Bab 13 : Malam hari yang menegangkan

Kamar Mayat

Part 13

***

Suara roda brankar makin

jelas terdengar di telingaku. tanda kalau posisinya sudah semakin dekat ke kamar mayat. Aku mulai deg degan. Sebab kalau memang ada jenazah yang dikirim kesini,

berarti aku malam ini harus berada

di dalam ruangan dengan jenazah

itu. Hii ... aku bergidik

membayangkan hal tersebut.

Satu menit berlalu... suara roda brankar itu masih terdengar di telingaku. Dua menit ... aku menunggu dengan berdebar debar. Tiga menit ... tapi kenapa jenazah itu

tak juga sampai di ruangan kamar mayat ya, padahal suara roda brankar itu sangat jelas terdengar di telingaku, aku membatin.

Karena merasa penasaran,

aku lantas beranjak dari duduk

dan berjalan ke tepi didinding kamar mayat. Melihat ke arah koridor

yang ada di samping ruangan kamar mayat. Ya Allah ... aku melihat dari kejauhan sebuah brankar berjalan sendiri, menuju ke arah ku. tanpa ada yang mendorongnya. Aku menelan ludah dengan susah payah, tenggorokan tiba tiba terasa sangat kering.

Beberapa saat aku hanya berdiri mematung, melihat brankar tanpa tuan tersebut. Badanku

gemetaran saking merasa takut.

Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhku. Ingin sekali aku berteriak atau menangis

sekerasnya, tapi suara tak bisa

keluar.

"Astaghfirullahaladzim ..."

ucapku berkali kali dalam hati. Aku

terus membaca doa doa yang aku hafal dengan tetap melihat ke arah brankar yang kian mendekat ke ruangan kamar mayat. Sebab mata ini juga tak bisa terpejam

ataupun melihat ke arah lain.

Seperti ada yang memegang kepala dengan sangat kuat, sehingga pandangan tetap ke arah brankar.

Entah sudah berapa puluh kali

aku membaca doa yang ku bisa.

tiba tiba brankar tersebut berhenti dan menghilang dari pandanganku. Aku mempertajam penglihatan, dengan memicingkan mata, agar bisa melihat dengan lebih jelas lagi.

Benar, brankar itu sudah tak terlihat lagi.

Dan kepala kembali bisa di gerakkan. Bergegas aku masuk keruangan kamar mayat

Dan duduk sembari terus menerus

membaca doa doa yang ku bisa.

(Ternyata apa yang di ceritakan Kak Ilyas sama kak Budiman waktu itu benar, kalau mereka sering melihat brankar dan

kursi roda berjalan sendiri di RS

ini. Ya Allah ... aku berlindung kepada Mu dari kejahatan semua makhluk Mu dan semoga saja aku bisa bertahan kerja di tempat ini

seperti kedua orang kakak senior

itu)

***

Hingga waktu subuh tiba, aku

tetap dalam posisi duduk di dalam ruangan, tak sekalipun aku keluar.

Hanya beberapa kali aku beranjak

dari duduk, lalu berdiri dan

merentangkan kedua tangan, ke

atas dan ke samping , karena merasa pegal.

Bergegas aku pergi ke mushola, setelah sebelumnya menempelkan secarik kertas di

depan pintu kamar mayat, dengan tulisan 'Petugas sedang ke mushola'

Di sepanjang jalan menuju ke

mushola, aku berpapasan dengan beberapa orang perawat yang sudah mulai melakukan aktivitas pagi hari. Juga beberapa orang yang akan pergi ke mushola untuk melaksanakan sholat subuh.

Mungkin mereka penunggu pasien atau karyawan RS Jaya Putra yang piket malam. Pintu dan jendela

beberapa ruang perawatan pun sudah terbuka.

Segera aku mengambil air

wudhu dan mendirikan sholat subuh berjamaah. Begitu selesai berdoa,

Setelah selesai sholat, aku langsung

kembali ke kamar mayat, khawatir ada orang yang mencari.

Hari sudah mulai terang. Di sepanjang koridor, sudah banyak

orang yang berlalu lalang. Sampai di depan pintu ruangan kamar mayat, aku tak segera masuk. Aku duduk beristirahat di bangku depan, seraya meluruskan kedua kaki yang mulai terasa sangat pegal. Karena sepanjang malam tadi aku dalam keadaan tegang, menahan rasa takut yang teramat sangat.

Pukul 7 pagi kak Budiman dan kak Ilyas datang. Mereka berdua tampak senyum senyum melihat aku duduk di depan ruangan kamar mayat.

"Kamu ngapain duduk disini

Andri? Apa di dalam ruangan ada yang mengganggumu?" tanya kak Ilyas sambil terkekeh.

"Sengaja,Kak. Tadi habis

sholat subuh saya duduk disini.

Sekalian menghirup udara segar

pagi hari" jawabku berbohong.

Padahal karena aku ingin meluruskan kaki yang terasa sangat pegal.

"Oh ... di kira kamu takut duduk di dalam. Semalam dokter David datang nggak?" tanya kak Budiman.

"Datang, Kak. Dia juga baca baca buku laporan terus pulang lagi" jawabku.

"Terus kamu udah lapor

belum" tanya kak Budiman lagi.

"Udah sih, Ka. Tapi kan

hanya sepintas lalu aja. Saya mau

laporan lagi pagi ini. Nunggu dokter David datang" kataku.

"Ya sudah kalau gitu kamu

tunggu aja. Kami ke dalam dulu ya" kata kak Ilyas.

kedua kakak senior itu

lalu membuka pintu dan masuk.

Sekitar lima menit kemudian,

tampak dokter David dari kejauhan, berjalan menuju ke kamar mayat. Segera aku masuk menyusul kak Budiman dan kak Ilyas

"Selamat pagi, Dok. Saya mau melapor lagi hari ini. Saya Andri, petugas kamar mayat yang baru"

kataku, setelah dokter David duduk di kursi kerjanya.

Dokter David mengangguk

dan tersenyum. "Selamat bergabung, Andri. Semoga saja kamu betah kerja di kamar mayat ini. Kalau ada hal yang belum tahu,tanyakan aja ke saya atau ke senior yang lain di sini" kata dokter David.

"Baik, Dok. Terima kasih. Saya sekalian pamit pulang sekarang"

kataku.

"Ya silakan." jawab dokter David

Aku kemudian menghampiri

kedua kakak seniorku, bermaksud

akan berpamitan pada mereka dan

mengambil tas yang ada di atas meja.

Saat hampir mendekati meja kak Budiman, tak sengaja aku melihat ke arah cermin. Tampak wajah dokter Indri di sana.

Buru buru aku memalingkan muka kearah lain.

"Saya pulang sekarang ya, Kak" pamitku, Seraya mengambil

tas. Aku kemudian berjalan ke arah pintu.

Di koridor, aku bertemu

dengan teman sejawat yang juga

baru selesai dinas malam.

Namanya Kak Anfa. Dia dinas di ruang laki laki. Kak Anfa perawat senior, dia sudah 8 tahun bekerja di RS Jaya Putra.

"Jadi kamu dinas di kamar

mayat, Andri?" tanya Kak Anfa.

"Iya, Kak. Baru 3 hari ini. Dua hari kemarin saya dinas pagi."

Kak Anfa manggut manggut.

"Kamu sudah pernah ketemu

sama yang namanya Pak Danang belum di situ?" tanya kak Anfa.

Aku mengerutkan kening. Lalu melirik kak Anfa yang berjalan di sampingku, dengan ekor mata.

"Sudah,Kak. Tapi cuma sebentar, waktu mau gantian shift

kemarin. Memangnya kenapa dengan pak Danang, Kak?" tanyaku penasaran.

Kak Anfa tersenyum,

membuatku makin penasaran.

"Dia itu orangnya aneh. Sangat misterius. Mukanya serem banget, kayak menyimpan banyak rahasia" jawab Kak Anfa.

"Aneh gimana maksudnya,Kak? Kok Kak Anfa seperti yang tahu banget tentang pak Danang?"

"Nanti juga kamu akan tahu sendiri,Andri. Dulu kakak juga pernah dinas diruang kamar mayat,sebelum Budiman sama Ilyas dinas di sana"

Kak Anfa bilang,waktu pertama kali dia dinas di RS Jaya Putra, Dia di tempatkan di ruangan kamar mayat, menggantikan perawat sebelumnya. Dia hanya berdua dengan pak Danang selama 5 tahun tugas di sana. Tiga tahun kemudian, dia menghadap Pak Jarwo, minta di pindahkan ke ruangan lain. Kebetulan bersamaan dengan itu, masuk kak Budiman dan kak Ilyas.

"Kamu hati hati aja selama dinas disana, Andri" pesan kak Anfa, di akhir ceritanya, sebelum kami berpisah.

"Iya, Kak. terimakasih banyak atas nasihatnya" kataku.

Meskipun aku tak begitu paham

dengan pesan yang diucapkan Kak

Anfa tadi.

Apa maksud dari ucapan kak Anfa tadi ya? Kenapa aku harus hati hati selama dinas di kamar mayat? Hati hati terhadap apa dan siapa? apa terhadap Pak Danang? memangnya dia itu siapa? Kenapa aku harus hati hati terhadap dia?

Bermacam pertanyaan menggelayut di kepala.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝓶𝓼𝓱 𝓽𝓮𝓴𝓪 𝓽𝓮𝓴𝓲 𝓷𝓲𝓱🤔🤔🤔🤔🤔

2022-10-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!