Pernikahan Maya terhitung akan dilaksanakan dua hari lagi. Semua persiapan sudah selesai dilakukan. Undangan sudah disebar semuanya, tidak lupa juga undangan online sudah dikirim ke orang-orang dekat yang lebih banyak merupakan teman Maya dan sebagian teman Rahma.
Rahma menjadi orang paling sibuk dalam persiapan pernikahan adiknya. Pernikahan sang adik yang dilaksanakan bertepatan dengan hari libur sekolah membuat Rahma lebih leluasa dalam membantu persiapan hajatan.
Sejenak Rahma melupakan masalah rumah tangga yang sedang dialaminya. Dia tidak ingin larut dalam kegalauan, apapun yang akan dilakukan suaminya Rahma akan memilih untuk tidak peduli.
Sejak kepulangannya dari Bandung untuk menemani suaminya menghadiri acara kedinasan Rahma tidak lagi bertemu dengan pria itu atau hanya sekedar berbagi kabar. Hubungan mereka masih sama, seolah tidak pernah ada ikatan di antara mereka.
Peran dalam drama rumah tangga sebagai istri yang sangat dicintai oleh suaminya dan menantu yang dibanggakan oleh kedua mertuanya begitu memukau dan berhasil membuat iri semua mata yang memandang.
Alhasil kesuksesan Rahma dalam menjalankan perannya membuat kekasih suaminya meradang. Dia tidak terima dengan apa yang dilakukan Rahma dan Anggara yang bersikap begitu romantis sebagai suami istri dalam acara kedinasan itu.
Keesokan harinya setelah acara selesai Rahma kembali Garut seorang diri, suaminya mengatakan jika dirinya tidak bisa mengantar karena ada pekerjaan penting. Rahma pun pulang sendiri dengan menaiki taksi yang sudah dipesankan oleh Anggara.
Malam itu mereka menginap di hotel, kedatangan orang tua Anggara dari Jakarta langsung diarahkan ke hotel yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh Anggara. Dia tidak mau orang tuanya mendatangi bahkan tinggal di apartemennya dengan alasan biar lebih dekat ke tempat acara berlangsung yang saat itu kebetulan diadakan di hotel yang sama tempat Anggara memesan kamar untuk kedua orang tuanya dan Rahma.
Usut punya usut ternyata alasan sebenarnya Anggara tidak membiarkan Rahma dan juga kedua orang tuanya mendatangi apartemennya karena kekasihnya berada di sana.
Rahma mendengar sendiri percakapan antara Anggara dengan kekasihnya itu. Dari kalimat yang diucapkan Anggara di ujung teleponnya, Rahma yakin jika Friska memang berada di apartemen suaminya. Dia hanya bisa menghela nafas dalam-dalam, terasa sesak tapi tak cukup keberanian untuk menanyakannya langsung pada suaminya.
Sejak awal Rahma memang tidak ingin mencampuri urusan apapun tentang suami dan kekasihnya. Dia sudah merelakan jalan hidup yang harus ditempuhnya,
"Aku akan bertahan sekuat aku untuk keluargaku" kalimat yang selalu terpatri rapih di ingatannya, untuk Rahma keluarga adalah prioritas utamanya.
"May, undangan buat ke sekolah teteh sudah disampaikan?" Rahma memastikan kembali undangan sudah tersampaikan semuanya termasuk ke sekolah tempatnya mengajar.
"Sudah teh, kata Yusuf langsung diterima oleh ketua yayasannya" jawab Maya sesuai kabar yang diberikan adiknya Yusuf.
"Hah? ketua yayasan? kok bisa?" Rahma cukup kaget mendengar jika yang menerima undangan adalah ketua yayasan, mendengar ketua yayasan disebut membuat Rahma teringat kembali tentang laki-laki single yang menyatakan cinta padanya beberapa beberapa minggu yang lalu itu.
"Pak Tama maksud kamu?" lanjut Rahma, dia menghentikan sejenak aktivitasnya menyusun bunga-bunga bersama Maya untuk menghias kamar pengantin adiknya itu,
"Enggak tahu, aku kan gak tahu siapa namanya. Kata Yusuf undangannya diterima sama cowok ganteng yang katanya ketua yayasan, gitu Teh" jelas Maya panjang lebar menyampaikan informasi yang didapatkan dari Yusuf.
"Eh, emang ketua yayasan teteh masih muda gitu? bukannya waktu aku ikut acara teteh orangnya sudah sepuh?" Maya kembali mengingat peristiwa saat dirinya dibawa sang kakak dalam acara yayasan tahun lalu.
"Iya, sekarang sudah ganti. Katanya itu putra bungsunya" jawab Rahma apa adanya,
"Teteh, Mas Anggara bisa datang kan? dia gak lagi tugas kan pas nikahan aku? gak lucu dong teteh gak ada pasangannya, truk aja bergandengan masa teteh enggak. Lagian kata Bapak dan Ibu nanti yang mendampingi aku di pelaminan itu gantian, pagi Ibu sama Bapak, siangnya teteh sama Mas Anggara"
"Iya gitu? ibu gak bilang apa-apa sama teteh. Lagian kan ada Kak Budi dan Kak Resya"
"Semalam ibu bilang ke aku, mungkin belum sempat bilang ke teteh dari tadi banyak tamu" ujar Maya kembali.
Sejenak Rahma berpikir, bagaimana jika suaminya ternyata memang tidak bisa datang dengan berbagai alasan. Kasihan Ibu dan Bapak pasti sangat mengharapkan kehadiran Anggara saat pernikahan adiknya nanti, apalagi Ibu akan meminta dirinya dan suaminya untuk bergantian menjadi pendamping pengantin di pelaminan.
"Haruskan aku hubungi dia?" gumam Rahma pelan, keraguan menyelimuti hatinya. Sungguh ini adalah hal yang paling tidak ingin dia lakukan, walaupun sebenarnya hati kecilnya berharap jika suaminya itu menghubunginya walau pun hanya dengan sebuah pesan.
Setiap hari Rahma selalu membuka room chat antara dirinya dan suaminya, masih sama sekitar dua minggu yang lalu saat Rahma usai membersamai suaminya menghadiri acara kedinasan. Chat terakhir mereka yakni saat Anggara mengabari Rahma jika malam itu dirinya tidak akan kembali ke hotel.
"Huuhh" Rahma membuang nafasnya kasar, jarinya akhirnya tergerak untuk mengirim soft file undangan pernikahan adiknya itu pada Anggara.
'Ya'
Kata yang sungguh membuat bad mood ketika chat yang dikirim panjang lebar, berharap mendapat balasan setimpal namun itulah nyatanya. Entah apa maksud kata ya yang ditulis Anggara. Laki-laki itu membalas pesan yang dikirim Rahma kurang dari lima menit setelah Rahma mengirim pesan.
Hari bahagia bagi Maya dan seluruh keluarga pun tiba. Pernikahan yang memang dilaksanakan di sebuah gedung yang biasa digunakan untuk acara wedding itu pun berlangsung meriah. Calon suami Maya merupakan orang berada dan cukup terpandang di Garut membuat undangan yang hadir pun bukan hanya kalangan biasa namun juga beberapa pejabat pemerintahan turut serta di acara tersebut.
Rahma akhirnya bisa bernafas lega, setelah dua hari kemarin dia terus dicecar banyak pertanyaan oleh keluarga besarnya tentang keberadaan suaminya apakah akan hadir atau tidak kini terjawab sudah. Semalam Anggara datang masih lengkap dengan baju dinasnya.
Prosesi akad berjalan lancar tanpa hambatan, mempelai pengantin pria berucap ijab dalam satu kali tarikan nafas dan langsung dinyatakan sah oleh saksi.
Acara langsung dilanjutkan dengan resepsi dan seperti yang sudah direncanakan jika dirinya dan Anggara harus bergantian dengan Ayah dan Ibunya untuk menjadi pendamping kedua mempelai di pelaminan untuk menerima tamu karena kondisi sang ayah yang sedang kurang sehat. Sementara kakak dan kakak iparnya disibukkan dengan anak-anak mereka.
"Terima kasih Mas sudah mau datang" Rahma berbisik mendekat ke telinga Anggara saat mengatakannya karena tak ingin orang lain mendengarkannya.
"Sama-sama, kita impas" jawabnya tanpa menoleh, Anggara fokus pada apa yang dilakukannya saat tamu senggang. Dia tampak berkirim pesan dengan seseorang.
"Ya, tentu saja" Rahma menjawab dengan tatapan yang dalam ke arah suaminya, entah pernikahan seperti apa yang sedang dia jalani saat ini semuanya hanya tentang hubungan saling membalas jasa untuk setiap peran yang telah berhasil dijalankan di hadapan keluarga mereka masing-masing.
"Assalamu'alaikum bestie......" pandangan Rahma teralihkan setelah mendengar seseorang yang berteriak dengan cerianya,
"Wa'alaikumsalam" tatapan Rahma juga Anggara kini tertuju pada rombongan tamu undangan yang datang, Lisna berada di urutan paling depan.
Rahma segera memasang kembali senyum bahagianya, begitu pun Anggara dia tak kalah ramah menerima uluran tangan dan sapaan dari teman-teman Rahma.
"Terima kasih Pak sudah berkenan datang" Rahma sedikit salah tingkah saat mendapati orang yang terakhir daei rombongan teman-teman mengajarnya adalah Pratama Ardhan.
"Sama-sama" jawab Tama dengan wajah datarnya namun tatapannya tak lepas dari wajah cantik yang beberapa bulan ini tak lepas dari ingatannya. Apalagi saat ini Rahma memakai make up lebih dari biasanya, tampak pangling di mata Tama.
"Cantik" gumam Tama dalam hatinya,
"Perkenalkan Pak, ini suami saya" ucapan Rahma yang mengenalkan suaminya memutuskan pandangan Tama dari wajah cantik itu.
"Anggara" mereka saling berhadapan dan Anggara menjadi orang pertama yang mengulurkan tangannya.
"Pratama" balas Tama, sejenak dia tertegun mengingat wajah yang rasanya tidak asing untuknya, namun dia lupa dimana pernah bertemu dengan pria yang kini telah menjadi suami dari wanita pujaannya.
Sebuah meja VIP sudah disiapkan khusus untuk menyambut rombongan tamu dari tempat Rahma mengajar, dia ingin memberikan pelayanan istimewa untuk rekan-rekan kerjanya.
Rahma pun meminta izin pada suaminya turun dari pelaminan untuk memastikan pelayanan terhadap tamu-tamu istimewanya itu sesuai dengan yang diharapkannya.
"Mas, aku temui mereka dulu ya" Anggara pun mengangguk mengizinkan Rahma untuk menemui teman-temannya.
"Maaf ya sajiannya alakadarnya, terima kasih sudah pada datang" Rahma menyapa rekan-rekan kerjanya,
"Hey, sini...." saat akan beranjak tiba-tiba Lisna menahannya.
"Apa? ada yang kurang makanannya? aku ambilkan" tanya Rahma...
"Ishhh ...bukan itu, aku cuman mau bilang dari tadi Pak Tama gak lepas mandangin kamu" bisik Lisna di telinga Rahma, tidak ingin di dengar yang lainnya.
"Iya betul...." sayangnya ternyata suara Lisna cukup keras hingga bisa didengar oleh orang yang kini berada di sampingnya.
"Eh...Pak Regi maksud saya...." Lisna jadi gugup sendiri saat mengetahui jika Regi mendengar apa yang dibisikkannya pada Rahma. Regi adalah pimpinan harian yayasan, lebih tepatnya orang kepercayaan Tama yang mengurus kantor yayasan yang berada di Garut.
"Benar Bu, dari tadi Pak Tama gak berhenti ngeliatin Bu Rahma" timpal Regi yang diakhiri kekehan semakin membuat Rahma merona, dia menoleh ke arah Tama yang duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri dan benar saja, Tama sedang menatapnya hingga akhirnya pandangan mata mereka bertemu.
"Sayang...." panggilan sayang dari suara yang tak asing di telinga Rahma membuat dia terlonjak,
"Iya, Mas" Rahma segera membalikkan badannya,
"Banyak tamu dari tadi yang nanyain kamu, kita kembali ke pelaminan yuk, kasihan Maya dan suaminya" ujar Anggara yang tiba-tiba turun dari pelaminan dan nyamperin Rahma.
Bukan tanpa alasan Anggara tiba-tiba turun dari pelaminan dan memanggil Rahma, sejak Rahma turun dan berjalan menuju teman-temannya Anggara melihat dengan jelas jika Tama terus memandangi istrinya itu.
Pemandangan yang membuat hati dan pikiran Anggara memanas, ada perasaan tak rela saat melihat Rahma dipandangi begitu dalam oleh laki-laki lain. Sebagai sesama laki-laki dia tahu arti dari tatapan Pratama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Nurhartiningsih
baru dipandang laki2 lain udah kepanasan...gimana perasaan Rahma yg jelas2 diduakan..stres emang angga
2025-03-13
1
Jumadin Adin
aje give kau anggara,di situ keegoisanmu kau tunjukkan
2023-06-03
1
Tinaristina
saking gemesy jd salah kn Anggara ko jd Rangga😅
2022-08-24
1