"Cyara sayang ayo masuk!" Kata Jasmine yang menarik tangan Cyara masuk ke dalam bahkan meninggalkan Vier yang kini hanya menggerutu mengikuti di belakang kedua wanita itu.
"Sayang!" Jasmine memanggil suaminya. Stevano yang merasa dipanggil langsung menoleh, tidak hanya Stevano saja semua orang yang ada di ruang keluarga kini pandangannya tertuju pada Cyara.
"Ini Cyara yang tadi aku ceritakan," kata Jasmine begitu antusias memperkenalkan Cyara kepada mereka semua orang disana.
Semua orang saling tatap memandang Cyara, membuat Cyara hanya bisa menunduk, sebelum masuk ke dalam rumah ini, Cyara sudah merasa tidak pantas. "Kenapa aku harus memikirkan pantas atau tidak, Cyara statusmu saat ini tetap hanya bawahan anak pemilik rumah ini, jadi kamu tidak perlu memantaskan diri, dan tidak perlu peduli dengan pandangan mereka padamu," monolog Cyara dalam hati.
Kini semua mata yang tertuju pada Cyara, kini teralihkan ke arah Vier dengan pandangan bertanya-tanya.
Vier pun mengerti arti tatapan semua keluarganya yang seakan-akan bertanya siapa gadis yang dibawanya malam ini.
Vier hanya mengedikkan bahunya, membiarkan semua orang berasumsi sendiri tanpa dirinya harus menjelaskan panjang lebar.
Stevano bangun dari duduknya tersenyum dan menyambut Cyara dengan hangat. "Selamat datang Cyara, terima kasih karenamu istriku terus tersenyum sejak tadi, bahkan istriku sempat kesal tadi sama dirinya sendiri karena lupa tidak meminta nomormu, atau tanya dimana kamu tinggal," beritahu Stevano.
Cyara mengangkat kepala dan balas tersenyum mendengar ucapan Stevano, tapi senyumnya luntur saat matanya kini melirik Vier yang terus menatapnya.
"Hai Kak," sapa Vira, Vian dan Zeline bersamaan.
Vira menyenggol tubuh suaminya agar menyapa Cyara.
"Hai, saya Cyara," kata Cyara memperkenalkan dirinya.
"Mama tinggal dulu ya, kalian mengobrol saja," kata Jasmine berlalu ke dapur dan diikuti oleh Stevano dan Zeline.
"Tidak perlu formal Kak, santai saja," kata Vira. "Dan tidak usah tegang begitu," tambahnya lagi mendekat Cyara dan menggamit tangannya menjauh dari para pria yang langsung membicarakan pekerjaan jika sudah bertemu.
"Ah iya," kata Cyara yang masih canggung diperlakukan seperti itu oleh orang yang baru dikenalnya.
Pandangan Cyar tertuju pada perut besar Vira, "Sudah berapa bulan?" Tanyanya yang refleks memegang perut Vira.
"Tujuh bulan," jawab Vira tersenyum dan tidak keberatan sama sekali saat Cyara sudah mengelus lembut perutnya.
"Apa kembar?" Tanya Cyara dengan suara yang begitu pelan.
"Hmm iya kok Kakak tahu?"
"Dulu Kakak juga perutnya sebesar ini saat usia tujuh bulan," jawab Cyara yang melupakan keberadaan Vier disana. Untungnya jarak Vier cukup jauh sehingga dapat dipastikan Vier tidak mendengar ucapan kedua wanita itu.
"Benarkah? Apa Kakak juga sering mual tiap pagi?" Tanya Vira yang mengalami itu semua di usia kandungannya yang sekarang.
"Iya, tapi saat trimester pertama, bahkan tidak ada makanan yang bisa masuk ke dalam perut kakak," jelas Cyara mengingat saat dirinya hamil dulu.
Keduanya kemudian larut dalam obrolan seputar kehamilan.
Vier melihat Cyara yang sudah akrab saja sama keluarganya, padahal mereka baru mengenalnya. Vier pandangi Cyara dan Cyara pun balas memandang Vier, hingga pandangan mereka pun bertemu, dengan cepat Vier mengalihkan tatapannya, melihat apapun asal tidak menatap Cyara lagi.
"Ayo kita makan dulu! Makanan sudah siap," kata Jasmine yang baru datang dari arah dapur.
"Ayo Kak!" Vira mengajak Cyara agar berjalan bersama. Vira memandang Cyara dari arah samping sambil tersenyum. Karena baru kali ini dia melihat Vier membawa seorang wanita, dan Vira tidak peduli dengan status Cyara, asal kembarannya itu bisa bahagia.
"Kakak dengar kamu akan bekerja sama dengan dengan FC Corp?" Tanya Alno di saat berjalan menuju ruang makan.
"Iya Kak, minggu depan kita akan mengadakan pertemuan, pemimpin FC Corp akan datang ke negara kita," kata Vier dengan pandangan yang terus tertuju ke arah Cyara.
"Duduk!" Kata Vier yang tiba-tiba sudah di belakang Cyara dan menarik kursi untuk Cyara duduk.
"Terima kasih," kata Cyara menatap Vier yang kini memasang muka datar.
Vier kemudian menarik kursi untuk dirinya sendiri, tepat di samping Cyara.
Sementara Vira dan Jasmine yang melihat itu hanya bisa mengulum senyumnya.
Jasmine kemudian ingat pada apa yang sejak tadi ingin ditanyakannya kepada Cyara begitu melihat cucunya yang sudah ada di meja makan bersama pelayan.
"Oh ya kenapa kesini sendiri? Kenapa tidak ajak Reynan dan Rain?" Pertanyaan Jasmine membuat semua orang termasuk Vier menatap Jasmine dan Cyara bergantian.
"Apa hubungannya Cyara dengan kedua anak yang disebut Mama?" pikir Vier dalam hatinya.
Vier melihat Cyara yang tampak gusar, bahkan Vier juga menangkap kalau sesekali Cyara meliriknya.
"Tunggu, Reynan dan Rain? Apa mereka adalah anak-anak yang aku temui waktu itu? Apakah mereka adalah anak yang sama?" Dalam hati Vier bertanya-tanya, sambil menatap Cyara seolah meminta penjelasan darinya.
"Hmm itu…" Cyara tampak gugup saat Vier menatapnya tajam.
"Bibi menyukai anak-anakmu, lain kali ajak mereka kesini ya," kata Jasmine membuat Vier begitu terkejut mendengar apa yang dikatakan mamanya.
"Anak? Apa maksudnya ini? Bukankah dia belum menikah, atau jangan-jangan dia memalsukan statusnya agar bisa diterima di perusahaan," tatapan Vier terasa begitu menusuk.
"Sayang, lebih baik kita mulai makannya, kasihan pasti semuanya sudah lapar," kata Stevano melihat ada yang tidak beres dengan tatapan putranya terhadap Cyara.
"Oh iya sebaiknya kita makan, maaf ya Cyara, Bibi jadi mengajak ngobrol terus."
Cyara yang merasa namanya disebut, menatap Jasmine tersenyum, "Tidak apa-apa Bibi," katanya sopan.
Mereka pun akhirnya memulai acara makan malam mereka dengan hening. Cyara dapat merasakan situasi mencekam saat ini tepat di sampingnya.
"Paman senyum! Jika paman seperti itu pasti nanti Bibi tidak suka lagi sama Paman, iya kan Bi," celetuk Aira tiba-tiba menatap Vier dan kemudian menatap Cyara.
Cyara yang sedang minum, langsung terbatuk begitu mendengar ucapan gadis kecil itu.
"Pelan-pelan sayang!" Kata Jasmine.
"Iya Bi," kata Cyara.
"Sayang, Bibinya sedang minum kamu jangan ajak bicara, tuh Bibi jadi seperti itu," ujar Alno memberi peringatan pada putrinya.
"Maaf Bi," kata gadis kecil itu menunduk.
Cyara memaksakan senyumnya, "Tidak apa-apa sayang," ujar Cyara hingga Aira kembali mengangkat kepalanya lagi.
Kemudian mereka semua kembali melanjutkan acara makannya.
"Ma, Pa, Vier dan Cyara langsung pulang," pamit Vier yang mengajak Cyara bangun dan menarik tangan wanita itu, membawanya keluar dan masuk ke mobil, tanpa mendengar persetujuan dari mama dan papanya.
Cyara terpaksa menurut, dia tidak mau keluarga Vier khawatir. Begitu masuk ke dalam mobil, Vier dengan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga membuat Cyara ketakutan.
"Tuan hentikan! Tuan! Aku mohon hentikan!" Kata Cyara yang ketakutan meminta mobil dihentikan.
Vier tidak peduli dengan permintaan Cyara, dia terus saja melajukan mobilnya.
"Tuan kita mau kemana?" Tanya Cyara mulai cemas saat melihat jalan yang dilalui bukan jalan menuju rumahnya dan melihat ekspresi Vier saat ini membuat Cyara semakin khawatir.
"Ke rumahku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
knp marah Vier
2023-04-23
0