Cyara keluar dari ruangan Vier, untuk mempersiapkan berkas-berkas yang perlu mereka bawa, Vier yang memang sudah selesai dengan pekerjaannya, segera bangun dan keluar dari ruangannya menghampiri Cyara.
"Kita berangkat sekarang!" Kata Vier yang membuat Cyara langsung terlonjak kaget.
"Hah apa Tuan?"
Vier yang tadi berjalan segera berhenti.
"Kita berangkat sekarang apa kau tidak dengar?" Suara Vier meninggi.
"Ba...baik Pak," jawab Cyara gugup, dirinya kembali bangun dan menyiapkan apa yang perlu dibawanya, berlari mengejar Vier yang sudah berjarak cukup jauh dengannya.
"Apa-apaan dia, bukannya tadi dia bilang sepuluh menit lagi akan berangkat, bahkan belum juga lima menit dia sudah meminta berangkat," gerutu Cyara dalam hati memandang sebal pria yang berjalan di depannya.
Sesekali Cyara berhenti, menghela nafasnya kemudian kembali melangkah. Hari ini dirinya benar-benar tidak diberi istirahat.
Vier masuk mobil, dan Cyara pun ikut masuk di kursi samping kemudi.
"Kamu ngapain disitu? Cepat kemari!"
Cyara menatap Martin dan Martin memberikan isyarat untuk mengikuti perintah Vier.
"Baik Pak," Cyara turun dan berpindah tempat duduk di samping Vier untuk kedua kalinya. Vier melihat Cyara sekilas kemudian dirinya menyandarkan tubuhnya, melipat kedua tangannya dan memejamkan mata.
Cyara bernafas lega, melihat Vier yang memejamkan mata, tadinya dia takut Vier akan memarahinya karena keterlambatannya.
"Maaf Tuan Martin, bukankah sebenarnya hari ini sehabis makan siang seharusnya Tuan Vier tidak ada jadwal apapun," tanya Cyara bertanya pada Martin setelah memastikan jika Vier benar-benar tertidur.
"Iya sebenarnya tidak ada, tapi tiba-tiba ada klien yang meminta rapat dimajukan, karena nanti malam beliau harus kembali ke negara asalnya.
Cyara manggut-manggut mengerti. "Hmm tadi…
"Kamu tidak perlu khawatir, semuanya sudah aku selesaikan, yang terpenting kamu jelaskan sama Tuan Vier kenapa kamu terlambat," ucap Martin melihat Cyara dari kaca atasnya.
Cyara bernafas lega karena tadi Martin membantu pekerjaannya, tapi Cyara harus berfikir alasan apa yang harus dia katakan pada Vier tentang keterlambatannya, karena Cyara tidak mungkin jika harus mengatakan yang sebenarnya.
"Terima kasih Tuan Martin, untung ada Tuan Martin jika…"
"Cukup panggil saya Martin saja Nona Cyara, tidak perlu pakai embel-embel Tuan," kata Martin memotong ucapan Cyara.
"Iya Tu..ah maksudku Martin, Anda juga bisa memanggil namaku langsung," jawab Cyara menunjukkan senyumannya.
"Itu lebih baik," ucap Martin yang kemudian menghentikan mobil, saat mereka sudah sampai di sebuah Restoran.
Vier langsung bangun dan turun kemudian menutup pintu mobil dengan kencang, membuat Cyara bahkan Martin terkesiap kaget.
"Kenapa dengan Tuanmu?" Tanya Cyara pada Martin yang sedang melepaskan seatbeltnya.
"Entahlah," Martin mengedikkan bahunya acuh, karena dirinya bukan hanya satu dua kali melihat Vier yang seperti itu, melainkan hampir tiap hari, ya walaupun tadi dirinya memang sangat terkejut ketika Vier membanting pintu mobil.
"Dia juga Tuanmu Cyara kalau-kalau kamu lupa," kata Martin kemudian.
"Oh iya kau benar," jawab Cyara kemudian keduanya tertawa.
"Apa kalian tidak berniat bekerja?" Kata Vier yang sudah membuka pintu samping Cyara duduk.
"Tu..Tuan," ucap Cyara tergagap.
"Cepat turun! Apa kamu menunggu sampai atasanmu ini marah dulu?" Ucap Vier dengan nada suara meninggi.
"Ba..baik Tuan," setelah itu Cyara langsung berlari menyusul Vier yang berjalan meninggalkannya.
Martin pun segera memarkirkan mobil yang dikendarainya.
Vier terus berjalan tanpa memperdulikan Cyara yang kesusahan berjalan.
"Aduh sakit sekali!" Cyara meringis pelan. "Tidak tepat banget nih kaki," gerutunya.
Cyara memegang kakinya yang terasa nyut-nyutan karena sepatu hak tinggi yang dipakainya.
"Kenapa aku tadi memakai yang ini sih," ucapnya menyesal karena memakai sepatu yang haknya begitu tinggi.
"Apa kau tidak bisa berjalan dengan cepat?" Kata Vier yang tiba-tiba saja sudah ada di depannya.
"Ma..maaf Tuan, kata Cyara yang kemudian mengikuti Vier berjalan dengan langkah sedikit tertatih.
Mereka pun kemudian berjalan menuju meja yang sudah dipesan.
"Lihatlah mereka sudah datang lebih dulu," kata Vier penuh penekanan.
"Maaf Tuan," Cyara menundukkan kepala merasa bersalah.
"Sudahlah," Vier berjalan lebih cepat agar bisa menemui kliennya.
"Selamat siang Tuan, maaf kami datang terlambat," kata Vier sambil menjabat tangan kliennya yang langsung berdiri begitu melihat Vier.
"Tidak Tuan, Anda tidak terlambat, kami yang datang terlalu cepat," kata klien Vier yang bernama Nathan.
"Apa kabar?" Kata Nathan kemudian memeluk Vier.
"Baik, bagaimana denganmu?"
"Seperti yang kau lihat!" Kata Nathan merentangkan kedua tangannya, menunjukkan dirinya baik-baik saja.
Cyara mengernyitkan dahi, melihat kedua orang itu yang terlihat seperti sudah saling mengenal.
"Jadi bagaimana kalau kita mulai sekarang," kata Vier mengakhiri basa-basi mereka.
"Baiklah," jawab Nathan.
Mereka pun memulai rapat mereka dan berakhir dengan mereka menjalin kerja sama.
"Baiklah terima kasih Tuan Vier," Nathan pun menjabat tangan Vier kemudian pandangannya beralih ke arah wanita yang ada di samping Vier dan Nona…"
"Nama saya Cyara Tuan," kata Cyara memperkenalkan diri dan tangannya terangkat hendak membalas uluran tangan Nathan.
Keduanya menoleh dan terkejut saat Vier justru menarik tangan Cyara dan menjabat tangan Nathan menggantikan Cyara.
"Maaf Nath, kita harus segera pergi," kata Vier pada Nathan.
"Oh iya, eh tunggu dulu Vier," Nathan yang awalnya membiarkan Vier pergi, kini justru menahannya.
"Kenapa?" Vier mengernyitkan dahinya.
Nathan yang ditanya Vier, malah mendekat ke arah Cyara.
"Bolehkan Cyara aku meminta nomor ponselmu?" Tanya Nathan memberikan ponselnya pada Cyara sambil mengedipkan matanya.
Cyara menatap Nathan dan Vier bergantian. Vier segera mengambil ponsel Nathan dan segera mengembalikannya.
"Maaf Nath, kita harus pergi sekarang!" Vier segera menarik tangan Cyara dan benar-benar pergi dari sana.
Vier mendudukan Cyara di sebuah kursi yang jauh dari keberadaan Nathan.
"Kamu tunggu disini, aku mau ke toilet dulu."
Cyara mengangguk mengerti, dan melihat kepergian Vier. Cyara kemudian menunduk untuk membuka sepatunya sambil meringis pelan.
"Cyara kamu kenapa?" Tanya Martin yang baru datang.
"Kaki kamu," ucap Martin yang melihat kaki Cyara.
"Tunggu sebentar," kata Martin dan kemudian meninggalkan Cyara, dan tak lama Martin pun kembali sambil membawa kotak p3k yang entah pria itu dapatkan dari mana.
Tiba-tiba ponsel Martin berbunyi dan kembali pamit meninggalkan Cyara saat ternyata menjawab telepon dari Vier.
Sepeninggal kepergian Martin, Cyara kembali menunduk dan memijit pelan kakinya yang terasa sakit.
Tapi tiba-tiba, Cyara terkejut saat ada sepasang sandal dijatuhkan di depannya, Cyara mendongak dan menatap siapa orang yang melakukannya. Vier pria itu kini berdiri di hadapan Cyara dengan tatapan wajahnya yang datar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
posesif bener kamu Vier
2023-04-23
0