“Mereka akan bertabrakan !” dengan ngeri Lei kecil menatap nanar ke langit. Burung raksasa itu meluncur sangat cepat ke arah kapal roh terbang, yang mana dua Pengendali Api sibuk mengirimkan pukulan yang mengandung api kearah Feniks-berniat untuk membentur kapal.
Burung Feniks itu menukik tajam sambil memamerkan dua cakar yang terlihat menyerupai pisau, mengancam membentur, lalu mencabik-cabik kapal roh beserta seisinya. Diatas Kapal Roh, Shulam-shulam Para Pengendali Api itu berteriak panik memanggil kawan-kawannya.
“Pengendali air di mana?, kami butuh pengendali air”
“Cepat ! Tolong seseorang yang mampu mengendalikan air segera ke anjung” saking kerasnya, suaranya bahkan terdengar sampai ditempat dimana Lei kecil bersembunyi, di tepi hutan di rimbunan pohon.
Lalu dengan gerakan tergopoh-gopoh tampak dua orang gadis berlari kearah dimana Pengendali angin di anjungan kapal. Salah satu dari gadis itu terlihat terseok-seok menggotong sebuah tempayan besar berisi air.
Air bercipratan tatkala gadis bertubuh kecil itu mencoba terlihat kuat dengan mengangkat tempayan itu.
Lei kecil menjadi bertanya-tanya dialam hati “Entah apakah kegunaan satu tempayan air yang dibawa gadis itu?”
Sepertinya pertanyaan Lei kecil tidak perlu menunggu
lama untuk mendapat jawaban. Dia menyaksikan sendiri gadis pengendali air itu merapatkan kedua tangannya.
Lalu Ketika dia menunjuk kearah Burung Feniks yang dekat menerkam, sekonyong-konyong air di dalam gentong itu meluap, melompat keluar dari tempayan seolah-olah dikendalikan sesuatu.
Lei kecil menjerit tertahan. Akan tetapi dengan buru-buru
dia serta-merta menutup mulut rapat-rapat. Dia takut suaranya akan menimbulkan bunyi yang mencurigakan, yang lalu akan menarik perhatian Kaum Shulam itu dan menyadari akan keberadaannya.
Konon kabarnya, menyaksikan Kaum Shulam bertempur menggunakan sihir adalah “terlarang”. Dia bisa dihukum pancung. Atau mungkin di bakar hidup-hidup. Membayangkan hukuman pancung di alun-alun desa.
"Tidak.. aku tidak ingin mengakhiri hidupku setragis itu"
Lei kecil patutlah untuk terkejut. Dari kejauhan dengan jelas dia melihat air yang meluap dari tempayan di tangan pengendali air, berubah menjadi puluhan pisau kristal berkilauan memantulkan cahaya kemerahan akibat pantulan warna api Feniks. Pisau-pisau kristal itu kini terlontar dengan cepat kearah Feniks
“Bum !”
Benturan keras terjadi dan menimbulkan suara ledakan dan langit bagai terguncang. Kapal seketika menjadi miring akibat ledakan dan guncangan itu. Beberapa tiang layar roboh. api mulai menyala membakar layar kapal. Kawanan manusia di geledak kapal berteriak dalam kepanikan, berusaha membentuk kesimbangan kapal agar tidak terbalik.
“Orang-orang itu, Kaum Shulam itu maksud ku. Mereka sudah pasti akan mati” desis Lei kecil mata nya tidak berkedip sedikitpun. Dia enggan melewatkan detik demi detik pertempuran di langit itu
“Apakah mereka akan membunuhku jika aku ketahuan menonton lebih dekat lagi?” Lei kecil membuang jauh-jauh pikiran itu. Dia bergerak mendekat pemandangan kacau di langit. Rasa ingin tahu nya lebih besar ketimbang rasa takut.
Semakin dekat, dan semakin jelas pemandangan kacau dilangit, Zhonglei semakin senang.
“Orang-orang itu, anak-anak udik Desa Meihua itu akan ternganga ketika aku akan menceritakan pengalamanku nanti” dia tiba-tiba merasa bangga.
Seperti nya hanya dia satu-satunya penghuni Desa Meihua yang pernah menyaksikan Fenik, Pengendali api dan pengendali air.
Akan tetapi rasa bangga yang memenuhi rongga dada nya hilang seketika. Feniks besar itu menabrak Kapal Roh.
"Bum"
Ledakan besar terjadi diiringi nyala api yang amat besar. Langit menjadi terang-benderang. Saking terang nya sampai-sampai hampir semua area hutan banjir cahaya bagaikan siang hari. Bahkan tempat Lei kecil bersembunyi, sepertinya akan terbakar api, yang telah bergerak semakin mendekat. Persembunyiannya tersingkap sudah, mempertontonkan keberadaannya jika dilihat dari ketinggian.
“Seseorang menonton pertempuran ini” demikian suara nyaring dari atas kapal, suara itu terdengar memecahkan suasana kacau, sebelum akhirnya dia lenyap tatkala kapal roh itu meledak.
Lei kecil lari terbirit-birit di tengah cahaya terang itu. Seseorang memergokinya dan dia harus secepatnya pergi dari tempat perang itu.
Lagi pula, kapal yang terbakar itu, kini menjatuhkan satu demi satu benda yang telah hangus terbakar dari atas sana. Bangkai kapal yang mulai hangus itu anjlok ke bumi.
“Bum !”
Debu beterbangan saat bangkai kapal itu mencium tanah.
Sambil berlari Lei kecil bersyukur tidak tertimpa reruntuhan hangus itu.
“Beruntung sekali aku telah berbalik” Lei kecil memegang dadanya yang masih berdebar. Debaran di dadanya telah tidak seintens sebelumnya-manakala menonton pertarungan Kaum Shulam melawan Burung Feniks.
“Mungkin pulang adalah langkah terbaik. Terlalu bahaya bagiku jikalau Militer atau Kaum Shulam datang dan memeriksa tempat pertempuran ini. Dia lalu berlari menembus semak belukar didalam hutan.
Tak dia pedulikan lagi perihnya kulit ketika duri di semak itu menggores kaki dan tangannya. Yang ada didalam hatinya adalah pergi sejauh mungkin dari tempat itu. Zhonglei lupa, dia telah tersesat dan selalu kembali ketempat yang sama sejak tadi.
Satu jam setelah berlari di tengah hutan, samar-samar dia melihat langit di belakang nya bercahaya suram. Cahaya yang sering digunakan oleh alat transportasi kerajaan di waktu malam.
Orang desa sering melihat cahaya temaram seperti itu, melintas langi Desa Meihua. Menurut tua-tua kampung, cahaya itu adalah kapal roh yang terbang di langit dengan isi Kaum Shulam atau militer.
“Kapal roh. Itu pasti kapal roh yang di kendarai Tentara dan Kaum Shulam. Mereka datang untuk memastikan apa gerangan yang menyebabkan bunyi ledakan tadi” semakin bergidik rasanya, Lei kecil semakin mempercepat lari nya.
“Kuik-kuik-kui ” suara burung terdengar menguik. Zhonglei menghentikan langkahnya. Dia membuka mata nya lebar-lebar mencari-cari dari mana asal suara burung itu.
Lei kecil merasa dia akan pingsan. Di hadapannya, tepat dimana jalan yang akan dia lalui, tergeletak mahluk besar berwarna merah terang. Namun seperti nya merah itu mulai meredup, tidak seterang sebelumnya ketika dia melihatnya di langit.
Itu adalah Feniks yang bertempur tadi. Benar adanyan. itu Feniks burung legenda, dengan cahaya merah yang memudar. Tubuhnya pun terlihat dipenuhi luka. Ukuran Feniks itu kira-kira sebesar gajah dewasa.
“Wah, suatu ukuran yang amat besar-untuk ukuran burung” Lei kecil ternganga sambil melotot. Dia mulai menilai.
Meski iba di hatinya, Lei kecil memperhitungkan untung-rugi.
“Mungkin sebaiknya aku pergi. Aku tidak mau berurusan dengan militer dan kaum shulam, kalau-kalau jika aku berkeras membantu burung Feniks itu”
Lei kecil berpikir kalau dirinya akan menggunakan teknik langkah seribu dan pergi meninggalkan Feniks yang terlihat sekarat itu.
Akan tetapi suara menguik itu memenuhi kepalanya. Dia semakin iba melihat mahluk besar itu yang sekarat. Hingga akhirnya dengan ragu-ragu Lei kecil melangkah mendekat. Hingga pada akhirnya sebuah suara memenuhi benaknya.
“Anak muda. Dapatkah kamu menolong aku ?”
Lei kecil terperanjat. Begitu kagetnya sampai-sampai dia melompat lalu jatuh terjerembap.
“Siapa gerangan nada yang mampu berbicara menggunakan benak itu?” dengan takut-takut Lei kecil mencoba bertanya. Dia berulang kali melirik kiri kanan untuk memastikan tidak terdapat siapa-siapa di sekitar situ.
Dengan mulai dipenuhi rasa takut, akan tetapi dia mencoba memberanikan diri bertanya.
“Sekali lagi aku bertanya. Siapa itu ?” semakin berani Lei kecil terdengar membentak, namun suaranya terdengar bergetar.
Lalu suara tadi kembali memenuhi benaknya.
“Aku adalah mahluk yang tadi berada di depan kamu. Aku, Feniks yang sementara terkulai di depan kamu" suara memelas dan lelah memenuhi benak nya.
Sekali lagi Lei kecil melonjak dengan terperanjat.
“Anda dapat berbicara Bahasa manusia?”
*Bersambung*
Untuk membuat author lebih semangat dan tetap berkreasi melanjutkan novel ini, jangan lupa di like, sekedar komen dan vote.
Terlebih tolong favoritkan novel ini karena Noveltoon akan menilai untuk menjadi pemasukan Author berdasarkan jumlah Favorit, komen dan like … yang tentunya juga menyemangati author. Apresiasi yang readers berikan akan menyemangati autor untuk terus berkarya di Noveltoon ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Karya Sujana
asikkk
ban
booom
2023-05-09
0
Rudi Gustaman
hadir thor lanjut
2022-11-07
2
kestari kongres20
hadir tor
2022-10-16
0