"Tuan!"
"Tuan! rapat akan dimulai sebentar lagi," ucap seorang Pria membuyarkan lamunan Zavier yang kini sedang menatap sebuah foto yang tadi diambil dari laci meja kerjanya.
"Semua berkasnya sudah kamu persiapkan?" Tanya Zavier pada pria bernama Martin yang tak lain adalah asistennya.
"Sudah Tuan, kita bisa berangkat sekarang juga," jawab Martin yang memperlihatkan beberapa berkas pada Zavier yang ada di tangannya.
Zavier kembali meletakkan foto tadi di laci tempatnya semula, kemudian berdiri dan mengancingkan jasnya melangkah keluar setelah Martin membukakan pintu ruangannya.
"Apa sudah ada pengganti Rima?" Tanya Zavier pada Martin.
Rima adalah sekretarisnya yang sudah bekerja cukup lama dengannya. Tapi belum lama dia mengundurkan diri karena usia kehamilannya yang semakin tua, dan lagi suami Rima juga sudah melarangnya bekerja. Zavier tidak bisa menahannya dan dia hanya bisa merelakan Sekretarisnya itu, bagaimanapun dia tidak berhak melarang Rima untuk terus bekerja, ya walaupun Zavier menyayangkan hal itu, karena Rima adalah sekretaris yang cekatan.
Dan kali ini Zavier memutuskan untuk mencari sekretaris yang belum menikah, karena Zavier adalah orang yang gila kerja dan Zavier ingin nanti sekretarisnya bisa mengikuti kemanapun dia pergi.
"Sudah Tuan, besok dia akan mulai bekerja," jawab Martin yang kemudian dijawab anggukan oleh Vier.
Keduanya pun melangkah di sepanjang lobi, para karyawan yang berpapasan dengannya pun langsung menunduk memberi hormat pada atasannya yang sekarang menjadi sosok pria dingin dan tersentuh. Terbukti sapaan dari para karyawannya tidak mendapat balasan apapun dari Vier, entah itu menyapa balik atau sedikit saja memberikan senyuman. Padahal Zavier Gottardo dulu terkenal ramah seperti Mamanya, Nyonya Olivia Jasmine Anderson, tidak seperti adiknya yang irit bicara seperti Papanya Stevano Anderson.
Vier bersama asisten melangkah dengan tegap menuju ke mobil dan pergi meninggalkan gedung perkantoran menuju ke sebuah pusat perbelanjaan karena rapat akan diadakan di salah satu restoran di dalamnya.
Saat Vier sedang rapat, tiba-tiba ada dua anak kecil yang sedang berlarian, dan si anak perempuan terjatuh tepat di samping mejanya, Vier bantu anak itu bangun.
"Terima kasih om," ucap kedua anak itu mengucapkan terima kasih pada Vier.
Dan Vier melihat, si anak laki-laki menggandeng tangan si anak perempuan pergi.
Vier menatap kepergian kedua anak itu, entah kenapa ada perasaan hangat menyusup ke dalam dadanya, "Mungkin karena teringat pada saudara kembarku," pikir Vier dalam hatinya. Ya Vier mempunyai saudara kembar yang bernama Zavira Anderson. Dia sudah menikah dan sebentar lagi akan melahirkan anaknya yang kedua.
***
"Mami, kita mau beli apalagi? Rain capek, kaki Rain pegal Mami, Rain juga lapar" seorang anak berusia 5 tahun terdengar mengeluh kepada Maminya.
"Bentar ya sayang, kita tinggal beli sepatu saja, Mami besok mulai bekerja, jadi Mami harus tampil rapi, setelah ini kita makan apapun yang kamu mau deh" kata sang Mami membujuk putrinya itu.
"Adek payah, segitu saja sudah mengeluh capek, lihat nih Kakak kuat," kata Reynan saudara kembar Rain.
"Kakak kan cowok, jadi wajar saja Kakak lebih kuat," jawab sang adik dengan bibir yang mengerucut.
"Sudah-sudah, kenapa kalian jadi ribut sendiri? Ingat ya ini tempat umum, kalian tidak boleh berantem seperti itu," kata wanita itu mengingatkan kedua anak kembarnya.
"Dan Kakak tidak boleh bicara seperti itu lagi sama adek ya," kata wanita yang bernama Cyara itu kepada putranya.
"Maaf Mami," kata anak laki-laki itu.
"Minta maaf sama adek bukan sama Mami sayang," Cyara mengelus pipi tembam Putranya dengan lembut.
"Maafin Kakak ya Dek, Kakak janji tidak akan mengatai adek lagi, nanti uang jajan Kakak buat adek deh besok," ucap Reynan agar adeknya tidak ngambek lagi.
"Beneran?" Tanya Rain dengan mata yang berbinar.
"Iya bener, jadi sekarang adek jangan ngambek lagi," bujuk Rey pada Rain.
"Tidak, Rain tidak akan ngambek lagi, Rain kan sayang Kakak," ucap gadis imut itu langsung mencium pipi Kakaknya yang lahir lebih cepat lima menit darinya.
Walaupun mereka lahir di waktu yang sama, tapi wajah mereka sama sekali tidak mirip.
Melihat kedua anak kembarnya membuat mata Cyara berkaca-kaca, rasanya keputusan yang diambil saat itu memang yang terbaik, dan Cyara tidak pernah menyesali keputusannya sedikitpun, Cyara sangat menyayangi anak-anaknya, dan dengan melihat keduanya saling menyayangi dan senyum selalu menghiasi wajah mereka, membuat Cyara lupa akan luka yang membuat mereka akhirnya hadir di hidupnya dan bahkan mereka lah yang mampu membuatnya bertahan sampai saat ini, berdiri dengan kedua kakinya sendiri, tidak mudah memang, tapi Cyara mampu melewatinya.
"Mami!" Rain menggoyang-goyangkan tubuh Maminya yang malah kini tampak melamun.
"Ah iya sayang? Kenapa?" Tanya Cyara begitu tersadar dari lamunannya.
"Kok sepatunya malah dilihatin saja, Mami pilih dong, biar kita bisa cepat makan, Rain sudah lapar, protes anak gadisnya itu, karena bukan memilih sepatu, Cyara justru memegangi sepatu itu sambil melamun.
"Iya, iya sayang, ini Mami sudah pilih Kok, maaf ya Mami membuat kalian menunggu lama," kata Cyara merasa bersalah karena telah membuat kedua anaknya itu kelaparan.
Berbeda dengan sang adik, Reynan kini justru menatap sendu wajah Maminya, Reynan adalah anak yang peka, dia tahu jika saat ini Maminya tengah bersedih, makanya Reynan sedari tadi hanya diam dan memperhatikan Maminya itu.
"Reynan janji, akan jaga Mami dan adek," janji bocah laki-laki itu dalam hati.
"Sebentar ya, Mami bayar dulu, kalian tunggu disini dan jangan kemana-mana!" pamit Cyara dan tidak lupa berpesan kepada kedua anaknya agar tetap di tempat sementara dirinya akan pergi ke kasir untuk membayar belanjaannya.
Setelah mengantri cukup lama, Cyara pun lega saat kini tiba gilirannya, jujur saja dirinya tidak tenang meninggalkan kedua anaknya tadi, Cyara hanya kasihan pada kedua anaknya jika harus ikut mengantri bersamanya. Hingga Cyara memutuskan untuk meninggalkan anak-anaknya, karena Cyara tahu putranya yang masih kecil bisa diandalkan untuk menjaga adiknya, toh tadi Cyara juga sudah menitipkan kedua anaknya pada pegawai yang berjaga. Bukan untuk menjaganya sih, tapi lebih untuk mengawasinya, karena kebetulan tokonya juga tidak terlalu ramai.
Setelah membayar, Cyara pun melangkah menuju ke tempat dimana anak-anaknya berada. Wajah tenang Cyara kini berubah menjadi panik saat Cyara tidak bisa menemukan kedua anaknya.
"Bo*doh kau Cyara!" Cyara terus merutuki dirinya karena bisa teledor dalam menjaga kedua anaknya itu, apalagi pegawai yang dimintai tolong tadi bilang jika dia tidak melihat kedua anak itu karena dirinya pergi ke toilet.
"Reynan, Rain kemana kamu sayang?" Cyara begitu panik, dirinya menatap sekitar mencari keberadaan putra dan putrinya.
Cyara terus berjalan kesana kemari, hingga tanpa sengaja dia menabrak seseorang.
"Maaf!" ucap Cyara merasa tidak enak hati.
"Bukannya aku yang harusnya minta maaf," pikir Vier sambil memunguti barang-barang wanita yang tadi ditabraknya.
Tadi Vier yang baru selesai rapat, bangun dari duduknya dan saat akan berbalik Vier justru menabrak seseorang hingga membuat barang-barang milik orang itu berjatuhan.
Dan saat Vier menatap wanita itu untuk meminta maaf, betapa terkejutnya Vier melihat siapa dia, dia adalah orang yang Vier benci, orang yang membuat hubungan Vier dengan kekasihnya tidak bisa berlanjut ke arah jenjang yang lebih serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Rita
dibodohin kmu vier ma pacarmu
2024-08-07
1
Rita
jgn ngmg ini anak Vier????
2024-08-07
1
meliannasf
aduh buat kek, 5 tahun kemudian gitu atau beberapa tahun kemudian, gimana sih? kan jadi bingung hah hoh hah hoh😒
2024-06-16
1