Desa kecil itu bernama 'Meihua' yang dalam bahasa Suku Han memiliki arti Bunga Plum. Jangan pernah mengira jika memiliki nama yang seindah seperti 'Bunga Plum, itu berarti Desa Meihua ini merupakan desa yang indah, sejuk dan penuh dengan tanaman Plum yang dipenuhi bunga-bunga gemuk layaknya pemandangan di musim semi. Tidak sama sekali.
Desa itu tidak di tumbuhi pohon plum sama sekali. Bahkan ketika seseorang menelusuri sejarah desa, bahkan sejak ratusan lalu tidak pernah ada tanaman itu di desa Meihua. Entah siapa yang memberi nama romantis untuk sebuah desa yang betul-betul desa terpencil seperti itu.
Desa Meihua sebagaimana umumnya desa yang terlihat kacau seperti daerah lainnya yang mengalami masa peperangan, amatlah berantakan dan kumuh. Banyak sekali rumah-rumah yang kondisinya hancur sebagian, namun tetap ditinggal penduduk lantaran keadaan masyarakat yang miskin dan sulit nya mendapatkan bahan-bahan bangunan layak untuk meremajakan bangunan bangunan bobrok tersebut.
“Zhonglei, pergilah ke Pekan, temui Bibi Marrim. Katakan bahwa aku ingin berhutang dua kati daging yang akan dijadikan campuran mie dagangan kita. Jika nanti telah terjual habis mie daging itu, aku akan membayar hutang daging itu”
(satu kati adalah 0,6 kg)
“Dan tolong katakan padanya, jangan pernah mencampur daging itu dengan daging tikus. Pelanggan ku akan pergi apabila mereka melihat irisan daging tikus yang bau nya amat mudah dikenali”.
(Yang di maksud daging tikus disini adalah daging apa saja semisal ular dan lai-lain, yang biasanya pemburu bawa ke pasar, lalu di jual kepada Bibi Marrim).
“Baik Paman Baojia. Aku segera berangkat” anak yang di panggil Zhonglei itu berjalan tertatih-tatih sambil membawa tubuh kurusnya menuju Pekan.
Anak sepuluh tahun itu berjalan sambil sesekali dia melirik kebelakang dengan waspada. Dia selalu menjadi sasaran bully beberapa anak yang keadaan mereka lebih beruntung, memiliki orang tua lengkap dan memiliki sedikit kemampuan untuk memberi kehidupan layak untuk anak-anak mereka.
Zhonglei sejak tersadar akan keberadaan nya di dunia fana ini, dia telah menyadari bahwa dirinya hanya seorang diri dan tidak memiliki satu kerabatpun.
Zhonglei tidak berusaha membuat kisah hidup nya menjadi lebih dramatis lagi dengan menangis dan meratapi diri seperti banyak anak kecil yang dia sering lihat di tepi jalanan desa.
Perang memang menyisakan kepedihan bagi kaum yang disebut sebagai kelompok miskin di seluruh negri. Banyak anak yatim piatu tidak terurus, tatkala orang-orang muda empat belas tahun keatas, baik laki-laki maupun perempuan di rekrut militer dan dikirim berperang dengan modal keberanian semata.
“Aku beruntung” batin Zhonglei.
“Paman Baojia begitu baik kepadaku layaknya anak sendiri”
Zhonglei bersyukur. Setidaknya dia diijinkan untuk menyantap semangkuk kecil mie dingin dua kali dalam sehari. Tubuhnya dirasanya kuat, meskipun kurus. Setidaknya dia memiliki persediaan lemak yang cukup di tubuh, untuk melawan dingin Ketika musim salju tiba.
Mata ZhongLei membentur kerumunan orang yang berdiri di papan pengumuman desa. Naluri ingin tahu nya muncul seketika, mana kala dia melihat sedikit keramaian.
Sudah terlalu lama desa itu sepi. Keadaan diamanorang-orang muda dikirim ke Kamp Militer kemudian dilatih seadanya oleh kekaisaran, desa itu tersisa kaum usia lanjut dan anak-anak saja.
“Kaum Shulam akan berkunjung ke desa dalam beberapa hari ke depan”
“Seperti nya kaum itu mulai kehabisan persediaan penyihir. Mereka memulai perekrutan calon penyihir baru” suara kumpulan orang-orang itu terdengar dengan nada menghina dan jijik tatkala berbicara mengenai Kaum Shulam.
Bagaimana tidak merasa jijik? Ketika rakyat menderita kemiskinan akibat peperangan, Kaum Shulam itu terlihat memiliki kehidupan bagaikan putri dan putra raja. Mereka tinggal di Puri-puri mewah yang di sebut Akademi.
Selain menikmati kehidupan yang mewah itu, Kaum Shulam selalu mengenakan pakaian khas mereka yaitu jubah Panjang yang di bordir di penjahit ternama. Pakaian mereka dibordir menyerupai bulu indah merak sehingga membuat penampilan mereka selalu memukau. Orang-orang akan enggan melepaskan pandangan Ketika Kaum Shulam muncul di tempat ramai.
Jubah indah berbordir bulu merak itu, terbuat dari dua bahan sesuai musim yang ada di seluruh negri. Jika musim dingin, jubah yang mereka kenakan adalah jubah hangat yang di buat dari wool atau bahan bulu domba pilihan yang di tenun secara hati-hati.
Jika itu adalah musim panas, semua Kaum Shulam akan mengenakan pakaian indah berbahan sutera yang juga di bordir menyerupai bentukan sulur-sulur daun tanaman anggur yang dibuat menjadi demikian mempesona dan terlihat estetika.
Yang paling istimewa dari jubah Kaum Shulam itu, orang-orang yang benci dengan mereka menyebut kaum ini dengan sebutan penyihir, ahli tenung. Akan tetapi bukankah itu hanya pelampiasan mereka yang sebenarnya bermimpi menjadi bagian dari Kaum Shulam?
Satu lagi tentang busana menawan kaum Shulam. Pakaian atau jubah mereka di sebut dengan nama “Nomrog”.
Memang nama itu terdengar aneh, namun nama itu diberikan oleh seorang ahli tenung yang mula-mula membuat Nomrog, sehingga jubah itu menjadi terkenal.
Satu hal lagi ini yang terakhir. Jubah Kaum Shulam itu dibuat dengan cara manual digabungkan yang dengan sihir. Senjata apapun, konon tidak akan mampu menembus dan membuat terluka pemakai Nomrog.
>>>>>>
“Nak, apakah kamu sedang berkhayal?” tanya seorang laki-laki tua yang membuyarkan angan-angan indah Zhonglei.
Zhonglei tersadar dari lamunannya. Pipi nya memerah dan terasa hangat. Dia membayangkan dirinya adalah bagian dari Kaum Shulam dan pergi berperang sambil meremas jiwa musuh yang ketakutan ketika melihat kemampuannya.
Pipi ZhongLei tambah memerah. Dia mengeluh pelan dipenuhi perasaan rindu yang besar untuk menjadi bagian Kaum Shulam.
“Sebentar, hei nak ! Kamu terlihat kembali melamun”
“Tunggu sebentar, jangan pergi dulu” tahan laki-laki tua itu Ketika Zhonglei akan meninggalkan orang banyak di papan pengumuman.
“KAwan-kawan lihatlah!. Anak ini memerah pipinya ketika di kepergok sedang mengkhayal di depan papan pengumuman perekrutan Kaum Shulam. Jangan-jangan anak kecil ini bermimpi” orang itu mulai tertawa merendahkan.
“Hahahaha, rupa-rupa nya kamu sedang bermimpi menjadi Kaum Shulam bukan?” semakin keras suara orang tua itu, semakin malu Zhonglei dibuatnya.
Dengan kasar di tepiskan tangannya. ZhongLei berlari sambil terhuyung-huyung melawan angin musim hangat semi. Dia bertambah malu Ketika sayup-sayup telinga nya menangkap suara tertawaan dan ejekan banyak orang.
“Jika saja aku ini orang dewasa, mungkin sudah ku tampar mulut orang tua tadi” ZhongLei mencaci. Dia selalu ketemu dengan laki-laki tua pemabuk itu. Pria itu Bernama Huaide. Huaide ini kerap membully Zhonglei tatkala rasa mabuk melanda dirinya. Dan Zhonglei bertahap mulai menjadi benci dengan si tua Huade itu.
Saat ini Zhonglei sekali lagi jatuh di dalam lamunan,
"Ketika aku mengangkat pedang tinggi-tinggi, kemudian ku tebas tanpa takut kepala kaum durjana tanpa rasa takut. Lalu aku bersiul memanggil angin untuk menerbangkan ku" dia menutup mata membayangkan terbang menggunakan kekuatan sihir.
"Zhonglei, nak. Apa yang kamu perlukan" dia tersadar, ternyata dirinya telah di pasar.
"Rupanya tadi itu aku kembali mengkhayal" pipi Zhonglei kembali memerah, malu.
*Bersambung*
Untuk membuat author lebih semangat dan tetap berkreasi melanjutkan novel ini, jangan lupa di like, sekedar komen dan vote.
Terlebih tolong favoritkan novel ini karena Noveltoon akan menilai untuk menjadi pemasukan Author berdasarkan jumlah Favorit, komen dan like … yang tentunya juga menyemangati author. Apresiasi yang readers berikan akan menyemangati autor untuk terus berkarya di Noveltoon ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Karya Sujana
booommmmm
2023-05-09
0
Harman LokeST
menghayal tiada berguna
2023-02-09
2
John Singgih
MC kita suka menghayal ya...
2022-11-12
1