NAWAITU | Niat Awal Menuju Ridho Ilahi
Jum'at, 1 Oktober 1999 adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu bagi kedua pasangan yang masih ada ikatan saudara. Iya, mereka adalah Arya dan Sinta, juga Arman dan Mirna.Istri dari mereka sama-sama ingin melahirkan pada saat itu di rumah sakit yang sama di Kasih Ibu.
Jam menunjukkan pukul 8 pas, suara tangisan sudah terdengar dari ruangan bersalin Sinta. Muhammad Annas Fadhilah. Bayi laki-laki yang baru saja lahir dari pasangan Arya dan Sinta. Begitulah keduanya sepakat memberikan nama untuknya. Tangisan terharu yang dialami oleh Arya, suami Sinta karena melihat anak keduanya yang begitu tampan dan bersih. Tak lupa suara adzan dikumandangkan oleh Arya pada bayi mungilnya itu. Anak pertamanya juga hadir menyaksikan momen haru itu, Azka Naufal Fadhilah yang masih berusia lima tahun, ia terlihat begitu gembira menyambut kehadiran adik laki-lakinya.Kebahagiaan menyelimuti ruangan bersalin saat itu.
Di waktu yang sama, suara tangisan bayi laki-laki dari kamar sebelah juga terdengar. Itulah anak dari Mirna, adik dari Arya. Arman yang sangat bahagia juga menyambut anak pertamanya itu langsung melantunkan adzan di telinga anaknya. Setelah selesai, Arman dan Mirna ingin memberi nama anak pertama mereka yang juga tampan dan putih.
"Bagaimana kalo Aditya Fadhil Ramadhan, mas?" Kata Mirna
"Mas setuju." Jawab Arman
Mereka memeluk anak pertama mereka dengan rasa penuh bahagia.
Kebahagiaan yang terlihat di rumah sakit Kasih Ibu itu ternyata hanya sementara saja. Setelah beberapa menit kemudian, Sinta meminta suaminya untuk menaruh bayinya itu disampingnya.Aryapun memenuhi permintaannya.
"Anak Sholeh anak pintar, semoga jadi anak yang sukses ya nak" Ucap Sinta sambil mengelus kepala anaknya itu dengan tersenyum manis.
Entah apa yang terjadi, Sinta tiba-tiba seperti orang pingsan setelah mengucapkan kata-kata tadi.Arya yang panik kemudian memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Sinta.
"Dokter!! Dokter!! Istri saya kenapa, tolong dok!" Teriak Arman
Tiba-tiba dokter dan beberapa suster datang untuk mengecek kondisi Sinta. Sinta yang saat itu sudah tergeletak seperti orang pingsan membuat semuanya panik dan sedih.
"Baik saya cek dulu ya pak" kata dokter tadi
Mendengar itu semua,Arman adik ipar Arya langsung menjenguk Sinta. Arman langsung menenangkan Arya yang begitu cemas dengan keadaan Sinta.
"Innalillahi wa innailaihi roji'un.. istri bapak meninggal dunia" ucap dokter yang membuat semua orang di ruangan itu terdiam sejenak.
"Dok, bercanda kan?" Tanya Arya
Dokter pun tidak tega menjawab pertanyaan Arya, ia hanya menggelengkan kepalanya. Pertanda itu semua adalah fakta yang terjadi pada Sinta.
Tubuh Arya langsung lemas tak berdaya, air matanya tak berhenti mengalir di wajahnya. Arman yang tiba-tiba mengambil Annas di samping Sinta, lalu Arya memeluk Sinta dengan penuh cinta. Arman yang menggendong Annas, tak lupa menggandeng tangan Azka yang waktu itu masih tidak tau apa-apa. Ia hanya ikut menangis ketika melihat ayahnya begitu sedih.
Arman yang tak kuat melihat keadaan Arya, dan anak-anak nya yang masih bayi ia segera membawa kedua anaknya itu ke ruangan istrinya. Ia terpaksa memberi tau kabar yang menyedihkan di tengah kebahagiaan keluarga mereka.
"Assalamualaikum.." ucap Arman dengan menggendong Annas dan satu tangan yang menggandeng Azka
"Wa'alaikumussalam, ada apa? Kenapa sedih? Apa yang terjadi dengan mba Sinta?" Tanya istrinya
"Sayang.. kamu bisa kan merawat dua anak mba Sinta juga.. kasian mereka jika harus tumbuh besar tanpa kasih sayang dari seorang ibunya.." Ucap Arman sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya
"Mba Sinta kenapa mas?" Tanya Sinta sekali lagi
Mba Sinta meninggal dunia, sayang .." Jawab suaminya itu
Sinta yang masih berada di atas ranjang pasien tiba-tiba langsung ikut menangis, ia pun menarik tangan Azka dan memeluknya dengan erat.
"Tante janji, Tante akan merawat kalian hingga kalian berhasil menjadi pemuda yang sukses. Tante akan menjaga kalian seperti anak kandung Tante sendiri" ucap Sinta untuk Azka dan Annas
Suasana di ruangan itu tiba-tiba berubah 180 derajat dari awal. Siapa yang menyangka, yang menurut mereka adalah awal dari kebahagiaannya, ternyata adalah awal dari kesepian dari kedua anak yang harus tetap bertahan hidup tanpa kasih sayang seorang ibunya.
Bendera duka di depan halaman rumahnya menyambut kedatangan Arya yang berada di dalam mobil ambulans. Tangis Arya dari rumah sakit hingga ke rumahnya tidak berhenti.
Wajar jika ia sangat sedih, ia bukan hanya kehilangan kekasih hatinya itu, tapi juga ibu dari anak-anaknya. Entah bagaimana nanti ia akan merawat anak-anak nya itu tanpa kasih sayang seorang ibunya.
Di sisi lain, Arman yang masih menggendong Annas dan menggandeng tangan Azka datang dengan mobil yang didalamnya juga ada Mirna yang menggendong anaknya, Fadhil.Keluarga dan kerabat juga turut berdatangan untuk ikut berduka atas kepergian Sinta.
Jam 10 tepatnya, pemakaman Sinta baru selesai. Arya yang masih terpukul tetap menahan tangis di wajahnya. Kemudian ia mengusap air matanya itu, ia lupa bahwa masih ada anak-anaknya. Ia menggendong Azka yang waktu itu masih berada di gandengan Arman, menciumnya sambil berkata
"Doain mama supaya tenang disana ya nak, kamu harus bisa jadi anak yang sukses kelak. Jadi anak yang Sholeh yang baik ya"
"Iya pa.. emang mama kemana pa?Mama pergi jauh ya pa? Kok ga ngajak-ngajak kita ya pa" Sahut anaknya dengan suara yang begitu polosnya
"Mama pergi ke surga sayang, nanti kita akan nyusul kok.. kalo Azka dan adik Azka udah besar dan jadi anak yang Sholeh.." Jawab Arya sambil menahan tangisnya.
"Iya pa, papa jangan sedih terus ya. Azka gak suka liat papa sedih" ucap Azka yang sambil mengusap air mata di pipi Arya
"Iya sayang, papa udah ga sedih kok" sahut Arya sambil tersenyum pada anak sulungnya itu.
Momen haru itu di tonton oleh keluarga dan kerabatnya, semua menangis melihat sikap Azka yang masih kecil tapi udah bisa menguatkan papanya.
Arya merasa beruntung sekali memiliki putra seperti Azka yang sangat mengerti keadaannya. Meskipun ia masih kecil, tapi dengan sikapnya bisa menunjukkan bahwa kelak ia akan menjadi pria dewasa yang memiliki hati yang baik kepada semua orang, termasuk kepada orang-orang yang ia sayangi.
Ketika mengingat keadaanku, aku mengira Tuhan tidak adil. Tapi ternyata yang baik bagiku bukan berarti yang terbaik bagi Tuhan. Aku percaya, akan ada hikmah di balik ini semua.
BERSAMBUNG
Kalo kalian suka part ini jangan lupa ratingnya ya,tapi aku juga sangat butuh kritik dan saran dari kalian, karena aku masih pemula, aku tunggu di kolom komentar okaayy! Semoga betah sampe ending :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments