Belenggu Akad

Belenggu Akad

Pertemuan Pertama

"Pokoknya ibu tidak ridho kalau kamu harus menikah mendahului kakakmu, apapun alasannya adik perempuan tidak boleh mendahului kakak perempuannya menikah" tangis ibu pun pecah setelah dia mengungkapkan semua yang mengganjal di hatinya beberapa hari ini.

Kedatangan Rafa beberapa hari yang lalu dan menyampaikan maksudnya untuk menikahi Maya membuat ibu murung. Bapak sudah berkali-kali mengingatkan ibu untuk tidak menunjukkan kegelisahannya di hadapan Maya, kasihan dia jika harus mengetahui kalau ibu tidak merestui maksud kekasihnya untuk segera menghalalkannya.

Bukan tanpa alasan ibu seperti itu, dia hanya tidak ingin jika anak keduanya Rahma harus menjadi omongan orang karena didahului menikah oleh adiknya.

"Bu, Rahma ikhlas jika memang Maya sudah ada jodohnya" Rahma mencoba memberi pengertian kepada sang ibu, namun sang ibu bersikukuh dengan pendiriannya. Kepercayaannya masih terlalu kental, jika anak perempuan didahului nikah oleh adik perempuannya akan susah mendapat jodoh. Ibu tidak mau itu terjadi pada Rahma, anak keduanya.

Naura Rahmania atau dipanggil Rahma adalah anak kedua dari empat bersaudara. Kakak sulungnya Budiman Ahmad seorang laki-laki sudah menikah dan tinggal jauh karena pekerjaannya memang di sana. Saat ini dia bertugas sebagai hakim di salah satu pengadilan negeri di Sulawesi.

Adik Rahma, Rismaya Aulia yang biasa dipanggil Maya saat ini tengah menyelesaikan kuliahnya jurusan manajemen bisnis dan sedang menyusun skripsi. Menunggu jadwal sidang dengan target dua bulan lagi akan mengikuti wisuda. Berbeda dengan sang kakak, Maya lebih mudah bergaul. Pergaulannya lebih luas, tidak heran jika dia sudah memiliki kekasih seorang pengusaha muda yang beberapa hari yang lalu datang ke rumahnya dan mengatakan akan menikahi Maya setelah lulus kuliah.

Yusup El-Malik adik bungsu Rahma saat ini masih kelas tiga SMA dan akan melanjutkan pendidikan ke jurusan yang sama dengan sang kakak sulung, hukum. Rahma sendiri saat ini sudah bekerja sebagai guru honorer di sebuah sekolah SMA Swasta. Dia adalah satu-satunya penerus sang ayah yang merupakan pensiunan guru.

Di antara empat bersaudara itu hanya Rahma yang sekolah mengambil keguruan, pembawaannya yang lembut dan bijaksana sangat cocok untuk menjadi seorang guru dan sangat didukung penuh oleh sang ayah karena menurutnya pekerjaan yang pas untuk seorang wanita jika ingin berkarir adalah menjadi seorang guru. Selain sebagai profesi, kompetensi yang dimiliki seorang guru dapat diterapkan di rumah dalam mendidik anak-anaknya kelak.

Rahma menghela napasnya panjang. Sang Ibu bersikukuh tidak akan mengizinkan Maya menikah sebelum dirinya menikah. Rahma yang berangkat paling akhir dibanding adik-adiknya pamit. Hari ini dia ada rapat guru pukul sembilan, pembelajaran sengaja diliburkan. Rahma pun berangkat menuju sekolah tempatnya mengajar dengan mengendarai motor matic kesayangannya.

Kurang dari tiga puluh menit Rahma sudah sampai di halaman sekolah. Dia memarkirkan motornya di parkiran khusus pendidik. Melepas helm dan sedikit bercermin di spion motornya merapikan jilbab yang sedikit kusut karena memakai helm.

Rahma melenggang menuju aula sebagai tempat rapatnya hari ini. Langkahnya terhenti saat lengannya ditahan oleh seseorang yang tak lain adalah Lisna, sesama guru yang cukup dekat dengannya.

"Assalamu'alaikum" Rahma sedikit meninggikan nada ucapan salamnya, dia kaget karena lengannya yang tiba-tiba dicekal oleh sahabatnya itu. Lisna hanya nyengir, dia tahu sahabatnya itu kaget karena ulahnya. Tawa pun akhirnya lepas dari bibirnya.

"Kamu tuh kebiasaanya, suka ngagetin orang" pekik Rahma masih dengan nada kesal akibat ulah guru kesenian itu.

" Hehe...maaf Bu Guru syantik, aku sengaja" ucapnya semakin membuat Rahma kesal.

"Hisshh, dasar" Rahma hanya bisa menoyor bahu Lisna yang tak lepas menertawainya.

Rapat pun dimulai. Agenda rapat kali ini cukup banyak, selain persiapan untuk kegiatan akhir tahun pelajaran yang menjadi agenda rutin sekolah itu sebagai agenda akbar. Agenda lain dari rapat kali ini adalah perkenalan ketua yayasan baru yang menaungi sekolah tersebut. Sesuai isu yang sudah beredar jika pemilik yayasan saat ini sudah menyerahkan kepemimpinannya kepada putra bungsunya. Seorang pria yang tidak dikenal banyak orang. Pasalnya anak bungsunya itu baru saja menyelesaikan pendidikan doktoralnya di luar negeri.

Semua terkesiap memandang seseorang yang datang memasuki ruangan itu terutama guru-guru perempuan. Bagaimana tidak, seseorang yang masuk itu adalah orang yang sedang mereka gunjingkan. Ternyata benar, fakta membuktikannya bahwa sang penerus kepemimpinan yayasan adalah sosok anak muda dengan sejuta pesona.

"Nawnaw, lihatlah....." Lisna menunjuk dengan dagunya ke arah pemuda yang baru saja menjatuhkan bokongnya di kursi istimewa yang khusus disediakan untuknya. Selain rekan kerjanya Lisna juga adalah temannya sejak SMA, mereka kuliah di universitas yang sama dan program studi yang sama yaitu pendidikan dan sekarang pun mereka mengajar di sekolah yang sama. Lisna bahkan mempunyai panggilan khusus untuk sahabatnya itu, nawnaw yang merupakan kependekan dari Naura nama depan Rahma.

Rahma sejak tadi anteng dengan smartphonenya dia bahkan tidak menyadari saat ketua yayasan barunya memasuki ruangan yang membuat beberapa orang terutama guru perempuan terpesona. Begitulah Rahma, tidak mudah mengalihkan fokusnya jika sudah tertuju pada satu titik.

"Heumm" hanya kata itu yang keluar dari mulut Rahma, dia hanya melirik sekilas kemudian kembali menyelesaikan proyeknya di smartphonenya, membaca surat Ar-Rahman.

"Ishhhh" Lisna berdesis, dia tahu sahabatnya itu tidak mudah tertarik pada hal-hal seperti itu, apalagi ini menyangkut lawan jenis.

Rahma adalah tipikal perempuan yang tidak mudah tertarik pada lawan jenis, bahkan sangat sulit untuknya bisa jatuh cinta apalagi pada pandangan pertama, sungguh bukan kebiasaannya. Berbeda dengan dirinya yang selalu bersemangat untuk menjalin pertemanan dengan siapapun, sama-sama single tapi Lisna lebih agresif dalam menentukan calon pasangan hidupnya. Prinsifnya satu perlu seleksi dengan kandidat yang beraneka ragam untuk mendapat pasangan yang tepat. Kendatipun demikian dia lebih suka menjalin pertemanan untuk meluaskan jejaring pertemanannya.

Berbeda dengan Rahma yang justru tidak pernah menunjukkan ketertarikannya pada lawan jenis, bukan tidak mau dia hanya enggan harus melabuhkan hati pada pria yang belum halal untuknya. Prinsifnya kuat, ingin jatuh cinta pada pasangan halalnya. Mungkin itu yang membuat Rahma sampai saat ini belum juga mendapatkan pendamping.

Tepat dengan terdengarnya kumandangnya adzan dzuhur acara penyambutan ketua yayasan baru sekaligus rapat persiapan akhir tahun pelajaran pun usai dengan kesepakatan bahwa kegiatan rutin akhir tahun itu akan dilaksanakan dua minggu lagi, sengaja dipercepat karena menjelang libur para pendidik dan tenaga kependidikan akan mengikuti kegiatan studi banding ke sekolah lain di luar kota yang masih berada di bawah naungan yayasan yang sama.

Rahma yang bertugas di bagian acara mencatat poin-poin penting yang disampaikan ketua yayasan barunya sebagai harapan kesuksesan acara akbar tersebut.

Selepas shalat dzuhur Rahma dan Lisna juga beberapa guru perempuan bersiap untuk menuju ruang makan untuk santap saji sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya. Di teras masjid yang begitu megah ini tak menyangka mereka berpapasan dengan ketua yayasan barunya. Mereka pun menghentikan langkahnya dan menunduk penuh hormat kepada pria muda itu yang hanya dibalas anggukan kecil sambil terus berlalu.

Mereka pun melanjutkan langkahnya, namun langkah mereka kembali terhenti tatkala mendengar nama salah satu dari mereka dipanggil.

"Naura Rahmania?" merasa namanya dipanggil Rahma menghentikan langkahnya diikuti Lisna dan teman-teman yang lainnya. Mereka pun serempak membalikkan badan kembali berhadapan dengan ketua yayasan baru itu.

"Saya, Pak. Bapak memanggil saya?" Rahma. bertanya setelah sebelumnya mendapat sikutan dari Lisna karena hanya menatap datar ke arah ketua yayasan baru itu.

"Iya, bisa ke ruangan saya sebentar? saya tunggu sekarang" tanpa menunggu jawaban dari orang yang ditanya pria itu berlalu begitu saja meninggalkan guru-guru yang hanya melongo mendengar titah sang ketua yayasan baru itu. Termasuk Rahma yang masih mematung di tempat menatap datar punggung orang yang baru saja berbicara padanya.

"Naw, kamu dipanggil tuh. Sana cepetan siapa tahu mau dilamar" kelakar Lisna menggoda diikuti suara riuh guru-guru lain yang turut menggodanya. Rahma hanya mencebikkan bibirnya menanggapi keisengan mereka.

"Assalamu'alaikum" Rahma mengucap salam saat sudah sampai di kantor yayasan. Ada beberapa orang pengurus yang sedang mengobrol dengan ketua yayasan baru itu. Mengetahui tamu yang diundangnya sudah datang sang ketua yayasan pun mempersilahkan Rahma untuk duduk, di kursi depan mejanya. Dia pun pamit pada pengurus yang lain untuk menempati kursinya. Tanpa dikomando para pengurus yang terdiri dari dua orang laki-laki dan tiga orang perempuan itu pun berpamitan untuk meninggalkan ruangan sang ketua yayasan. Mereka sempat melirik ke arah Rahma yang telah duduk nyaman, Rahma hanya melemparkan senyum sambil sedikit menganggukan kepalanya saat beradu pandang dengan mereka.

"Maaf Pak, ada yang bisa saya bantu?" Rahma memulai pembicaraan, dia mulai tidak nyaman harus berada berdua di ruangan itu.

"Tama, panggil saya Tama Naura. Kamu benar-benar lupa padaku?" laki-laki yang mengaku namanya tama itu pun mengingatkan jika mereka sebelumnya pernah saling mengenal. Rahma mengernyitkan dahinya dia bahkan lupa siapa nama ketua yayasan baru itu. Pada saat perkenalan Rahma memang sedang tidak fokus. Dia kembali teringat perkataan ibunya yang tidak akan merestui pernikahan adiknya jika dirinya belum juga menikah.

"Bapak mengenal saya?" Rahma balik bertanya, sekali lagi dia mengingat tak ada petunjuk.

"Ckk.." Tama memalingkan wajahnya dia benar-benar dibuat gemas oleh wanita yang ada di hadapannya saat ini. Sejak sekolah Tama adalah laki-laki paling populer karena ketampanan dan kecerdasannya ditunjang juga dengan penampilan yang selalu berkelas karena dirinya memang berasal dari keluarga berada.

"Maaf" Rahma kembali menundukkan pandangannya, "saya benar-benar lupa, Pak" lanjutnya,

Tok...tok...tok... terdengar suaran ketukan pintu dan langsung terbuka begitu saja membuat dua orang yang saling diam mengalihkan pandangannya. Seorang gadis cantik yang merupakan pengurus yayasan tengah berdiri di ambang pintu,

"Maaf Pak, para pengurus dan tamu undangan menunggu Bapak untung santap saji bersama" intruksi gadis tersebut membawa angin segar untuk Rahma, tanpa ingin tahu kelanjutan cerita tentang dirinya yang saling mengenal dengan Tama, dia pun berdiri untuk pamit dan keluar dari ruangan itu.

"Silahkan Pak, tamu Bapak sudah menunggu. Saya permisi" ucapnya langsung membalikkan badan dan menuju pintu keluar, sejenak dia berhenti saat berhadapan dengan gadis pengurus yayasan itu. Rahma menganggukkan kepala tanda hormat dan melemparkan senyum ramahnya.

"Huuhh...." Tama hanya bisa menghela napas dan membuangnya dengan sedikit kasar. Merasa belum puas mengobrol dengan Rahma yang dipanggilnya Naura. Namun diapun tidak bisa mencegah kepergian gadis itu.

Rahma berjalan menuju ruang makan, dia mengedarkan pandangannya mencari Lisna dan teman-teman yang lainnya. Setelah mendapat lambaian tangan dari Lisna dia pun segera menuju meja parasmanan khusus guru yang terpisah dengan meja parasmanan para pengurus dan tamu kehormatan yayasan.

Saat Rahma akan menuju tempat Lisna dan teman-temannya berada, sekilas dia berpapasan dengan Tama yang akan menuju meja parasmanan khusus VIP. Rahma pun hanya menganggukkan sedikit kepalanya sebagai tanda hormat.

"Hari ini kita jadi hang out kan?" Lisna memulai pembicaraan saat melihat Rahma mulai menyuapkan makannya. Dia pun hanya membalas dengan anggukan kepala.

Hari ini dia diajak oleh Lisna untuk bertemu dengan teman-teman sekolahnya waktu SMP. Ada reuni kecil-kecilan yang sudah dia atur dengan teman-temannya, mumpung sekolah libur karena ada rapat penyambutan ketua yayasan baru dan selesai saat dzuhur. Mereka masih mempunyai waktu yang leluasa untuk berada di luar rumah.

Lisna berencana akan mempertemukan Rahma dengan seorang laki-laki yang merupakan temannya. Berharap kali ini Rahma bersedia menjalin pertemanan dengan lawan jenis lebih intens lagi, dia tahu jika saat ini sahabatnya itu tengah galau kalau tuntunan orang tuanya terutama Ibunya.

"Perkenalkan saya Anggara" seorang laki-laki dengan perawakan tinggi besar tengah duduk di hadapannya. Lisna sudah mengatur kencan butanya dengan seorang laki-laki yang katanya berprofesi sebagai seorang polisi.

Dia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Rahma, namun seperti biasa Rahma hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Hal itu membuat Anggara menyunggingkan senyumnya, menarik kembali tangannya mengerti dengan kebiasaan wanita di hadapannya.

"Saya Rahma, saya temannya Lisna" hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya, selanjutnya Rahma kembali memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Menurut informasi dari Lisna, kamu sedang mencari calon suami, benarkah?" pertanyaan yang menohok bagi Rahma, dia menarik napas panjang sedikit kesal dengan sahabatnya yang terlalu terbuka itu.

"Benar" kepalang, akhirnya Rahma pun mengakuinya.

"Kebetulan, saya juga sedang mencari calon istri. Keluarga saya sudah menuntut saya untuk segera menikah. Beberapa kali saya membawa perempuan pilihan saya tapi selalu ditolak terutama oleh nenek saya. Entah perempuan seperti apa yang mereka inginkan" Anggara bercerita tentang dirinya diakhiri dengan kekehan.

"Saya berharap kita bisa melanjutkan komunikasi ini lebih intens lagi" lanjutnya penuh harap.

"Insya Allah, tapi maaf saya tidak bisa menjalin hubungan yang tidak halal terlalu lama. Jika ....." Rahma menghentikan ucapannya, bingung harus memanggil apa.

"Sepertinya usiaku lebih senior dari pada kamu, alangkah eloknya jika kamu memanggilku Mas atau apapun yang setidaknya menunjukkan perbedaan usia kita" jelas Anggara, mengerti mengapa Rahma menghentikan perkataannya.

"Jika Mas Anggara berkenan, mari kita saling berta'aruf, saya tunggu di rumah" Rahma akhirnya menuntaskan pembicaraannya.

Terpopuler

Comments

Ren

Ren

mampir

2023-11-15

1

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Assalamu'alaikum
Mampir ya, Mbak

2023-07-15

2

@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️

@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️

nyimak kak author

2022-11-16

3

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 Akad
3 Kesepakatan
4 Suamiku Pulang
5 Pengakuan
6 Pratama Ardhan
7 Di Depan Mata
8 Ternyata Kita Dekat
9 Permintaan Anggara
10 Dilema
11 Pernikahan Maya
12 Nasehat Sahabat
13 Hari Pertama Kembali Ke Sekolah
14 Kisah di Sekolah
15 Jam Tangan
16 Abaikan Suara-Suara Sumbang
17 Setitik Harapan
18 Pertemuan
19 Pujian Untuk Rahma
20 Permintaan Maaf
21 Menyerah
22 POV Anggara
23 Bertanya-Tanya
24 Pengakuan
25 Mulai Terbiasa
26 Permintaan Mama Mertua
27 Kebesaran Hati Rahma
28 Keputusan Tama
29 Kasih Tak Sampai
30 Move On?
31 Rumah Mertua Indah
32 Kebersamaan Keluarga
33 Berubah
34 Menerka
35 Kehidupan Baru
36 Inikah Waktunya?
37 Pengakuan
38 Pengakuan (2)
39 Rahma Sakit
40 Kehadiran Sahabat
41 Kehadiran Sahabat (2)
42 Keputusan Rahma
43 Orang Tua Tama
44 Kabar Rahma
45 Kehadiran Sang Adik
46 Acara Syukuran
47 Acara Syukuran 2
48 Adikku Sudah Besar
49 Berita Duka
50 Duka Keluarga Rahma
51 Duka Keluarga Rahma (2)
52 Saling Menguatkan
53 Duka Itu Belum Berakhir.
54 Mengambil Keputusan
55 Malam Terakhir
56 Menuju Hidup Baru
57 Pengakuan Rahma
58 Permintaan Anggara
59 Curahan Hati
60 Hidup Baru
61 Bertemu Kembali
62 Bertemu Kembali (2)
63 Athaya
64 Kabar Pernikahan
65 Bunda
66 Pernikahan Regy dan Lisna
67 Fakta Mengejutkan
68 Kepanikan Rahma
69 Indahnya Kebersamaan
70 Bermalam di Garut
71 Bermalam di Garut (2)
72 Malam Indah Bersamamu
73 Olah Raga Jantung
74 Memulai dari Adik Ipar
75 Tidak Tahan
76 Rahasia Kita
77 Malam di Papandayan
78 Percakapan Dua Sahabat
79 Senja di Sayang Heulang
80 Assalamu'alaikum Bunda
81 Menyingkirkan Kerikil
82 Kedatangan Anggara
83 Ungkapan Cinta
84 Trauma
85 Memaksimalkan Ikhtiyar
86 Support System
87 Hanya Tuhan Yang Tahu
88 Keresahan Tama
89 Penampilan Athaya
90 Menanti Jawaban
91 Jawaban Rahma
92 Saling Terbuka
93 Pertemuan Keluarga (1)
94 Pertemuan Keluarga (2)
95 Keresahan Tama
96 Gagal Faham
97 Tangisan Tama
98 Rindu
99 Saling Memantaskan
100 Kebersamaan dengan Camer
101 Gangguan Sang Mantan
102 Cemburu
103 Serba-Serbi Menjelang Pernikahan
104 Serba-Serbi Menjelang Pernikahan (2)
105 Usaha Anggara
106 Pengajian Menjelang Pernikahan
107 Pernikahan Rahma dan Tama
108 Pernikahan Rahma dan Tama (2)
109 Penyesalan
110 Penyesalan (2)
111 Resepsi
112 Gas Tipis-Tipis
113 Pemanasan
114 Menunggu
115 Kabar Pasti
116 Malam Panjang
117 Permintaan Athaya
118 Pesta Kejutan
119 Pesta Kejutan (2)
120 Kamu adalah Sumber Bahagiaku
121 Kedatangan Tamu
122 Tamu Tak Diundang
123 Kekhawatiran Tama
124 Panik
125 Tamu Tak Diundang
126 Pengakuan
127 Permohonan Friska
128 Menemui Anggara
129 Do'a Athaya
130 Permintaan Maaf Anggara
131 Kebersamaan Athaya dan Anggara
132 Ikhlas Itu Indah
133 Mensupport Anggara
134 The Power Of Connection
135 Akhir Kisah
136 Spoiler Novel Baru
Episodes

Updated 136 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
Akad
3
Kesepakatan
4
Suamiku Pulang
5
Pengakuan
6
Pratama Ardhan
7
Di Depan Mata
8
Ternyata Kita Dekat
9
Permintaan Anggara
10
Dilema
11
Pernikahan Maya
12
Nasehat Sahabat
13
Hari Pertama Kembali Ke Sekolah
14
Kisah di Sekolah
15
Jam Tangan
16
Abaikan Suara-Suara Sumbang
17
Setitik Harapan
18
Pertemuan
19
Pujian Untuk Rahma
20
Permintaan Maaf
21
Menyerah
22
POV Anggara
23
Bertanya-Tanya
24
Pengakuan
25
Mulai Terbiasa
26
Permintaan Mama Mertua
27
Kebesaran Hati Rahma
28
Keputusan Tama
29
Kasih Tak Sampai
30
Move On?
31
Rumah Mertua Indah
32
Kebersamaan Keluarga
33
Berubah
34
Menerka
35
Kehidupan Baru
36
Inikah Waktunya?
37
Pengakuan
38
Pengakuan (2)
39
Rahma Sakit
40
Kehadiran Sahabat
41
Kehadiran Sahabat (2)
42
Keputusan Rahma
43
Orang Tua Tama
44
Kabar Rahma
45
Kehadiran Sang Adik
46
Acara Syukuran
47
Acara Syukuran 2
48
Adikku Sudah Besar
49
Berita Duka
50
Duka Keluarga Rahma
51
Duka Keluarga Rahma (2)
52
Saling Menguatkan
53
Duka Itu Belum Berakhir.
54
Mengambil Keputusan
55
Malam Terakhir
56
Menuju Hidup Baru
57
Pengakuan Rahma
58
Permintaan Anggara
59
Curahan Hati
60
Hidup Baru
61
Bertemu Kembali
62
Bertemu Kembali (2)
63
Athaya
64
Kabar Pernikahan
65
Bunda
66
Pernikahan Regy dan Lisna
67
Fakta Mengejutkan
68
Kepanikan Rahma
69
Indahnya Kebersamaan
70
Bermalam di Garut
71
Bermalam di Garut (2)
72
Malam Indah Bersamamu
73
Olah Raga Jantung
74
Memulai dari Adik Ipar
75
Tidak Tahan
76
Rahasia Kita
77
Malam di Papandayan
78
Percakapan Dua Sahabat
79
Senja di Sayang Heulang
80
Assalamu'alaikum Bunda
81
Menyingkirkan Kerikil
82
Kedatangan Anggara
83
Ungkapan Cinta
84
Trauma
85
Memaksimalkan Ikhtiyar
86
Support System
87
Hanya Tuhan Yang Tahu
88
Keresahan Tama
89
Penampilan Athaya
90
Menanti Jawaban
91
Jawaban Rahma
92
Saling Terbuka
93
Pertemuan Keluarga (1)
94
Pertemuan Keluarga (2)
95
Keresahan Tama
96
Gagal Faham
97
Tangisan Tama
98
Rindu
99
Saling Memantaskan
100
Kebersamaan dengan Camer
101
Gangguan Sang Mantan
102
Cemburu
103
Serba-Serbi Menjelang Pernikahan
104
Serba-Serbi Menjelang Pernikahan (2)
105
Usaha Anggara
106
Pengajian Menjelang Pernikahan
107
Pernikahan Rahma dan Tama
108
Pernikahan Rahma dan Tama (2)
109
Penyesalan
110
Penyesalan (2)
111
Resepsi
112
Gas Tipis-Tipis
113
Pemanasan
114
Menunggu
115
Kabar Pasti
116
Malam Panjang
117
Permintaan Athaya
118
Pesta Kejutan
119
Pesta Kejutan (2)
120
Kamu adalah Sumber Bahagiaku
121
Kedatangan Tamu
122
Tamu Tak Diundang
123
Kekhawatiran Tama
124
Panik
125
Tamu Tak Diundang
126
Pengakuan
127
Permohonan Friska
128
Menemui Anggara
129
Do'a Athaya
130
Permintaan Maaf Anggara
131
Kebersamaan Athaya dan Anggara
132
Ikhlas Itu Indah
133
Mensupport Anggara
134
The Power Of Connection
135
Akhir Kisah
136
Spoiler Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!