Bagian 5. Mantan

Seline memasuki kelasnya dengan tenang, mengabaikan tatapan anak-anak lainnya yang menatapnya dengan berbagai cara. Ada yang kagum, tidak suka, dan iri.

Seline duduk dengan tenang di bangkunya, andai saja mereka tidak mendengarkan pembicaraan Seline dan Bram di depan pintu, pastinya mereka juga tidak akan mengenali kalau gadis cantik itu adalah Seline.

Saat Seline baru merasa nyaman pada posisi duduknya, semua gadis di kelas segera menghampirinya.

"Hai, Seline bisa kau memberi kami di mana letak salon kecantikan yang kau dapatkan datangi?"

"Apakah kau melakukan operasi plastik dalam waktu seminggu ini?"

"Hei, siapa dokter yang telah mengoperasimu menjadi secantik ini?

Ingin sekali Seline menyumpal mulut orang-orang ini dengan ban mobilnya yang kempes. Hanya karena orang memiliki wajah yang cantik, mereka langsung dengan seenaknya berasumsi bahwa dia melakukan operasi plastik?

Padahal, ada begitu banyak cara untuk menjadi cantik, apakah hanya dengan operasi plastik?

Seline tersenyum saat ekor matanya tidak sengaja melihat Lila dan gengnya. Mereka tidak berdiri terlalu jauh dari tempat Seline, sehingga masih dapat mendengarkan pembicaraan orang-orang ini.

Seline tahu, kalau ketiga gadis itu pasti begitu penasaran bagaimana bisa Seline berubah menjadi secantik ini, terutama Lila.

Gadis itu pasti sedang menerka-nerka bagaimana Seline mengeluarkan racun dari tubuhnya. Seline akui kalau Lila cukup pintar, dia bisa memberikan sebuah lilin aroma terapi kepada pelayan yang melayani Diana dan menghansutnya untuk meletakkan lilin itu di dalam kamar Seline.

Memang wanginya sangat harum dan menenangkan, tetapi jika terlalu lama didiamkan akan menjadi sebuah racun yang merusak tubuh, terutama wajah.

Seline yang sangat mengenal racun tentu saja mengetahui hal itu, karena itu dia menghabiskan banyak uang Tio untuk membeli beberapa tanaman obat untuk membuang racun di tubuhnya. Oh, jangan lupakan tentang bagaimana cara Seline membalas Lila. Akan ada acara menarik untuk membalas perbuatan gadis itu.

"Hei, Seline katakan apa rahasia mu, jika kau memberikan rahasia mu maka kami pasti akan membayarmu," ucap salah satu gadis-gadis itu.

Saat Seline ingin membalas pertanyaan mereka, tiba-tiba seorang guru masuk ke dalam kelas. Para siswi yang sedang asik mengumpuli Seline segera kembali ke tempatnya dengan terburu-buru.

"Selamat pagi," sapa Bu Ramida begitu masuk ke dalam kelas. Perhatiannya langsung terarah kepada Seline yang sedang duduk tak berekspresi.

"Apa kau murid baru itu?" tanyanya, jari telunjuknya menunjuk tepat ke arah Seline.

Seline menggeleng, "tidak, saya adalah Seline Elson."

Saat Bu Ramida tahu mendengar Seline menyebutkan namanya, dia langsung mencibir. Mengatakan bahwa kecantikan bukanlah apa-apa, jika tidak memiliki otak yang cerdas.

Bu Ramida terus-menerus menjelekkan Seline, bahkan menunjukkan nilai ujian matematikanya yang nol kepada para siswa.

Tentu saja semua orang sangat terhibur akan hal itu. Namun, Seline tetap tenang, seolah tak terusik aja hal itu. Hal yang tidak berguna jika Seline menyangkal semua hak itu, jika ingin menutup mulut kosong orang lain, maka dia lebih senang melakukannya dengan tindakan.

Yah, ini memang bukanlah saatnya, jadi lebih baik dia bersabar menunggu Tio datang dan membawa cemilan miliknya.

Saat jam pelajaran berlangsung, Seline tidak kuasa menahan rasa ngantuk. Semua pelajaran yang dijelaskan oleh Bu Ramida sudah Seline pelajari di Universitas. Jadi, Seline menghabiskan waktunya dengan tidur di sepanjang jam pelajaran dan membuat Bu Ramida marah besar.

"Berani-beraninya kau tidak memperhatikan saya! Apakah sudah merasa begitu pintar sampai-sampai tidur di seluruh jam pelajaran saya?"

"Saya tidak bisa lagi meladeni orang sepertimu, ikut saya ke kantor dan bersiap-siaplah untuk bertemu dengan kepala sekolah bersama orang tuamu!" teriak Bu Ramida, lalu keluar kelas.

"Dia kenapa sih? Menyebalkan sekali," ucap Seline sambil menguap.

"Apa terjadi sesuatu?" Seline menoleh ke belakang, dan menemukan Tio sudah berdiri di belakangnya dengan begitu banyak cemilan.

"Kemana saja kau? Aku hanya menyuruhmu membeli cemilan bukan membuatnya!" kesal Seline, dia segera merebut satu bungkus kripik kentang dan memakannya. Dia sudah sangat lapar, dia perlu mengisi energi lagi setelah ia habiskan dengan tidur selama 3 jam.

Tio menggaruk tengkuknya canggung, "yah, ada beberapa hal yang perlu ku urus," dalihnya, Seline menatap pakaian Tio. Pakaiannya terlalu berantakan jika hanya membeli beberapa cemilan.

"Apa kau baru saja berkelahi?" tebak Seline.

"Tidak, mana mungkin aku berkelahi." Tio menjawab dengan gugup.

Seline menyipitkan matanya, mencari kejujuran di kedua mata Tio yang berwarna gelap. "Kau benar, orang seperti mu mana mungkin bisa berkelahi," ucap Seline.

Yah, lebih baik saat ini dia percaya dengan apa yang dikatakan Tio. Mungkin saja, dia ditelpon oleh Adam untuk mengurus beberapa serangga.

"Seline!" Seorang gadis dengan rambut dikepang dan kacamata bulat yang tebal menghampirinya.

"Kau bicara memanggilku?" tanya Seline.

Gadis itu mengangguk dengan gugup, Seline tidak tahu siapa gadis ini, tapi sepertinya dia tidak memiliki niat jahat kepadanya.

"Ada apa?"

"Bu Ani meminta mu untuk segera ke ruang guru," ucapnya dengan gugup.

Tio menarik tangan Seline, "apa kau baru saja membuat masalah ketika aku tidak ada?"

"Tidak, aku hanya tidur kok. Tidak membuat masalah." Jawaban polos Seline benar-benar membuat Tio frustasi. Sebelum berangkat ke sekolah, Seline sudah berjanji untuk tidak membuat masalah lagi dan akan mendengarkannya. Tapi baru dia tinggal sebentar, Seline sudah mendapatkan undangan dari wali kelas untuk ke ruang guru.

"Baiklah, aku pergi dulu. Mungkin Bu Ani sudah sangat merindukanku," ucap Seline. Dia tidak lupa berterimakasih kepada gadis berkacamata itu dan melayangkan tatapan maut agar Tio tidak macam-macam dengan cemilan miliknya.

***

"Seline apakah kau tahu alasan kenapa aku memanggilmu kemari?" tanya Ani, Seline tersenyum.

"Bukankah, ibu sedang merindukanku?"

Ani memijit kepalanya yang terasa berdenyut, sepertinya tidak hanya wajah Seline yang berubah, tetapi juga sifatnya. Seline yang penutup dan pemalu itu sudah menghilang berganti dengan Seline yang narsis dan tidak tahu diri.

Ani mengambil beberapa kertas yang berada di atas mejanya dan menyerahkannya kepada Seline. "Ini adalah nilai ulanganmu."

Seline terkejut melihat nilainya yang semua mendapatkan telur, ini adalah nilai ulangan harian dan soalnya begitu mudah. Bagaimana bisa Seline yang dulu tidak dapat mengerjakannya?

"Jika terus seperti ini, kau tidak akan bisa naik kelas. Kesanmu juga sangat buruk pada Bu Ramida, satu-satunya cara ibu membantu adalah dengan ini," Ani kembali menyerahkan sebuah kertas. Kali ini bukanlah kertas hasil ulangan, melainkan sebuah formulir pendaftaran.

"Apa ini?" Seline menerimanya dengan bingung.

Belum sempat, Ani memberikan jawaban, seseorang datang dan berdiri di samping Seline.

Ya, Seline mengenal baik orang itu. Dia adalah protagonis pria dalam novel, sekaligus mantan tunangan Seline.

Terpopuler

Comments

AbC Home

AbC Home

ketemu check

2022-09-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!