   Untuk membuat author lebih semangat dan tetap berkreasi melanjutkan novel ini, jangan lupa di like, sekedar komen dan vote.

   Terlebih tolong favoritkan novel ini karena Noveltoon akan menilai untuk menjadi pemasukan Author berdasarkan jumlah Favorit, komen dan like … yang tentunya juga menyemangati author. Apresiasi yang readers berikan akan menyemangati autor untuk terus berkarya di Noveltoon ini.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

geng begal yang memalukan

2022-11-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!