Belenggu Akad
"Pokoknya ibu tidak ridho kalau kamu harus menikah mendahului kakakmu, apapun alasannya adik perempuan tidak boleh mendahului kakak perempuannya menikah" tangis ibu pun pecah setelah dia mengungkapkan semua yang mengganjal di hatinya beberapa hari ini.
Kedatangan Rafa beberapa hari yang lalu dan menyampaikan maksudnya untuk menikahi Maya membuat ibu murung. Bapak sudah berkali-kali mengingatkan ibu untuk tidak menunjukkan kegelisahannya di hadapan Maya, kasihan dia jika harus mengetahui kalau ibu tidak merestui maksud kekasihnya untuk segera menghalalkannya.
Bukan tanpa alasan ibu seperti itu, dia hanya tidak ingin jika anak keduanya Rahma harus menjadi omongan orang karena didahului menikah oleh adiknya.
"Bu, Rahma ikhlas jika memang Maya sudah ada jodohnya" Rahma mencoba memberi pengertian kepada sang ibu, namun sang ibu bersikukuh dengan pendiriannya. Kepercayaannya masih terlalu kental, jika anak perempuan didahului nikah oleh adik perempuannya akan susah mendapat jodoh. Ibu tidak mau itu terjadi pada Rahma, anak keduanya.
Naura Rahmania atau dipanggil Rahma adalah anak kedua dari empat bersaudara. Kakak sulungnya Budiman Ahmad seorang laki-laki sudah menikah dan tinggal jauh karena pekerjaannya memang di sana. Saat ini dia bertugas sebagai hakim di salah satu pengadilan negeri di Sulawesi.
Adik Rahma, Rismaya Aulia yang biasa dipanggil Maya saat ini tengah menyelesaikan kuliahnya jurusan manajemen bisnis dan sedang menyusun skripsi. Menunggu jadwal sidang dengan target dua bulan lagi akan mengikuti wisuda. Berbeda dengan sang kakak, Maya lebih mudah bergaul. Pergaulannya lebih luas, tidak heran jika dia sudah memiliki kekasih seorang pengusaha muda yang beberapa hari yang lalu datang ke rumahnya dan mengatakan akan menikahi Maya setelah lulus kuliah.
Yusup El-Malik adik bungsu Rahma saat ini masih kelas tiga SMA dan akan melanjutkan pendidikan ke jurusan yang sama dengan sang kakak sulung, hukum. Rahma sendiri saat ini sudah bekerja sebagai guru honorer di sebuah sekolah SMA Swasta. Dia adalah satu-satunya penerus sang ayah yang merupakan pensiunan guru.
Di antara empat bersaudara itu hanya Rahma yang sekolah mengambil keguruan, pembawaannya yang lembut dan bijaksana sangat cocok untuk menjadi seorang guru dan sangat didukung penuh oleh sang ayah karena menurutnya pekerjaan yang pas untuk seorang wanita jika ingin berkarir adalah menjadi seorang guru. Selain sebagai profesi, kompetensi yang dimiliki seorang guru dapat diterapkan di rumah dalam mendidik anak-anaknya kelak.
Rahma menghela napasnya panjang. Sang Ibu bersikukuh tidak akan mengizinkan Maya menikah sebelum dirinya menikah. Rahma yang berangkat paling akhir dibanding adik-adiknya pamit. Hari ini dia ada rapat guru pukul sembilan, pembelajaran sengaja diliburkan. Rahma pun berangkat menuju sekolah tempatnya mengajar dengan mengendarai motor matic kesayangannya.
Kurang dari tiga puluh menit Rahma sudah sampai di halaman sekolah. Dia memarkirkan motornya di parkiran khusus pendidik. Melepas helm dan sedikit bercermin di spion motornya merapikan jilbab yang sedikit kusut karena memakai helm.
Rahma melenggang menuju aula sebagai tempat rapatnya hari ini. Langkahnya terhenti saat lengannya ditahan oleh seseorang yang tak lain adalah Lisna, sesama guru yang cukup dekat dengannya.
"Assalamu'alaikum" Rahma sedikit meninggikan nada ucapan salamnya, dia kaget karena lengannya yang tiba-tiba dicekal oleh sahabatnya itu. Lisna hanya nyengir, dia tahu sahabatnya itu kaget karena ulahnya. Tawa pun akhirnya lepas dari bibirnya.
"Kamu tuh kebiasaanya, suka ngagetin orang" pekik Rahma masih dengan nada kesal akibat ulah guru kesenian itu.
" Hehe...maaf Bu Guru syantik, aku sengaja" ucapnya semakin membuat Rahma kesal.
"Hisshh, dasar" Rahma hanya bisa menoyor bahu Lisna yang tak lepas menertawainya.
Rapat pun dimulai. Agenda rapat kali ini cukup banyak, selain persiapan untuk kegiatan akhir tahun pelajaran yang menjadi agenda rutin sekolah itu sebagai agenda akbar. Agenda lain dari rapat kali ini adalah perkenalan ketua yayasan baru yang menaungi sekolah tersebut. Sesuai isu yang sudah beredar jika pemilik yayasan saat ini sudah menyerahkan kepemimpinannya kepada putra bungsunya. Seorang pria yang tidak dikenal banyak orang. Pasalnya anak bungsunya itu baru saja menyelesaikan pendidikan doktoralnya di luar negeri.
Semua terkesiap memandang seseorang yang datang memasuki ruangan itu terutama guru-guru perempuan. Bagaimana tidak, seseorang yang masuk itu adalah orang yang sedang mereka gunjingkan. Ternyata benar, fakta membuktikannya bahwa sang penerus kepemimpinan yayasan adalah sosok anak muda dengan sejuta pesona.
"Nawnaw, lihatlah....." Lisna menunjuk dengan dagunya ke arah pemuda yang baru saja menjatuhkan bokongnya di kursi istimewa yang khusus disediakan untuknya. Selain rekan kerjanya Lisna juga adalah temannya sejak SMA, mereka kuliah di universitas yang sama dan program studi yang sama yaitu pendidikan dan sekarang pun mereka mengajar di sekolah yang sama. Lisna bahkan mempunyai panggilan khusus untuk sahabatnya itu, nawnaw yang merupakan kependekan dari Naura nama depan Rahma.
Rahma sejak tadi anteng dengan smartphonenya dia bahkan tidak menyadari saat ketua yayasan barunya memasuki ruangan yang membuat beberapa orang terutama guru perempuan terpesona. Begitulah Rahma, tidak mudah mengalihkan fokusnya jika sudah tertuju pada satu titik.
"Heumm" hanya kata itu yang keluar dari mulut Rahma, dia hanya melirik sekilas kemudian kembali menyelesaikan proyeknya di smartphonenya, membaca surat Ar-Rahman.
"Ishhhh" Lisna berdesis, dia tahu sahabatnya itu tidak mudah tertarik pada hal-hal seperti itu, apalagi ini menyangkut lawan jenis.
Rahma adalah tipikal perempuan yang tidak mudah tertarik pada lawan jenis, bahkan sangat sulit untuknya bisa jatuh cinta apalagi pada pandangan pertama, sungguh bukan kebiasaannya. Berbeda dengan dirinya yang selalu bersemangat untuk menjalin pertemanan dengan siapapun, sama-sama single tapi Lisna lebih agresif dalam menentukan calon pasangan hidupnya. Prinsifnya satu perlu seleksi dengan kandidat yang beraneka ragam untuk mendapat pasangan yang tepat. Kendatipun demikian dia lebih suka menjalin pertemanan untuk meluaskan jejaring pertemanannya.
Berbeda dengan Rahma yang justru tidak pernah menunjukkan ketertarikannya pada lawan jenis, bukan tidak mau dia hanya enggan harus melabuhkan hati pada pria yang belum halal untuknya. Prinsifnya kuat, ingin jatuh cinta pada pasangan halalnya. Mungkin itu yang membuat Rahma sampai saat ini belum juga mendapatkan pendamping.
Tepat dengan terdengarnya kumandangnya adzan dzuhur acara penyambutan ketua yayasan baru sekaligus rapat persiapan akhir tahun pelajaran pun usai dengan kesepakatan bahwa kegiatan rutin akhir tahun itu akan dilaksanakan dua minggu lagi, sengaja dipercepat karena menjelang libur para pendidik dan tenaga kependidikan akan mengikuti kegiatan studi banding ke sekolah lain di luar kota yang masih berada di bawah naungan yayasan yang sama.
Rahma yang bertugas di bagian acara mencatat poin-poin penting yang disampaikan ketua yayasan barunya sebagai harapan kesuksesan acara akbar tersebut.
Selepas shalat dzuhur Rahma dan Lisna juga beberapa guru perempuan bersiap untuk menuju ruang makan untuk santap saji sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya. Di teras masjid yang begitu megah ini tak menyangka mereka berpapasan dengan ketua yayasan barunya. Mereka pun menghentikan langkahnya dan menunduk penuh hormat kepada pria muda itu yang hanya dibalas anggukan kecil sambil terus berlalu.
Mereka pun melanjutkan langkahnya, namun langkah mereka kembali terhenti tatkala mendengar nama salah satu dari mereka dipanggil.
"Naura Rahmania?" merasa namanya dipanggil Rahma menghentikan langkahnya diikuti Lisna dan teman-teman yang lainnya. Mereka pun serempak membalikkan badan kembali berhadapan dengan ketua yayasan baru itu.
"Saya, Pak. Bapak memanggil saya?" Rahma. bertanya setelah sebelumnya mendapat sikutan dari Lisna karena hanya menatap datar ke arah ketua yayasan baru itu.
"Iya, bisa ke ruangan saya sebentar? saya tunggu sekarang" tanpa menunggu jawaban dari orang yang ditanya pria itu berlalu begitu saja meninggalkan guru-guru yang hanya melongo mendengar titah sang ketua yayasan baru itu. Termasuk Rahma yang masih mematung di tempat menatap datar punggung orang yang baru saja berbicara padanya.
"Naw, kamu dipanggil tuh. Sana cepetan siapa tahu mau dilamar" kelakar Lisna menggoda diikuti suara riuh guru-guru lain yang turut menggodanya. Rahma hanya mencebikkan bibirnya menanggapi keisengan mereka.
"Assalamu'alaikum" Rahma mengucap salam saat sudah sampai di kantor yayasan. Ada beberapa orang pengurus yang sedang mengobrol dengan ketua yayasan baru itu. Mengetahui tamu yang diundangnya sudah datang sang ketua yayasan pun mempersilahkan Rahma untuk duduk, di kursi depan mejanya. Dia pun pamit pada pengurus yang lain untuk menempati kursinya. Tanpa dikomando para pengurus yang terdiri dari dua orang laki-laki dan tiga orang perempuan itu pun berpamitan untuk meninggalkan ruangan sang ketua yayasan. Mereka sempat melirik ke arah Rahma yang telah duduk nyaman, Rahma hanya melemparkan senyum sambil sedikit menganggukan kepalanya saat beradu pandang dengan mereka.
"Maaf Pak, ada yang bisa saya bantu?" Rahma memulai pembicaraan, dia mulai tidak nyaman harus berada berdua di ruangan itu.
"Tama, panggil saya Tama Naura. Kamu benar-benar lupa padaku?" laki-laki yang mengaku namanya tama itu pun mengingatkan jika mereka sebelumnya pernah saling mengenal. Rahma mengernyitkan dahinya dia bahkan lupa siapa nama ketua yayasan baru itu. Pada saat perkenalan Rahma memang sedang tidak fokus. Dia kembali teringat perkataan ibunya yang tidak akan merestui pernikahan adiknya jika dirinya belum juga menikah.
"Bapak mengenal saya?" Rahma balik bertanya, sekali lagi dia mengingat tak ada petunjuk.
"Ckk.." Tama memalingkan wajahnya dia benar-benar dibuat gemas oleh wanita yang ada di hadapannya saat ini. Sejak sekolah Tama adalah laki-laki paling populer karena ketampanan dan kecerdasannya ditunjang juga dengan penampilan yang selalu berkelas karena dirinya memang berasal dari keluarga berada.
"Maaf" Rahma kembali menundukkan pandangannya, "saya benar-benar lupa, Pak" lanjutnya,
Tok...tok...tok... terdengar suaran ketukan pintu dan langsung terbuka begitu saja membuat dua orang yang saling diam mengalihkan pandangannya. Seorang gadis cantik yang merupakan pengurus yayasan tengah berdiri di ambang pintu,
"Maaf Pak, para pengurus dan tamu undangan menunggu Bapak untung santap saji bersama" intruksi gadis tersebut membawa angin segar untuk Rahma, tanpa ingin tahu kelanjutan cerita tentang dirinya yang saling mengenal dengan Tama, dia pun berdiri untuk pamit dan keluar dari ruangan itu.
"Silahkan Pak, tamu Bapak sudah menunggu. Saya permisi" ucapnya langsung membalikkan badan dan menuju pintu keluar, sejenak dia berhenti saat berhadapan dengan gadis pengurus yayasan itu. Rahma menganggukkan kepala tanda hormat dan melemparkan senyum ramahnya.
"Huuhh...." Tama hanya bisa menghela napas dan membuangnya dengan sedikit kasar. Merasa belum puas mengobrol dengan Rahma yang dipanggilnya Naura. Namun diapun tidak bisa mencegah kepergian gadis itu.
Rahma berjalan menuju ruang makan, dia mengedarkan pandangannya mencari Lisna dan teman-teman yang lainnya. Setelah mendapat lambaian tangan dari Lisna dia pun segera menuju meja parasmanan khusus guru yang terpisah dengan meja parasmanan para pengurus dan tamu kehormatan yayasan.
Saat Rahma akan menuju tempat Lisna dan teman-temannya berada, sekilas dia berpapasan dengan Tama yang akan menuju meja parasmanan khusus VIP. Rahma pun hanya menganggukkan sedikit kepalanya sebagai tanda hormat.
"Hari ini kita jadi hang out kan?" Lisna memulai pembicaraan saat melihat Rahma mulai menyuapkan makannya. Dia pun hanya membalas dengan anggukan kepala.
Hari ini dia diajak oleh Lisna untuk bertemu dengan teman-teman sekolahnya waktu SMP. Ada reuni kecil-kecilan yang sudah dia atur dengan teman-temannya, mumpung sekolah libur karena ada rapat penyambutan ketua yayasan baru dan selesai saat dzuhur. Mereka masih mempunyai waktu yang leluasa untuk berada di luar rumah.
Lisna berencana akan mempertemukan Rahma dengan seorang laki-laki yang merupakan temannya. Berharap kali ini Rahma bersedia menjalin pertemanan dengan lawan jenis lebih intens lagi, dia tahu jika saat ini sahabatnya itu tengah galau kalau tuntunan orang tuanya terutama Ibunya.
"Perkenalkan saya Anggara" seorang laki-laki dengan perawakan tinggi besar tengah duduk di hadapannya. Lisna sudah mengatur kencan butanya dengan seorang laki-laki yang katanya berprofesi sebagai seorang polisi.
Dia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Rahma, namun seperti biasa Rahma hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Hal itu membuat Anggara menyunggingkan senyumnya, menarik kembali tangannya mengerti dengan kebiasaan wanita di hadapannya.
"Saya Rahma, saya temannya Lisna" hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya, selanjutnya Rahma kembali memalingkan pandangannya ke arah lain.
"Menurut informasi dari Lisna, kamu sedang mencari calon suami, benarkah?" pertanyaan yang menohok bagi Rahma, dia menarik napas panjang sedikit kesal dengan sahabatnya yang terlalu terbuka itu.
"Benar" kepalang, akhirnya Rahma pun mengakuinya.
"Kebetulan, saya juga sedang mencari calon istri. Keluarga saya sudah menuntut saya untuk segera menikah. Beberapa kali saya membawa perempuan pilihan saya tapi selalu ditolak terutama oleh nenek saya. Entah perempuan seperti apa yang mereka inginkan" Anggara bercerita tentang dirinya diakhiri dengan kekehan.
"Saya berharap kita bisa melanjutkan komunikasi ini lebih intens lagi" lanjutnya penuh harap.
"Insya Allah, tapi maaf saya tidak bisa menjalin hubungan yang tidak halal terlalu lama. Jika ....." Rahma menghentikan ucapannya, bingung harus memanggil apa.
"Sepertinya usiaku lebih senior dari pada kamu, alangkah eloknya jika kamu memanggilku Mas atau apapun yang setidaknya menunjukkan perbedaan usia kita" jelas Anggara, mengerti mengapa Rahma menghentikan perkataannya.
"Jika Mas Anggara berkenan, mari kita saling berta'aruf, saya tunggu di rumah" Rahma akhirnya menuntaskan pembicaraannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Ren
mampir
2023-11-15
1
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
Mampir ya, Mbak
2023-07-15
2
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
nyimak kak author
2022-11-16
3