Kami Sayang Ibu

Sesampainya di rumah, terlihat Arya, Arman dan Mirna sedang mengobrol di ruang tamu. Mereka sangat serius membincangkan tentang siapa yang akan merawat Azka dan Annas.

"Mas Arya, biar nanti Annas dan Azka dirawat sama aku aja sama mas Arman. Bentar lagi kan mas Arya ada kerjaan di luar negeri." ucap Mirna pada kakaknya itu

"Iya dek, aku bingung mau berangkat atau enggak. Karena Annas baru aja lahir, dia sangat butuh kasih sayang dari orang tuanya, terutama ibunya"

"Udah mas, takdir manusia itu ga ada yang tau. Mungkin ini semua sudah terjadi atas kehendak-Nya. Mas Arya yg sabar.. jangan sampai nanti menyalahkan keadaan" ucap Mirna dengan sabar

"Bener kata Mirna, bang. Bang Arya yang tabah, insyaAlllah surga untuk mba Sinta disana" tambah Arman

"Astaghfirullahal 'adziim.." kata Arya sambil menghela nafas panjang

"Apa kamu ga keberatan dek ngerawat Azka dan Annas, sedangkan kamu juga masih ada Fadhil yang harus kamu rawat juga" tambah Arya lagi

"Engga kok mas, Mirna insyaAlllah ikhlas merawat mereka dan Mirna akan menganggap mereka seperti anak Mirna sendiri" jawab Mirna sambil tersenyum pada kakaknya itu

"Makasih banyak ya dek, sebenarnya banyak yang mau ngerawat mereka berdua. Cuma mas kurang yakin aja, dan keluarga mas satu-satunya ya tinggal kamu aja dek yang mas percaya." Ucap Arya

"Iya mas sama-sama" kata Mirna

Keputusan akhirpun sudah didapatkan. Sebenarnya kasian juga kepada Mirna, ia harus merawat tiga anak sekaligus, dan itu masih kecil semua.

...****...

"Papa berangkat dulu sayang, kamu jangan nakal ya, sama Tante Mirna disini. Jagain adek kamu." kata Arya pada Azka sambil mengecup kening anak sulungnya itu

"Iya pa, Azka janji ga akan nakal. Nanti Azka bakal jagain adek juga kok, biar Tante Mirna ga capek, papa hati-hati ya disana.Pulangnya jangan lama-lama, nanti Azka kangen" Ceriwis Azka yang bikin gemes semua orang

"Anak pinter.. anak Sholeh. Iya papa ga lama kok. Anak papa bawel juga ya hehe" Ucap Arya sambil mengelus lembut rambut Azka.

"Titip anak-anak ya" kata Arya ke Mirna

"Iya mas, hati-hati"

"Iya dek."

"Sayang, aku berangkat dulu ya mau nganterin bang Arya ke bandara" ucap suami Mirna

"Iya sayang, hati-hati ya"

...****...

Di ruang santai, Mirna terlihat sibuk memberi asi pada Fadhil, sedangkan di sisi lain Azka yang menonton televisi sambil menjaga adeknya Annas yang berada di sofa. Azka yang sedang mencari stasiun TV tentang kartun, malah berhenti ke stasiun yang isinya berita.

"Telah terjadi kecelakaan maut antara mobil dan sepeda motor di jalan tol ------.Di duga kecelakaan ini terjadi karena ada pengendara motor yang mengebut dan hilang kendali, sehingga kecelakaan maut tidak bisa dihindari. Ditemukan ada tiga orang yang tewas di tempat, salah satunya adalah pengendara motor itu sendiri, dan sisanya adalah korban yang mengendarai mobil.Lokasi kejadian tidak jauh dari bandara ----." Ucap reporter TV

Mirna yang terkejut langsung menyambar hp yang ada di atas meja. Ia langsung menelepon Arman suaminya. Karena tak diangkat, ia beralih menelpon kakaknya, Arya. Tetap tak diangkat juga.

Tak lama kemudian Handphone Mirna berdering, menandakan ada panggilan masuk.

"Halo, selamat sore Bu. Apa benar ini Bu Mirna?"

"Iya, dengan saya sendiri pak.Saya istrinya, ini Siapa ya?"

"Kami dari pihak kepolisian ingin mengabarkan bahwasannya suami ibu mengalami kecelakaan, dan mengakibatkan tewas di tempat. Sekarang jasad nya sedang berada di Rumah Sakit Kasih Ibu.----"

Mirna yang mendengar itu semua langsung lemas tak berdaya. Ia memutuskan telponnya tiba-tiba. Tenaganya seketika hilang entah kemana. Ini adalah kabar terburuk Mirna selama hidupnya.

"Tante Mirna kenapa?Kok nangis?" Tanya Azka sambil pergi ke hadapan Mirna

Kesedihan Mirna tambah ketika melihat tingkah Azka. Entah mau bagaimana lagi, Mirna saat itu tidak berdaya. Ia hampir saja menyerah, ia tak mau hidup lagi. Bagaimana mungkin ia bisa kehilangan Suami dan kakaknya sekaligus dalam waktu singkat. Mirna merasa hidupnya tidak mendapat keadilan sama sekali. Ia ingin marah, tapi tak tau mau marah kesiapa. Ia ingin mengakhiri hidupnya saat itu juga, tapi di satu sisi ia memikirkan nasib tiga putranya itu.

****

Dua jenazah laki-laki di hadapan Mirna, membuatnya terpaku diam tanpa kata. Saudara dan tetangga sangat prihatin atas garis hidup Mirna. Ia baru saja kehilangan kakak iparnya, sekarang ia harus kehilangan suami dan kakak kandungnya sendiri.

"Kenapa papa dan Om Arman tidur disitu Tante, kenapa ga di kamar aja." Tanya Azka polos

"Papa dan Om Arman nyusul mama kamu nak di surga." Jawab Mirna sambil menahan Isak tangisnya

"Katanya papa, masih mau nunggu Azka dan adek Azka gede dulu. Kok duluan sih nyusul mama. Curang banget." Jawab Azka sambil cemberut

Mirna kebingungan, ia tak menemukan jawaban lagi untuk menanggapi kata-kata Azka.

"Azka ga diajak, Azka ditinggal sendiri sama adek Azka. Ga kasian apa." Tambah Azka sambil merengek

"Azka.. Azka disini aja sama Tante ya. Mulai sekarang, Azka dan Annas panggil ibu ke Tante. Karena Tante Mirna sekarang jadi ibu kalian juga." Ucap Mirna sambil memeluk Azka.

Mirna harus kuat, ia pasti bisa membesarkan ketiga putranya itu. Semoga saja.

"Begitulah ceritanya." Ucap Mirna pada Annas, Fadhil dan Azka

"17 tahun yang lalu, kalian masih kecil ga tau apa-apa. Hari itu adalah hari yang---" tambah Mirna tak kuat menahan Isak tangisnya

"Bu..Jangan sedih." Potong Annas sambil mengusap air mata Mirna yang mengalir deras di pipinya

"Azka sama Annas sangat berterima kasih kepada ibu udah mau merawat kita dari sejak kecil." Tambah Azka sambil memegang tangan Mirna

"Aku sayang ibu, meskipun ibu bukan ibu kandungku. Aku sangat menyayangi ibu." Ucap Annas sambil memeluk Mirna

"Aku juga sayang ibu kok.." tambah Azka

"Kami semua sangat sayang pada ibu, jadi ibu ga boleh sedih lagi ya, ga boleh ngerasa sendiri, karena tiga putra ibu yang tampan-tampan ini akan selalu ada buat ibu" ucap Fadhil

Mereka pun berpelukan.Mirna yang melihat itu semua langsung terharu bahagia. Ia berhasil mendidik ketiga putranya itu menjadi putra yang mencintai dirinya. Ia merasa sangat bersyukur dengan kebahagiaan kecil yang ia punya saat ini, yakni ketiga putranya itu.

...Part awal yang menyedihkan bukan penentu dari ending sebuah kisah hidup seseorang. Aku menganggapnya, ini adalah awal dari kebahagiaanku. Aku yakin itu, karena Tuhan tau mana yang terbaik untuk ku....

...BERSAMBUNG...

...Kalo kalian suka part ini jangan lupa ratingnya ya,tapi aku juga sangat butuh kritik dan saran dari kalian, karena aku masih pemula, aku tunggu di kolom komentar okaayy! Semoga betah sampe ending :)...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!