Abaikan Suara-Suara Sumbang

"Terdidiknya seorang istri tergantung tingkat keshalihan seorang suami. Mencari yang shalih itu penting, karena suami shaleh akan membimbing istrinya ke surga. Laki-laki adalah madrasah pertama bagi seorang wanita, ketika dia menjadi istrinya. Wanita adalah makmum, sehingga baik buruknya ditentukan oleh imamnya"

Rahma menghembuskan nafasnya pelan, kata-kata yang didengarnya dalam ceramah seorang ustadz terus terngiang di telinganya. Dia merenung memikirkan nasib rumah tangganya sendiri, menyadari bahwa semua yang dijalaninya ini salah.

Menikah itu akan memberikan sakinah, ketenangan yang merupakan buah dari mawaddah dan warahmah yang hadir di hati dua insan yang menghalalkan ikatan dengan ijab qabul.

Tapi Rahma menyadari indahnya sakinah itu sungguh jauh dari rumah tangganya, yang ada hanya komitmen untuk saling menjaga perasaan orang lain yang tidak ingin mereka kecewakan walau harus mengabaikan perasaannya sendiri.

'Mencari pria shaleh itu penting' Kalimat itu terus menari-nari di pikiran Rahma, bagaimana dia bisa melupakan kriteria itu. Keadaan yang membuatnya mengambil keputusan cepat tanpa berpikir lebih lama. Andai pria yang menikahinya adalah pria shaleh dia pasti akan tahu bagaimana cara yang benar memperlakukan pasangannya walau tanpa cinta sekalipun.

Tapi bukankah jodoh adalah cerminan diri kita, mungkinkah memang dirinya tidak cukup baik dan layak untuk mendapatkan pria shaleh? mungkinkah suaminya memang gambaran dirinya yang sesungguhnya?

Selama ini Rahma merasa sudah cukup menjaga diri dan kehormatannya, berharap Allah datangkan jodoh serupa yang juga pandai menjaga diri dan kehormatannya. Tapi ekspektasinya itu hingga saat ini masih sebatas halusinasi, karena realitanya dia harus bertahan dalam ikatan suci yang seolah menjadi belenggu sejak akad terucap antara laki-laki asing itu dengan ayahnya.

Hari-hari Rahma masih tidak ada yang berubah, sekolah masih menjadi tempat ternyaman untuknya menghabiskan waktu. Datang paling awal dan pulang paling akhir itulah Rahma, hingga beberapa teman sejawatnya menjulukinya sebagai kuncen sekolah.

Sempat terlontar pertanyaan yang cukup mengganggunya dari beberapa guru perempuan. Bagaimana Rahma bisa sebebas itu berada di sekolah bahkan saat jadwal mengajarnya telah usai, apakah suaminya tidak mempermasalahkan. Rahma hanya tersenyum dan menjawab tidak masalah dan semua baik-baik saja.

"Pulang sekarang?" Lisna yang selalu menjadi teman setia Rahma menghabiskan waktu di sekolah datang menghampiri sahabatnya itu saat Rahma terlihat sedang merapikan mejanya. Statusnya yang masih singelillah membuatnya juga leluasa untuk pulang jam berapapun dari sekolah.

Mereka baru saja mengikuti acara tabligh akbar yang diadakan anak-anak Rohis dalam mengisi kegiatan tengah semester ini.

"Hayu ..." jawab Rahma tanpa menoleh,

"Naw, boleh aku tanya sesuatu gak?" Lisna memilih memutarkan kursi milik guru lain yang ada di depan meja Rahma, kini mereka duduk berhadapan.

"Ada apa? tumben izin dulu, biasanya juga langsung berkoar" ejek Rahma dengan mencebikkan bibirnya, obrolan mereka lebih santai karena ruang guru tinggal dihuni oleh mereka berdua.

"Sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan Anggara? aku merasa ada sesuatu yang kamu tutupi dari aku tentang keadaan rumah tangga kamu. Aku jadi kepikiran kalau sampai terjadi apa-apa sama kamu, secara kan aku yang mengenalkannya padamu" Lisna berbicara langsung pada intinya, bawaannya yang tidak pandai berbasa basi membuat Rahma memahami karakter sahabat baiknya itu,

"Kenapa kamu nanya gitu?" Rahma menautkan kedua alisnya, dia pun menghentikan aktivitasnya dan fokus menatap Lisna,

"Ya....mau tau aja, soalnya di kalangan beberapa guru ternyata kamu sudah menjadi bahan obrolan hangat sekarang teh" ujar Lisna yang beberapa hari ini merasa panas kuping,

"Emangnya ada yang bilang apa tentang aku?" Rahma yang memang tidak menyadari jika hidupnya jadi pusat perhatian pun dengan polosnya bertanya pada Lisna,

"Katanya kemungkinan kamu adalah istri kedua, alias wanita simpanan karena suamimu yang pulangnya tak menentu, bahkan kamu lebih sering menghabiskan waktu di sekolah" jelas Lisna panjang lebar, awalnya dia pun ingin mengabaikan kecurigaan teman-temannya itu, apalagi melihat Rahma yang juga selalu terlihat enjoy menjalani hari-harinya.

Tapi lama kelamaan pikirannya pun terganggu, Lisna akan sangat merasa bersalah jika benar itu terjadi, pasalnya dirinya adalah orang yang mempertemukan Rahma dengan Anggara.

Deg....serasa ada yang menghantamnya jantung Rahma pun berdetak lebih cepat dari sebelumnya, dia tidak mengira jika akan terjadi hal seperti ini.

Selama ini Rahma hanya berpikir bagaimana menutupi ketidak harmonisan dalam rumah tangganya di hadapan keluarganya saja, tapi ternyata mata dan telinga orang lain pun harus diperhitungkan.

"Kami baik-baik saja, Mas Anggara memang jarang pulang karena beberapa bulan ini harus bertugas di luar kota. Tapi komunikasi kami baik ko, bahkan sekarang lebih sering Mas Angga yang menghubungi dan menanyakan kabar aku" jelas Rahma berusaha menutupi, dia tidak ingin orang lain tahu keadaan sebenarnya. Biarlah dia sendiri menelan apa yang dirasakannya karena ini memang sudah menjadi komitmennya.

"Syukurlah, memang begitu seharusnya" ucap Lisna dengan wajah yang masih penasaran, tatapannya lekat mencari kebohongan di wajah sahabat dekatnya itu,

Rahma memang tidak berbohong, pertemuan terakhir dirinya dengan Anggara adalah ketika pernikahan Maya adiknya tiga bulan yang lalu. Saat itu Anggara memang memberitahukan padanya jika dia akan pergi ke luar pulau untuk bertugas, walaupun bilangnya dua minggu tapi sudah tiga bulan nyatanya Angga belum juga mengunjunginya lagi.

Rahma yang sudah mengira dimana keberadaan Angga saat tidak bertugas tidak mau memikirkan hal itu, kesepakatan di awal pernikahan menjadi acuannya untuk bersikap terhadap suaminya itu.

Namun Rahma bersyukur, setidaknya ada perkembangan positif tentang hubungannya dengan Anggara. Akhir-akhir ini Anggara lebih sering menghubunginya untuk sekedar menanyakan kabar, walau pun Anggara tidak pernah bilang kenapa dia tidak mengunjunginya dan dimana keberadaannya tapi itu cukup membuat Rahma merasa punya suami.

Apalagi selama tiga bulan ini Anggara selalu rutin mengiriminya uang bulanan, Rahma selalu menghubungi Anggara untuk mengonfirmasi kiriman itu dan mengucapkan terima kasih. Setidaknya riwayat di room chat antara dirinya dengan Anggara kini lebih panjang.

"Sudah ah, pulang yuk sudah sore. Abaikan suara-suara sumbang yang hanya akan mengganggu mood dan kinerja kita" ajak Rahma beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar ruang guru yang diikuti Lisna masih dengan rasa penasarannya.

"Semoga apa yang kamu katakan benar Naw" gumamnya dalam hati, Lisna pun setengah berlari mengejar Rahma yang sudah keluar lebih dulu.

"Assalamu'alaikum, Bu. Ibu mau pulang?" seorang siswa laki-laki dengan name tag panitia yang masih menggantung di lehernya datang menghampiri Rahma saat Rahma baru saja keluar dari ruang guru,

"Wa'alaikumsalam, Andrean? kamu belum pulang?" tanya Rahma heran,

Setelah acara tabligh akbar yang diakhiri dengan shalat ashar berjamaah Rahma yang merupakan salah satu pembina kegiatan ekstrakurikuler di sekolah membriefing para panitia yang terdiri dari siswa -siswa pengurus OSIS untuk evaluasi kegiatan hari ini dan mempersiapkan kegiatan yang esok hari akan dilaksanakan.

Kegiatan di jeda tengah semester ini akan diisi dengan dua kegiatan akbar yang melibatkan semua siswa dari mulai kelas X sampai kelas XII yaitu tabligh akbar dan karya wisata.

Kegiatan tabligh akbar sudah dilaksanakan hari ini, di mulai pukul 12.30 sampai pukul 15.30 dengan mendatangkan ustadz kondang yang sedang digandrungi para remaja, tabligh akbar ini berjalan sukses karena semua siswa begitu antusias mengikutinya.

Materi yang disajikan penceramah pun sesuai dengan perkembangan mereka pada umumnya. Hal itu jelas menambah daya tarik siswa untuk mengikuti kajian ini.

Acara kedua yang akan digelar untuk mengisi waktu jeda semester ini adalah dengan mengadakan karya wisata, atas persetujuan pihak sekolah dan yayasan lusa tepatnya hari Sabtu mereka akan mengadakan karya wisata ke salah satu objek wisata yang berada di daerah Bandung.

Alokasi waktu satu hari yang disiapkan untuk kegiatan itu. Berangkat Sabtu pagi dan kembali pulang ke Garut Sabtu sore.

"Belum Bu, ini mau. Tadi sudah ke parkiran tapi melihat motor ibu masih ada saya jadi ke sini sekalian mau memastikan tentang acara lusa" jelas siswa yang bernama Andrean itu,

"Kenapa dengan acara lusa?" tanya Rahma menghentikan langkahnya dan memilih berdiri untuk mendengarkan penjelasan muridnya itu sambil menunggu Lisna,

"Lusa saya mau bawa kendaraan sendiri, kebetulan pulangnya saya mau ke rumah mami dulu" jelas Andrean,

"Ouh begitu? baiklah. Kamu siapkan saja surat izin untuk pulang terpisah, nanti hubungi bu Wanda ya, beliau yang bertanggung jawab untuk hal perizinan" Rahma pun memilih melanjutkan berjalan saat Lisna sudah mendekat ke arahnya,

"Ada apa?" tanya Lisna penasaran, dia pun bertanggung jawab dalan acara lusa sebagai pembimbing siswa kelas VII.

"Ini Andrean mau membawa kendaraan sendiri lusa karena mau pulang ke rumah maminya di Bandung. Gitu kan Andrean?'' tanya Rahma memastikan,

"Iya bu benar, dan maksud saya menemui ibu...." ucapan Andrean tiba-tiba berhenti dan hal itu membuat Rahma dan Lisna menghentikan langkah mereka, kompak menatap ke arah Andrean.

"Kenapa?" tanya Lisna yang tidak sabar melihat ekspresi Andrean yang terlihat ragu untuk mengatakannya,

"Saya mau mengajak ibu menemui mami saya, saya harap ibu bersedia" ucapnya tegas, tidak terlihat lagi keraguan di wajahnya saat sudah mengatakan itu,

"Maksud kamu semua guru?" tanya Lisna yang justru lebih antusias menanggapi ajakan muridnya itu,

"Tidak Bu, saya hanya mengajak Bu Rahma untuk menemui mami saya" jelasnya membuat Lisna membelalakan matanya,

"Ck..ck...ck...ngapain? kamu mau nunjukin calon mantu buat mami kamu?" canda Lisna sambil tergelak, namun ternyata serius bagi Andrean,

"Iya Bu" jawabnya mantap, membuat Rahma geleng-geleng kepala,

"Ishh...kamu, jangan sekata-kata" umpat Rahma mengingatkan muridnya itu,

"Enggak ko Bu, saya serius, ibu mau ya?" selanya tanpa wajah berdosa, dia keukeuh mengajak Rahma menemui maminya,

"Enggak Andrean, ibu enggak bisa. Sudah ya, ibu duluan sudah sore" tolak Rahma tegas, dia pun menggandeng tangan Lisna dan berlalu meninggalkan Andrean yang masih berdiri terpaku di tempatnya,

"Kayaknya anak itu udah terobsesi banget sama kamu" goda Lisna diakhiri kekehan,

"Abaikan suara-suara sumbang!" sentak Rahma, dia pun melajukan motor maticnya lebih dulu meninggalkan Lisna yang masih memakai helmnya,

"Hey Naw Naw...tungguin" teriak Lisna, namun diabaikan oleh Rahma.

"

Terpopuler

Comments

the loyal reader

the loyal reader

bu guru aku padamu

2023-02-16

1

Vivi Bidadari

Vivi Bidadari

Ya ampun Rahma murid mu mau melamar sementara Angga mengabaikan mu, sungguh luar biasa pesona Mu Rahma

2023-02-10

1

Tinaristina

Tinaristina

wah Rahma di lamar murid ya.....

2022-09-07

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 Akad
3 Kesepakatan
4 Suamiku Pulang
5 Pengakuan
6 Pratama Ardhan
7 Di Depan Mata
8 Ternyata Kita Dekat
9 Permintaan Anggara
10 Dilema
11 Pernikahan Maya
12 Nasehat Sahabat
13 Hari Pertama Kembali Ke Sekolah
14 Kisah di Sekolah
15 Jam Tangan
16 Abaikan Suara-Suara Sumbang
17 Setitik Harapan
18 Pertemuan
19 Pujian Untuk Rahma
20 Permintaan Maaf
21 Menyerah
22 POV Anggara
23 Bertanya-Tanya
24 Pengakuan
25 Mulai Terbiasa
26 Permintaan Mama Mertua
27 Kebesaran Hati Rahma
28 Keputusan Tama
29 Kasih Tak Sampai
30 Move On?
31 Rumah Mertua Indah
32 Kebersamaan Keluarga
33 Berubah
34 Menerka
35 Kehidupan Baru
36 Inikah Waktunya?
37 Pengakuan
38 Pengakuan (2)
39 Rahma Sakit
40 Kehadiran Sahabat
41 Kehadiran Sahabat (2)
42 Keputusan Rahma
43 Orang Tua Tama
44 Kabar Rahma
45 Kehadiran Sang Adik
46 Acara Syukuran
47 Acara Syukuran 2
48 Adikku Sudah Besar
49 Berita Duka
50 Duka Keluarga Rahma
51 Duka Keluarga Rahma (2)
52 Saling Menguatkan
53 Duka Itu Belum Berakhir.
54 Mengambil Keputusan
55 Malam Terakhir
56 Menuju Hidup Baru
57 Pengakuan Rahma
58 Permintaan Anggara
59 Curahan Hati
60 Hidup Baru
61 Bertemu Kembali
62 Bertemu Kembali (2)
63 Athaya
64 Kabar Pernikahan
65 Bunda
66 Pernikahan Regy dan Lisna
67 Fakta Mengejutkan
68 Kepanikan Rahma
69 Indahnya Kebersamaan
70 Bermalam di Garut
71 Bermalam di Garut (2)
72 Malam Indah Bersamamu
73 Olah Raga Jantung
74 Memulai dari Adik Ipar
75 Tidak Tahan
76 Rahasia Kita
77 Malam di Papandayan
78 Percakapan Dua Sahabat
79 Senja di Sayang Heulang
80 Assalamu'alaikum Bunda
81 Menyingkirkan Kerikil
82 Kedatangan Anggara
83 Ungkapan Cinta
84 Trauma
85 Memaksimalkan Ikhtiyar
86 Support System
87 Hanya Tuhan Yang Tahu
88 Keresahan Tama
89 Penampilan Athaya
90 Menanti Jawaban
91 Jawaban Rahma
92 Saling Terbuka
93 Pertemuan Keluarga (1)
94 Pertemuan Keluarga (2)
95 Keresahan Tama
96 Gagal Faham
97 Tangisan Tama
98 Rindu
99 Saling Memantaskan
100 Kebersamaan dengan Camer
101 Gangguan Sang Mantan
102 Cemburu
103 Serba-Serbi Menjelang Pernikahan
104 Serba-Serbi Menjelang Pernikahan (2)
105 Usaha Anggara
106 Pengajian Menjelang Pernikahan
107 Pernikahan Rahma dan Tama
108 Pernikahan Rahma dan Tama (2)
109 Penyesalan
110 Penyesalan (2)
111 Resepsi
112 Gas Tipis-Tipis
113 Pemanasan
114 Menunggu
115 Kabar Pasti
116 Malam Panjang
117 Permintaan Athaya
118 Pesta Kejutan
119 Pesta Kejutan (2)
120 Kamu adalah Sumber Bahagiaku
121 Kedatangan Tamu
122 Tamu Tak Diundang
123 Kekhawatiran Tama
124 Panik
125 Tamu Tak Diundang
126 Pengakuan
127 Permohonan Friska
128 Menemui Anggara
129 Do'a Athaya
130 Permintaan Maaf Anggara
131 Kebersamaan Athaya dan Anggara
132 Ikhlas Itu Indah
133 Mensupport Anggara
134 The Power Of Connection
135 Akhir Kisah
136 Spoiler Novel Baru
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
Akad
3
Kesepakatan
4
Suamiku Pulang
5
Pengakuan
6
Pratama Ardhan
7
Di Depan Mata
8
Ternyata Kita Dekat
9
Permintaan Anggara
10
Dilema
11
Pernikahan Maya
12
Nasehat Sahabat
13
Hari Pertama Kembali Ke Sekolah
14
Kisah di Sekolah
15
Jam Tangan
16
Abaikan Suara-Suara Sumbang
17
Setitik Harapan
18
Pertemuan
19
Pujian Untuk Rahma
20
Permintaan Maaf
21
Menyerah
22
POV Anggara
23
Bertanya-Tanya
24
Pengakuan
25
Mulai Terbiasa
26
Permintaan Mama Mertua
27
Kebesaran Hati Rahma
28
Keputusan Tama
29
Kasih Tak Sampai
30
Move On?
31
Rumah Mertua Indah
32
Kebersamaan Keluarga
33
Berubah
34
Menerka
35
Kehidupan Baru
36
Inikah Waktunya?
37
Pengakuan
38
Pengakuan (2)
39
Rahma Sakit
40
Kehadiran Sahabat
41
Kehadiran Sahabat (2)
42
Keputusan Rahma
43
Orang Tua Tama
44
Kabar Rahma
45
Kehadiran Sang Adik
46
Acara Syukuran
47
Acara Syukuran 2
48
Adikku Sudah Besar
49
Berita Duka
50
Duka Keluarga Rahma
51
Duka Keluarga Rahma (2)
52
Saling Menguatkan
53
Duka Itu Belum Berakhir.
54
Mengambil Keputusan
55
Malam Terakhir
56
Menuju Hidup Baru
57
Pengakuan Rahma
58
Permintaan Anggara
59
Curahan Hati
60
Hidup Baru
61
Bertemu Kembali
62
Bertemu Kembali (2)
63
Athaya
64
Kabar Pernikahan
65
Bunda
66
Pernikahan Regy dan Lisna
67
Fakta Mengejutkan
68
Kepanikan Rahma
69
Indahnya Kebersamaan
70
Bermalam di Garut
71
Bermalam di Garut (2)
72
Malam Indah Bersamamu
73
Olah Raga Jantung
74
Memulai dari Adik Ipar
75
Tidak Tahan
76
Rahasia Kita
77
Malam di Papandayan
78
Percakapan Dua Sahabat
79
Senja di Sayang Heulang
80
Assalamu'alaikum Bunda
81
Menyingkirkan Kerikil
82
Kedatangan Anggara
83
Ungkapan Cinta
84
Trauma
85
Memaksimalkan Ikhtiyar
86
Support System
87
Hanya Tuhan Yang Tahu
88
Keresahan Tama
89
Penampilan Athaya
90
Menanti Jawaban
91
Jawaban Rahma
92
Saling Terbuka
93
Pertemuan Keluarga (1)
94
Pertemuan Keluarga (2)
95
Keresahan Tama
96
Gagal Faham
97
Tangisan Tama
98
Rindu
99
Saling Memantaskan
100
Kebersamaan dengan Camer
101
Gangguan Sang Mantan
102
Cemburu
103
Serba-Serbi Menjelang Pernikahan
104
Serba-Serbi Menjelang Pernikahan (2)
105
Usaha Anggara
106
Pengajian Menjelang Pernikahan
107
Pernikahan Rahma dan Tama
108
Pernikahan Rahma dan Tama (2)
109
Penyesalan
110
Penyesalan (2)
111
Resepsi
112
Gas Tipis-Tipis
113
Pemanasan
114
Menunggu
115
Kabar Pasti
116
Malam Panjang
117
Permintaan Athaya
118
Pesta Kejutan
119
Pesta Kejutan (2)
120
Kamu adalah Sumber Bahagiaku
121
Kedatangan Tamu
122
Tamu Tak Diundang
123
Kekhawatiran Tama
124
Panik
125
Tamu Tak Diundang
126
Pengakuan
127
Permohonan Friska
128
Menemui Anggara
129
Do'a Athaya
130
Permintaan Maaf Anggara
131
Kebersamaan Athaya dan Anggara
132
Ikhlas Itu Indah
133
Mensupport Anggara
134
The Power Of Connection
135
Akhir Kisah
136
Spoiler Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!