Bab 9 : Ternyata...

Kamar Mayat

Part 9

***

Tak lama setelah Kak Budiman dan kak Ilyas menutup pintu, pintu kamar mayat kembali terbuka dan dokter Indri terlihat memasuki ruangan. Aku menelan ludah. Badanku seketika gemetaran. Ingin sekali rasanya berlari keluar, tapi kedua kaki

ini seperti tak ada tulangnya.

Lemas sekali kaki ku ini. Aku hanya bisa diam di tempat, sambil memandang dokter Indri dengan ketakutan yang sangat.

"Kamu kenapa melihat saya seperti itu,Andri? Apa ada yang salah dengan saya? Atau mungkin kamu takut dengan saya?" Tanya Dokter Indri pada ku, saat dia berjalan di depanku. Dia tampak mengernyitkan kening, sembari

memandang diri ini dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

Aku langsung merinding, buku kuduk di tengkuk dan kedua tangan berdiri. Keringat dingin mulai membasahi kedua pelipis dan degupan jantung mulai berdetak tak karuan.

Tenggorokanku terasa kering.

Ingin sekali aku berteriak

sekerasnya saking merasa takut.

Dokter Indri menatapku dengan

tajam penuh selidik. Sedetik kemudian, dia tampak tersenyum. Detakan jantungku makin terpacu dengan kencang. Aku benar benar

ketakutan, melihat senyum dokter Indri yang mengerikan dan menakutkan itu.

Cepat cepat aku mengalihkan

pandangan ke tempat lain. Tapi wajah dokter Indri selalu mengikuti ke arah mana mata ini melihat.

Dengan sekuat tenaga aku

berusaha berlari ke arah pintu.

Tapi nyatanya kedua kaki masih saja diam di tempat. Sementara wajah Dokter Indri makin terlihat menyeramkan. Setengah putus asa ,diri ini lalu memejamkan

mata , sembari membaca doa doa yang ku bisa, dalam hati tentu saja. Sebab mulut ini seperti terkunci, tak bisa mengeluarkan suara. Bagaikan orang yang bisu.

Padahal aku merasa , sudah membaca doa doa dengan suara keras bahkan setengah teriak.

Tiba tiba kaki ku ringan dan bisa di angkat, saat aku membaca

ayat kursi untuk yang ketujuh kalinya. Spontan aku langsung berlari tunggang langgang, menghambur keluar ruangan.

Tak kuhiraukan lagi suara

tawa dokter Indri yang begitu menyeramkan di belakang sana.

Sampai di luar kamar mayat,

aku menarik napas dalam dalam,

lalu menghembuskannya perlahan.

Aku berusaha menenangkan

debaran jantung yang terpacu dengan sangat kencang. Se akan baru berlari berpuluh kilometer jauhnya, seperti mau copot.

Ya Allah ... kenapa wajah

dokter Indri jadi begitu menyeramkan? Apa dia memang sudah meninggal ya. Tapi kenapa selalu terlihat oleh ku, Bahkan seolah selalu mengikuti dimana saja aku berada, aku berkata dalam hati. Sambil memegangi dada yang masih deg degan.

Sampai kak Budiman dan kak Ilyas datang, aku masih diluar kamar mayat, duduk di kursi panjang yang ada di depan ruangan itu. Aku tak berani masuk lagi. Kebetulan juga tak ada kiriman jenazah baru yang datang.

Meskipun sebetulnya keadaan di

luar dan di dalam kamar mayat sama saja. Sama sama sepi dan membuat bulu kuduk berdiri.

"Ya Ampun Andri. Ngapain kamu duduk di sini. Bukannya nunggu di dalam aja. Penakut amat sih jadi orang" kata kak Ilyas, begitu tiba di depan kamar mayat.

Aku tersenyum kecut. "Saya

ngga tahan di dalam, kak. Dingin banget udaranya. Saya sampai menggigil" ucapku beralasan.

Malu juga aku, setiap saat di ejek

cowo penakut oleh kedua kakak senior ku itu. Mereka hanya diam mendengar alasanku.

Aku yakin kak Budiman dan kak Ilyas tak percaya dengan ucapanku. Tapi diri ini tak ambil peduli. Masa bodolah, Pikirku.

"Ya sudah, sekarang cepat ke mushola sana,nanti waktunya keburu habis." ujar kak Ilyas. Dia dan kak Budiman kemudian masuk ke ruangan kamar mayat.

Aku beranjak dari duduk dan segera berjalan menuju mushola.

Ketika akan melewati ruang kamar operasi , dari kejauhan aku melihat sosok dokter Indri sedang duduk sendiri di depan ruangan tersebut.

Seperti biasanya, dia selalu sendirian.

Aku memperlambat

langkah dan mempertajam penglihatan , barang kali saja mata

ini salah melihat. Bukan dokter Indri yang ada di depan ruangan kamar operasi, tapi orang lain. Namun ternyata

tidak, kedua mataku masih normal. Yang tampak olehku

sedang duduk di depan kamar operasi memang betul dokter Indri.

Berarti benar dong, kalau dokter Indri itu sudah meninggal.

Tadi dia kan masih ada di dalam kamar mayat waktu aku mau ke sini, aku membatin seraya menelan ludah dengan susah payah.

Hiiii... aku bergidik,

membayangkan dari kemarin aku sempat beberapa kali bertegur sapa dengan dokter Indri. Pantas saja aku selalu merinding tiba tiba , ketika berada di dekatnya.

Sejenak aku menghentikan langkah. Kemudian menoleh ke

arah kiri, kanan dan belakang.

Berharap akan ada orang yang lewat di koridor, Agar bisa bersama melewati ruangan kamar operasi. Tapi tak ada siapapun, Bahkan di kejauhan tak terlihat ada orang,

suasana di sekitar koridor sangat

sepi.

Aku menarik napas panjang,

untuk beberapa waktu merasa

ragu akan melanjutkan langkah

menuju mushola. Untuk

beberapa saat diri ini hanya berdiri terpaku. Ketika melihat kembali ke depan ruangan kamar operasi,

Dokter Indri sudah tak ada lagi di sana. Dengan setengah berlari aku segera melewati kamar operasi menuju ke mushola untuk melaksanakan sholat Dzuhur.

***

"Kak, apa dokter Indri itu sudah meninggal ya?" tanyaku pada kak Budiman dan kak Ilyas, Saat sudah kembali dari mushola.

Mereka sedang duduk seraya mengobrol.

"Kamu tau darimana kalau dokter Indri sudah meninggal?"

kak Budiman malah balik bertanya.

"Soalnya saya beberapa kali lihat dia , kak. Dan saya merasa ada yang aneh sama dokter Indri"

jawabku

"Aneh gimana maksudmu, Andri?" tanya kak Budiman lagi, Padahal pertanyaan ku sebelumnya belum di jawab oleh mereka berdua.

Aku kemudian bercerita,

ketika pertama kali datang ke RS Jaya Putra dan melihat dokter Indri di koridor dekat ruang personalia,

sehabis menghadap ke Pak Jarwo.

Setelah itu beberapa kali aku

selalu melihatnya, bahkan sempat

di ajak bicara oleh dokter Indri.

Dan anehnya , setiap bertemu

dengan dokter Indri , Aku selama merinding tiba tiba ,bulu

kuduk langsung meremang,jantung berdetak tak beraturan

serta keringat dingin menetes di

kedua pelipis.

"Awalnya saya nggak menyadari

kalau dokter Indri itu udah meninggal. Tapi dengan kejadian tadi, saya baru sadar.

Waktu kakak berdua pergi ke mushola, dokter Indri ada di dalam ruangan ini. Tapi saat saya mau ke mushola , Saya melihat dia ada di depan kamar operasi. Benarkan, kak. kalau Dokter Indri itu sudah meninggal?" tanyaku lagi untuk memastikan.

"Iya,Andri. Dokter Indri sudah meninggal dua tahun yang lalu" jawab kak Ilyas.

Aku melongo dan mata ini

membeliak, mendengar ucapan kak Ilyas, walaupun diri ini sudah mengetahui sebelumnya. Ya Allah...

jadi selama ini aku bertemu dan bicara dengan jin yang menyerupai sosok dokter Indri dong , aku membatin.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Safini Azizah

Safini Azizah

ngikuti kamu tu dokter hantu hiiii

2022-10-18

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝓽𝓾𝓱𝓴𝓪𝓷 𝓫𝓮𝓷𝓮𝓻 𝓴𝓵 𝓭𝓸𝓴𝓽𝓮𝓻 𝓘𝓷𝓭𝓻𝓲 𝓱𝓪𝓷𝓽𝓾👏👏👏👏

2022-10-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!