"Mami, Om Pir nanti akan datang ke rumah lagi kan?" Tanya Rey pada Cyara yang kini sedang menyiapkan kotak bekal untuk anak-anaknya.
Cyara terdiam dan tampak berfikir, dia yang sudah selesai menyiapkan bekal menghampiri putra dan putrinya yang sedang duduk di meja makan, duduk bersimpuh di antara kursi yang diduduki Rey dan Rain.
"Sayang Om Pir kan kerja, jadi tiap hari Om Pir kalian itu tidak bisa datang kesini? Kalau terus kesini bagaimana dengan pekerjaannya?" Ucap Cyara memberi pengertian kepada kedua anaknya itu.
"Nanti pekerjaannya tidak selesai-selesai, terus nanti Om Pir dimarahi sama bosnya ya Mi?" Ucap si kecil Raina sambil mengerjap lucu dan Cyara tidak bisa jika tidak mencubit pipi keduanya.
"Iya sayang, ya sudah ayo kita berangkat," kata Cyara yang kemudian membantu putra dan putrinya turun dari kursi.
"Ini bekal Rey, hmm dan ini bekal untuk Rain," kata Cyara sambil memasukkan bekal ke tas masing-masing.
"Ayo kita berangkat," ucap Cyara menggandeng tangan mereka sampai ke mobil, dan seperti biasa si kecil Raina duduk di kursi depan sementara Rey duduk di kursi belakang.
Cyara mengernyitkan dahi ketika tiba-tiba saja mobilnya berhenti.
"Kenapa Mi?" Tanya Raina.
"Sayang sepertinya mobilnya mogok deh," kata Cyara yang kemudian melepas seatbeltnya.
"Kalian tunggu disini, Mami lihat dulu," ujarnya kemudian turun untuk melihat.
Cyara bingung tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia mondar-mandir sambil mencoba menghubungi orang bengkel.
Tak lama sebuah mobil warna hitam berhenti tepat di depannya.
Seseorang dengan menggunakan sepatu pantofel berwarna hitam turun dari mobil.
"Cyara?" Ucapnya menghampiri Cyara.
Cyara yang dari tadi tidak memperhatikan pun akhirnya menoleh saat mendengar ada yang memanggil namanya.
"Tuan Martin," kata Cyara begitu melihat siapa orang yang memanggilnya.
"Kenapa?" Tanya Martin apalagi melihat wajah Cyara yang tampak kesal.
"Sepertinya mogok, aku sudah menghubungi orang bengkel dan mereka bilang nanti akan kesini," jawab Cyara.
"Oh ya sudah, kamu ikut aku aja ke kantornya, kalau tidak kamu nanti bisa terlambat," ucap Martin menawarkan diri.
Cyara menatap Martin kemudian menatap mobilnya, lebih tepatnya anak-anak yang masih di dalam mobil.
"Tapi…"
"Kenapa?" Tanya Martin mengernyitkan dahinya.
"Nanti aku akan suruh orang urus mobilmu, lebih baik kita berangkat sekarang daripada nanti kamu terlambat lagi."
"Hmm bukan itu tapi…"
"Mami masih lama tidak?" Kepala Rain tiba-tiba keluar dari jendela berteriak bertanya kepada maminya.
"Adek jangan teriak-teriak," tegur Rey pada adiknya.
"Hehehe iya Kak, habisnya mami lama, tuh mami malah ngobrol," kata Rain dan Kakaknya langsung turun dari mobil.
"Kamu tunggu disini, Kakak samperin mami dulu."
"Iya."
"Mam apa masih lama?" Tanya Rey yang sudah ada di belakang Cyara.
"Ah iya sayang, bentar lagi."
"Bagaimana Tu...maksudku Martin?"
"Ya sudah biarkan sekalian aku antar saja," jawab Martin menatap Rey dan tampak jelas kernyitan di dahinya.
"Rey tidak mau Mam," kata bocah laki-laki itu datar memandang Martin tidak suka.
"Sayang, nanti kalian terlambat."
Rey menatap maminya, "Baiklah, ini karena Rey tidak mau Mami terlambat dan dimarahi bos mami, apalagi sampai mami disuruh lembur seperti kemarin," kata Rey berlalu meninggalkan maminya dan Martin.
"Maafkan putra saya Martin, dia memang selalu seperti itu sama orang yang baru dikenalnya," kata Cyara tidak enak.
"Hah putra? oh iya tidak apa-apa," jawab Martin spontan, terkejut saat Cyara menyebut anak itu putranya.
Tak lama Rey membawa tasnya dan berjalan menggandeng Rain yang sudah ikut turun.
"Oh ya Martin ini perkenalkan anak-anak saya, ini Reynan dan Raina," ujar Cyara memperkenalkan putra dan putrinya.
"Hai cantik perkenalkan nama Om, Martin," kata Martin mengelus rambut Raina.
Raina menunjukkan senyuman manisnya, "Hai Om, aku Rain," katanya.
Cyara pun tersenyum, putrinya memang manis.
"Halo jagoan, perkenalkan nama Om, Martin," kini giliran Martin memperkenalkan dirinya kepada Rey.
"Sudah tahu, tadi sudah dengar. Mam, ayo katanya mau berangkat takut terlambat," ucap Rey menatap maminya.
"Ah oh iya, Ayo!" Ajak Martin kemudian membukakan pintu mobil bagian belakang untuk bocah kecil yang diperkenalkan Cyara sebagai anak-anaknya.
"Dek, kamu biasa depan, Mam, Mami dibelakang saja," ucap Rey dan Cyara hanya menghela nafasnya.
"Martin aku di belakang saja, mmm Rain memang lebih suka duduk di depan," ujar Cyara yang lagi-lagi merasa tidak enak atas sikap putranya.
Martin hanya mengangguk dan membantu Rain untuk naik ke mobil, berbeda dengan Rey yang menolaknya.
Setelah itu, Martin pun melajukan mobilnya ke sekolah anak-anak Cyara.
Tak butuh waktu lama, akhirnya mobil Martin pun sampai di tempat tujuan, kedua anak-anak Cyara pun turun dan mencium punggung tangan maminya kemudian kepada Martin.
"Rey yang sopan!" Tegur Cyara melihat Rey yang akan berlalu begitu saja.
Rey pun dengan terpaksa mencium punggung tangan Martin.
"Terima kasih Om," kata Rain.
"Sama-sama sayang," ujar Martin yang menyukai sikap manis putri Cyara.
"Mami tetap duduk di belakang," kata Rey memberi peringatan kepada maminya sebelum akhirnya masuk ke sekolahnya.
"Cyara tapi…" kata Marti yang melihat Cyara membuka pintu samping kemudi.
"Tidak perlu dengarkan apa kata Rey," kata Cyara yang kemudian masuk dan duduk di kursi samping kemudi.
"Tumben berangkat sendiri?" Tanya Cyara setelah hanya tinggal mereka berdua.
"Tuan Vier bilang akan masuk agak siangan," ucap Martin menoleh ke arah Cyara.
"Maaf Cyara, tadi mereka…"
"Mereka anak-anakku, maaf aku tidak bermaksud menipu atau apapun itu, tapi aku bisa jelaskan," kata Cyara yang takut Martin akan menganggapnya sebagai penipu.
"Santai saja kenapa kamu jadi gugup begitu, aku percaya kamu pasti punya alasan, dan kamu berhutang penjelasan padaku," kata Martin.
"Sudah sampai," tambahnya lagi ketika mereka sudah sampai di kantor.
"Kapan-kapan aku jelaskan," kata Cyara dan mereka pun masuk lift dan berpisah menuju meja kerjanya masing-masing.
Drt
Drt
Ponsel suara bergetar.
Cyara dengan malas mengangkat ponselnya.
"Halo Tuan," ucap Cyara.
"Jemput aku di depan lift!"
"Tapi aku sedang…"
"Lakukan atau mau ingin dipecat!" Ucap Vier yang kemudian segera mematikan panggilan telepon itu.
Cyara pun bergegas menuju lift untuk turun dan begitu lift terbuka dirinya melihat Martin yang juga ada disana.
"Hei," sapa Martin.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Suruh jemput Tuan Besar," jawab Cyara dan Martin pun tertawa.
Keduanya pun akhirnya terlibat obrolan seru, tanpa sadar jika saat ini ada yang menatap mereka tajam.
Tangan Vier mengepal saat melihat apa yang terjadi di depannya. Tepat di depan lift, Vier melihat Cyara sedang mengobrol bahkan tertawa-tawa dengan Martin.
Rahang Vier mengeras bahkan tangannya yang terkepal saat ini rasanya sudah gatal ingin mendaratkan dengan keras ke wajah Martin.
"Ikut saya!" Kata Vier dengan suara datar dan dingin, Vier berusaha untuk tidak meluapkan amarahnya di tempat itu juga.
Martin dan Cyara tampak terkejut begitu mendengar suara Vier, keduanya langsung menoleh dan memberi hormat pada atasannya itu. Kemudian keduanya ikut masuk ke lift bersamanya.
"Martin kau keluar sekarang!" Vier mengusir Martin dari dalam lift, karena jika Martin masih disana, Vier tidak tahu apa yang akan dia lakukan nanti kepada pria itu.
Dan kini di dalam lift, hanya tinggal berdua, Vier dan Cyara.
"Kita mau kemana Tuan?" Cyara bertanya pada Vier, saat menyadari angka yang Vier tekan di lift.
Dan tanpa menjawab pertanyaan Cyara, Vier justru mendorong wanita itu ke dinding di lift, hingga membuat Cyara terpekik kaget dan Vier mengurung tubuh Cyara diantara kedua tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
😄😄 Vier cemburu pada Martin
2023-04-23
0