Satu bulan berlalu, waktu yang tak mudah untuk dilalui oleh Rahma. Dengan segenap kekuatan yang dimilikinya, dia bertahan dalam pernikahan yang seolah membelenggunya. Bagaimana tidak, sebagai seseorang yang meyakini jika pernikahan adalah ikatan suci yang sakral dan harus dijunjung tinggi, Rahma pada akhirnya terbelenggu dalam ikatan akad yang membawanya pada realita rumah tangga yang sama sekali jauh dari ekspektasinya.
Sudah satu bulan Rahma tinggal di rumah yang dibelikan Anggara untuknya, tidak terlalu jauh dari sekolah tempatnya mengajar. Hanya butuh waktu dua puluh menit dengan menggunakan sepeda motor matic miliknya untuk menuju ke sekolah. Selama itu pula Anggara tidak pernah datang mengunjunginya atau mengabari keadaannya.
Pernah beberapa kali keluarganya datang menanyakan perihal suaminya itu, tapi Rahma selalu punya jawaban yang mudah diterima untuk menjawab setiap pertanyaan dari keluarganya. Jabatan Anggara yang cukup tinggi di tempatnya berdinas, cukup memberikan alasan jika satu bulan ini Anggara sangat sibuk dengan tugas negaranya. Padahal Rahma sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya dilakukan oleh suaminya. Mungkin dia sudah menikah lagi dengan kekasih hatinya, pikir Rahma.
Rahma termasuk guru yang disiplin akan waktu, tiga puluh menit sebelum kegiatan pembelajaran di mulai dia biasanya sudah stay di ruangan guru sekedar menikmati teh hangat sambil membaca buku pelajaran yang akan disampaikannya di kelas. Hari ini adalah perpisahan siswa kelas akhir, beberapa hari ke belakang Rahma turut disibukkan dengan berbagai persiapan menjelang acara akbar itu, cukup mengalihkan pikirannya tentang keadaan rumah tangganya. Tidak hanya orang tua siswa yang akan hadir tapi banyak undangan kehormatan yang akan hadir dalam acara ini.
Rahma bertugas untuk menyambut tamu bersama tiga orang guru lainnya dan juga beberapa siswa yang tergabung dalam pengurus OSIS. Harusnya sesuai intruksinya kemarin, tim yang bertugas menyambut tamu harus sudah bersiap di posisi masing-masing pukul tujuh tepat karena acara akan dimulai pukul delapan tepat.
Tapi saat ini jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh menit Rahma belum juga menunjukkan batang hidungnya. Bukan kebiasaannya terlambat membuat Lisna, teman sejawat sekaligus sahabat dekatnya sangat mengkhawatirkan Rahma. Beberapa kali dia menelepon tapi tak kunjung diangkat padahal teleponnya terhubung membuat Lisna semakin khawatir ada apa dengan sahabatnya itu. Biasanya Rahma akan memberi tahu dirinya jika ada sesuatu yang membuatnya terlambat.
Sementara di kediaman Rahma, rumah dengan desain minimalis namun tampak nyaman dan asri karena Rahma menatanya dengan apik. Rahma tampak duduk menunggui sang suami yang baru datang dini hari tadi tanpa terlebih dahulu memberi kabar. Saat ini dia tengah menunggui Anggara menghabiskan sarapannya. Belum ada komunikasi apapun di antara mereka. Anggara langsung tersungkur di atas pembaringan tanpa sepatah katapun. Rahma sampai berpindah ke kamar sebelah karena tidak ingin mengganggu Anggara.
"Apa kabar Mas?" setelah melihat Anggara menyelesaikan sarapannya akhirnya Rahma membuka suara.
Anggara menatap Rahma dengan tatapan yang sulit diartikan, membuat Rahma jadi salah tingkah dibuatnya.
"Minggu depan ada acara di kantorku. Aku harap kamu bisa datang, karena semua petinggi membawa pasangannya" ucap Anggara masih dengan ekspresi wajah datarnya.
"Baiklah, Insya Allah aku datang. Mas share saja lokasi pertemuannya" jawab Rahma mantap.
"Kamu harus menginap dulu di rumah dinasku, Mama dan Papa akan datang sehari sebelumnya untuk menghadiri acara itu juga, mereka pasti akan menginap di rumahku. Aku harap kamu sudah berada di sana sebelum mereka sampai" lanjut Anggara masih dengan wajah datarnya. Dia meraih kopi yang sudah disiapkan Rahma dan meneguknya sampai habis.
"Baik Mas, aku akan datang sebelum mereka sampai" jawab Rahma masih dengan senyum seribu wattnya. Dia pun beranjak dari kursi tempatnya duduk membawa piring dan gelas kotor bekas Anggara sarapan. Tatapan Anggara mengikuti setiap gerak Rahma dia memperhatikan dengan seksama penampilan wanita yang sudah berstatus menjadi istrinya itu.
"Kamu mau ke sekolah?" tanya Anggara akhirnya mengurai kepenasarannya. Penampilan Rahma yang tak biasa sungguh membuatnya penasaran apalagi hari ini adalah hari kerja, seharusnya Rahma memakai seragam kerjanya.
"Iya Mas, hari ini ada acara graduasi siswa kelas akhir, tema pakaiannya kebaya modern jadi aku berpakaian seperti ini ke sekolah sesuai seragam yang sudah disepakati bersama" jawaban Rahma cukup masuk akal menurut Anggara, diapun kembali memperhatikan wajah istrinya yang dipoles dengan make up tipis namun tampak memperlihatkan kecantikannya yang alami. Selama menikah dengan wanita dihadapannya belum sekalipun Anggara melihat Rahma tanpa memakai hijab.
"Sekarang apa yang Mas butuhkan?" sejenak Rahma menjeda ucapannya menunggu reaksi suaminya.
"Jika tidak ada aku mau minta izin untuk pergi ke sekolah" karena Anggara tak kunjung merespon Rahma pun melanjutkan ucapannya.
Pertanyaan Rahma membuat Anggara tersadar dari lamunannya, dia pun memalingkan wajahnya saat ketahuan Rahma jika dirinya sedang menatap wajah istrinya itu.
"Tidak ada, aku mau istirahat. Pergilah!" ucapnya dengan intonasi yang tegas, dia beralih ke sofa yang berada di ruang tengah mengambil handphonenya dan tampak menghubungi seseorang.
"Baiklah Mas, untuk makan siang sudah aku siapkan di rak makanan, nasi hangat sudah tersedia. Aku pamit" Rahma menyodorkan tangannya untuk bersalaman dan mencium tangan suaminya, kendatipun ini adalah hal baru untuknya tapi Rahma berusaha untuk membiasakan itu jika suaminya ada di rumah" Anggara sempat tertegun melihat Rahma mengulurkan tangannya, dia pun menerima uluran tangan Rahma dan membiarkan istrinya itu mencium tangannya. Ada sesuatu yang menghangat di dadanya, tapi Anggara segera menepis perasaan itu, dia pun kembali melanjutkan aktivitasnya berbalas pesan dengan seseorang.
Rahma pergi dengan buru-buru, jam sudah menunjukkan pukul delapan kurang dua puluh menit. Dia harus ngebut karena saat dirinya datang acara pasti sudah akan dimulai. Rahma pun bergegas melajukan motor matic kesayangannya dengan kecepatan cukup tinggi, keluar dari pintu halaman rumahnya dan menggas motornya dengan cepat. Tanpa Rahma sadari di balik tirai jendela rumahnya Anggara mengawasi semua gerak gerik istrinya itu.
Anggara penasaran dengan keseharian wanita yang sudah satu bulan menjadi istrinya itu. Dia memasuki kamar yang semalam ditempatinya tidur. Anggara mengamati setiap sisi kamar itu, tampak rapi dan nyaman. Rahma menata kamarnya dengan baik seolah menunjukkan seperti apa kepribadiannya. Di dinding dekat meja belajar Anggara mendapati beberapa kertas sticky note yang menempel di dinding yang sudah dialasi gabus itu.
Anggara mengambil beberapa, dia tersenyum miring saat mendapati note jika beberapa hari yang lalu dia harus berkunjung ke rumah orang tuanya untuk mempersiapkan pernikahan adiknya. Miris, dia rela menggadaikan kebahagiaannya demi kebahagiaan adiknya. Tapi tak apa bukankah kerja sama antara dirinya dan Rahma sama-sama saling menguntungkan, pikir Anggara.
Anggara pun tertarik dengan kertas note berwarna merah muda, di sana tercatat jika hari ini dia harus berangkat ke sekolah pukul enam tiga puluh. Membriefing tim yang dipimpinnya, dan memastikan semua bekerja sesuai tugas dan posisinya masing-masing.
"Pantas saja dia tadi terlihat buru-buru, rupanya dia sudah sangat terlambat" senyum kembali mengembang di bibir Anggara, sejenak dia berpikir jika Rahma terlalu baik memperlakukannya. Dia bahkan menyiapkan sarapan dan menungguinya sampai selesai padahal dia sudah terlambat ke tempatnya bekerja. Ada keharuan yang menyeruak di hati Anggara namun lagi-lagi dia menepisnya. Seiring dering ponsel yang berbunyi di tangannya.
"Hallo sayang!"
Sesampainya di sekolah Rahma buru-buru turun dari motornya, dia melemparkan kunci motor kepada satpam sekolah yang sudah sangat akrab dengan dirinya.
"Pak, tolong parkirkan motor saya dengan benar ya" teriaknya pada Pak Satpam.
"Neng, helmnya neng..." teriak Pak Satpam yang sejak dari kejauhan melongo melihat Rahma membawa motornya dengan buru-buru.
"Eh...." mendengar teriakan Pak Satpam sontak Rahma menghentikan larinya, dia menoleh ke beberapa undangan yang berbarengan datang dengannya, tampaknya mereka orang tua siswa yang juga turut melihat ke arahnya. Rahma pun melemparkan senyum manisnya kepada para tamu sambil membuka helmnya.
"Ini Pak" Rahma kembali melempar helmnya ke arah satpam dan sigap ditangkap oleh satpam itu.
"Neng Rahma, Neng Rahma....tumben kesiangan" gumam pak satpam sambil memarkirkan motor Rahma di tempat yang seharusnya.
"Kamu kemana saja? gak biasanya kamu kayak gini, biasanya juga on time, kenapa kamu? aku hubungi dari tadi gak diangkat-angkat, bikin khawatir saja" Lisna yang melihat Rahma datang dengan tergopoh-gopoh pun langsung memberondongnya dengan cercaan.
"Sorry...sorry...suamiku pulang" jawabnya jujur masih dengan nafas terengah-engah.
"Apa?" seseorang yang tidak tahu datang dari arah mana tiba-tiba bersuara dengan intonasi yang meninggi menunjukkan keterkejutannya mendengar jawaban Rahma. Dia berjalan ke arah Rahma dan Lisna yang masih berdiri mematung karena sama-sama terkejut dengan kehadiran laki-laki yang tak lain adalah ketua yayasan mereka, Pratama Ardan.
"Naura, kamu hutang penjelasan padaku. Setelah acara ini selesai temui aku di ruanganku" ucapnya telak, Rahma dan Lisna saling beradu tatap, keduanya memiliki pemikiran berbeda. Rahma yang berpikir akan mendapat teguran karena mengesampingkan urusan pekerjaan gara-gara urusan pribadi sedangkan Lisna yang dibenaknya timbul banyak pertanyaan salah satunya kenapa atasannya itu sesewot itu mendengar Rahma mengatakan jika suaminya pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Nurhartiningsih
lelet sih pak Tama...kesalip kan???
2025-03-13
1
Jumadin Adin
pak tama kagetnya klo rahma ternyata sdh nikah
2023-06-03
1
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
mungkin kah atasan nya suka sama Rahma,
2022-11-18
1