Kamar Mayat
Part 11
***
Sampai dirumah, Aku segera membersihkan badan dan berganti
pakaian. Setelah itu, makan malam
dengan ayah dan ibu.
Sengaja tadi waktu di RS aku tak makan, karena ingin makan malam bersama dengan kedua orang tua ku dirumah.
"Gimana dengan pekerjaan mu , Andri? Apa menyenangkan?" tanya ayah , saat aku telah selesai
mengambil nasi beserta lauk pauk.
"Alhamdulillah baik baik saja, yah" Jawabku,sembari menuang air minum ke dalam gelas.
"Apa kira kira kamu bakalan
kerasan dinas di kamar mayat itu,
Andri?" Tanya ibu. Tampak
kekhawatiran di wajah cantik
beliau. Sebab ibu tahu, kalau aku
orangnya memang penakut.
Dan aku memaklumi hal itu,
karena aku adalah anak semata
wayang ayah dan ibu. Sudah pasti
mereka berdua akan sangat
mengkhawatirkan keadaanku.
"InsyaAllah, Andri bakalan kerasan dinas di sana,Bu. Teman dinas Andri sudah senior semua.
Ayah sama ibu tidak usah khawatir" jawabku,sambil berusaha tersenyum semanis mungkin. Agar ibu tak mengkhawatirkan aku lagi.
Padahal aku sendiri tak merasa
yakin dengan ucapanku tadi.
"Jaga diri kamu baik baik ya nak, Selama dinas di kamar mayat itu. Jangan pernah tinggalkan sholat, sesibuk apapun kamu.
Kamu juga jangan pernah lepas
dari doa, dalam kondisi apapun.
Agar Gusti Allah selalu melindungi dirimu. Sebab yang namanya RS,
terlebih dahulu lagi kamar mayat , Sudah pasti kental dengan cerita misteri dan situasi yang menyeramkan. Tapi kamu nggak pernah takut, Toh kita semua yang hidup , juga nantinya akan meninggal. Ayah berharap, dengan kamu dinas di kamar mayat , kamu akan jadi lebih berani, nggak penakut lagi. Yakan, Bu " kata ayah, sambil tersenyum ke arah ibu. Ibu balas tersenyum
menanggapi.
Aku menganggukkan kepala,
mendengarkan dengan saksama
semua perkataan bapak. Aku
sangat tahu , beliau mengatakan
semua itu semata mata karena
rasa sayangnya padaku
"Iya, Yah. Semua nasihat
Ayah akan Andri ingat baik baik dan akan Andri laksanakan semampunya" kataku.
Kami kemudian melanjutkan
makan malam sampai selesai,
tanpa ada obrolan lagi di antara kami.
***
Begitu masuk kamar, aku
langsung membaringkan tubuh di atas kasur. Jam dinding kamar menunjukkan pukul
setengah sepuluh malam. Selesai
makan malam tadi , aku
berbincang sebentar dengan
Ayah dan ibu di ruang tengah.
Kamu mengobrol seputar
pekerjaan ku. sekitar setengah jam kemudian, aku minta izin untuk
masuk ke kamar terlebih dahulu.
Pandanganku menatap lurus
ke langit langit kamar. Tiba tiba
bayangkan wajah dokter Indri
melintas di depan mata. Kemana sebetulnya dokter Indri pergi
terakhir kalinya dan siapa teman
yang dia temui malam itu ya.
Masa Iyah sih, selama 2 tahun
misteri hilangnya dokter Indri belum juga terungkap? Aku membatin dan mulai lagi merasa penasaran.
***
Keesokan harinya, setelah
selesai sholat magrib dan makan malam, aku langsung berangkat ke RS Jaya Putra untuk piket malam.
Ayah dan ibu mewanti wanti,
agar aku senantiasa membaca
doa doa selama berdinas, saat
aku berpamitan pada mereka.
"Apa kamu nggak nunggu
sholat isya dulu,Andri?" Tanya
ayah, ketika aku pamit akan
berangkat.
"Nanti saja di mushola RS,Yah.
Andri nggak enak sama kakak senior yang dinas pagi dan sore.
Mereka pasti sudah menunggu,
soalnya kan ganti shift jam 7.
Kalau nunggu sholat isya dulu,
Andri bakalan telat lama"
jawabku
Aku lalu menghidupkan mesin
sepeda motor, dan memacunya
dengan perlahan, meninggalkan
halaman rumah. Aku melihat dari
kaca spion, ayah dan ibu
mengantarkan kepergian ku sampai sepeda motor yang aku kendarai
berbelok di tikungan jalan.
***
Sampai di RS, bergegas aku
menuju ke ruangan kamar mayat.
Keadaan sekeliling koridor yang ku lewati tampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang berpapasan denganku.
Mungkin mereka para penunggu
pasien yang sedang mencari
keperluan.
Ketika lewat di depan ruangan poliklinik gigi, Aku melihat sosok dokter Indri yang ada di sana. Dia sedang duduk menghadap ke koridor.
Dengan jantung berdebar, aku
bergegas melewati ruangan poliklinik tersebut. Tanpa menoleh ke kanan kiri lagi, sambil membaca doa doa yang aku bisa.
Akhirnya sampai juga aku di
depan pintu ruangan kamar mayat.
Dengan napas yang terengah engah,
aku membuka pintu dan masuk.
Terlihat kak Budiman dan kak Ilyas yang sedang mengobrol. Mereka
memandangku dengan keheranan.
"Kamu kenapa ngos ngosan gitu, Andri? Kayak baru di kejar hantu saja" kata kak Ilyas.
Aku tak menjawab pertanyaan
kak Ilyas. Sebab masih sibuk
menenangkan degupan jantung
yang berdetak tak karuan.
"Kak, Boleh nggak kalau saya
minta izin ke mushola. Mau sholat isya dulu"kataku, setelah detakan jantung agak tenang.
"Yaudah cepetan sana kamu sholat dulu" kata kak Budiman.
"Makasih ya , Kak."
Bergegas aku menuju ke mushola.
Ada beberapa orang yang juga sedang mendirikan sholat,
ketika aku sampai di sana. Aku segera mengambil air wudhu, lalu
menunaikan ibadah sholat isya.
Kembali dari mushola,ketika
berjalan di koridor, tiba tiba aku
merinding, bulu kuduk meremang.
Terlebih lagi saat teringat ada
dokter Indri di depan kamar operasi.
Aku mempercepat langkah,
dengan agak berlari. Agar segera
sampai ke kamar mayat.
Aku bernapas dengan lega,
begitu sampai di depan pintu
kamar Mayat. Karena tak melihat
hal yang menyeramkan di
sepanjang jalan dari mushola.
Segera aku masuk dan menemui
kedua kakak seniorku.
"Kami pulang dulu, Andri.
selamat piket ya, ingat , kamu nggak usah takut kalau lihat yang horor. Nanti juga kamu bakalan terbiasa" pesan kak Ilyas untukku.
"Seharusnya sih hari ini dokter David sudah selesai pelatihan.
Tapi seharian tadi dia belum datang kesini. Mungkin nanti
malam. Kamu tunggu saja" Jawab kak Budiman.
Kedua orang kakak senior itu
lalu berjalan menuju pintu keluar.
Tinggal aku sendirian di dalam ruangan kamar mayat ini. Untungnya tak ada mayat yang datang seharian tadi, jadi bisa mengurangi rasa takutku.
Aku lalu membuka buku buku
laporan yang ada di atas meja
kerja kak Budiman. Perlahan aku
membaca laporan kematian yang
tertulis di buku besar itu. Sebagian
besar jenazah yang dikirim ke
kamar mayat ini adalah korban
kecelakaan lalu lintas.
Saat sedang asik membaca
laporan, tiba tiba pintu terbuka.
Seketika jantungku berdetak tak
karuan. Aku sudah membayangkan, kalau dokter Indri yang akan masuk keruangan ini. Sambil memejamkan mata, mulut ini komat kamit membaca doa yang ku bisa.
Terdengar suara langkah kaki
menuju ke tempatku duduk.
Sungguh, diri ini ketakutan setengah mati. Keringat dingin mulai membasahi wajah.
"Kamu siapa?" tanya seseorang.
Perlahan aku membuka mata.
Tampak seorang laki laki berusia
sekitar 35 tahun berdiri di depan
meja. Wajahnya tampan dan berwibawa. Dia menatapku dengan penuh selidik. Mungkin ini yang
namanya dokter David , aku
berkata dalam hati.
"Eh ...saya Andri . saya petugas ruangan kamar mayat yang baru" jawabku seraya beranjak dari
duduk.
"Oh... saya kira siapa. Saya
dokter David" kata laki laki itu.
"Maaf , Dok. Saya nggak tahu.
kata Kak Budiman dan kak Ilyas,
Dokter sedang pelatihan di Bandung" kataku tak enak hati.
Dokter David tersenyum.
"Nggak apa apa, kamu nggak perlu minta maaf sama saya" kata dokter David. Dia lalu membaca buku laporan yang tadi aku baca.
"Kemarin Pak Jarwo bilang,
saya disuruh lapor ke dokter David"
kataku. Dokter David mengangguk,sambil masih saja membaca buku laporan.
"Ya sudah,Andri. Selamat
bertugas ya. Saya mau pulang dulu sekarang" Kata dokter David,
setelah dia selesai membaca buku laporan.
Aku mengangguk. Dokter David pun pergi meninggalkan kamar mayat
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓪𝓹𝓪 𝓴𝓮𝓶𝓪𝓽𝓲𝓪𝓷 𝓭𝓸𝓴𝓽𝓮𝓻 𝓘𝓷𝓭𝓻𝓲 𝓪𝓭𝓪 𝓴𝓪𝓲𝓽𝓪𝓷𝓷𝔂𝓪 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓭𝓸𝓴𝓽𝓮𝓻 𝓓𝓪𝓿𝓲𝓭 𝔂𝓪🤔🤔🤔🤔
2022-10-18
0
Bang Fdly
ditunggu part selanjutnya kak
2022-08-16
2
catatan_ariesta
di baca dari part 1 ya kakak,jangan lupa vote biar tau part selanjutnya 😍
2022-07-09
5