Bab 11

"Cemburu? Ngapain gua cemburu." ketus Annas

"Gak cemburu tapi diperhatiin mulu dari tadi." ucap Fadhil

Annas tak merespon kata-kata Fadhil, ia langsung pergi ke parkiran kebetulan bel pulang sudah berbunyi.

"Lah, ditinggal." Fadhil menyusul Annas

"Eh udah bel, yaudah duluan ya Sat." ucap Febby sambil bangkit dari tempat duduk

"Gak mau nungguin Ani?" tanya Satria

"Iya, ini mau jemput Ani ke kamar mandi." jawab Febby

"Oh yaudah, hati-hati Feb." kata Satria sambil tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Febby

Febby hanya membalas dengan senyum tipisnya, kemudian ia pergi untuk menjemput Ani.

***

"Assalamualaikum.." Serentak Annas dan Fadhil yang baru saja pulang dari sekolahnya

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." kebetulan ibunya sedang duduk menonton acara televisi di ruang tamu. Kemudian keduanya bersaliman dengan ibunya.

"Bu, mau langsung siap-siap untuk ke masjid." kata Annas setelah mencium tangan ibunya

"Oh iya, sok atuh. Anak Sholih ibu." ungkap Ibunya yang bangga melihat kedua anak cowoknya itu

"Oh iya Bu, tadi kami kalah dalam lombanya." kata Fadhil

"Gapapa, kalah menang kan udah biasa. jawab Ibunya

"Iya sih Bu, tapi tadi tuh skor kita sama lawan sama. Cuma kalah cepet aja kitanya pas di detik-detik terakhir." ucap Fadhil

"Udah-udah gapapa, yang penting kalian udah berusaha sebaik mungkin. Itu udah menunjukkan kalau anak-anak ibulah pemenangnya."

"Hmm..makasih ya Bu udah jadi ibu terbaiknya kita." ucap Fadhil

"Iya sama-sama, Udah-udah sana buruan mandi dan siap-siap. Bentar lagi masjidnya udah bunyi." ucap ibunya

"Baik Bu." ungkap Fadhil

'Andai ibu kandung gua masih hidup.' batin Annas

"Annas .. kenapa diam gitu nak? Katanya mau siap-siap ke masjid." ucap ibunya yang mengagetkan Annas dari lamunannya

"Eh, enggak Bu. Iya ini mau siap-siap." ucap Annas

"Dia lagi mikirin cewek Bu." kata Fadhil

"Apaan, gak ada ya." ucap Annas

"Cewek? Siapa?" tanya ibunya penasaran

"Cewek yang nanti bakal diundang untuk makan malam Bu." kata Fadhil

"Apaan sih." kata Annas

"Kenapa emangnya? Dia gak mau Dateng ya?" tanya Ibunya

"Dateng kok Bu, justru Annas itu grogi Bu nanti harus bersikap gimana." Ledek Fadhil lagi sambil menertawakan Annas

"Grogi kenapa nak?" tanya ibunya ke Annas

"Enggak kok Bu, jangan percaya sama dia Bu." jawab Annas

"Hahaha." Fadhil tertawa seperti berhasil memenangkan sesuatu, padahal habis meledek saudaranya sendiri

"Udah udah, Fadhil gak boleh gitu ya." ucap Ibunya

"Bener Bu, Annas sama cewek itu----."

"Ada apa nih kok bahas cewek-cewek. Gak ada ya yang namanya pacaran pas sekolah, kalian harus fokus belajar dulu." Azka yang tiba-tiba datang entah darimana memotong pembicaraan Fadhil dan ibunya

"Hmmm bener kata Abang kalian." ucap ibunya

Fadhil langsung menunduk.

"Dekat sama siapa lu dek?" tanya Azka ke Annas

"Enggak kok bang." jawab Annas

"Awas aja lu." ucap Azka

"Azka gak boleh gitu ke adek sendiri ih." ucap ibunya

"Apaan sih bang. Udahlah gua mau siap-siap ke masjid." ucap Annas yang kemudian pergi menuju kamarnya

"Yaudah Bu aku juga mau siap-siap ya." kata Fadhil yang kemudian menyusul Annas

"Hmmm.. Azka harus jaga sikap didepan adek-adek kamu." ungkap Ibunya

"Tapi kan bener Bu, biar mereka gak pacaran dulu. Azka cuma takut mereka salah pergaulan Bu, jadinya gak fokus di sekolahnya." kata Azka

"Iya benar, tapi gak boleh terlalu keras biar mereka gak melonjak nantinya."

"Tapi Bu, seusia mereka itu harus ditegasin Bu biar gak salah arah."

"Iya, tapi dengan cara yang benar. Karena wajar di usia mereka itu mengenal lawan jenisnya. Kamu boleh memberi nasehat, tapi gak boleh terlalu keras juga."

"Hmm .. baik Bu." ucap Azka

"Makasih banyak ya Bu atas masukannya."

"Udah jadi tugas ibu nak.." ucap Ibunya sambil tersenyum

***

"Feb, nanti gak terlalu malam kan pulangnya?" tanya Ani

"Enggak lah An, ngapain terlalu malam. Gak baik kan cewek pulang larut malam, apalagi seusia kita." kata Febby

"Kamu dimarahin ya kalau pulang malam sama orang tua kamu?" tanya Ani lagi

Febby hanya terdiam. Mengingat kedua orang tuanya tidak pernah peduli dengan keadaan Febby, mereka hanya bisa memberi harta mereka ke Febby, tapi tidak untuk masing sayang dan perhatiannya.

"Kenapa diem Feb?" tanya Ani lagi

"Mereka gak pernah melarang aku pulang malam kok An." jawab Febby

"Bagus dong Feb, beda lagi dengan kedua orang tuaku. Meskipun kita sedang jauhan, tapi mereka tetap mengawasi aku dengan ketat. Setiap waktu nanyain lagi apa dan dimana bersama siapa." Ani menceritakan semua tentang sikap kedua orang tuanya

"Alhamdulillah An, itu artinya mereka perhatian sama kamu." ungkap Febby

"Iya sih Feb. Tapi bentar deh, kamu tinggal di rumah Segede ini cuma berdua sama bibi Ratih? Emang kalau boleh tau, kedua orang tua kamu dimana sih Feb?" tanya Ani

"Mereka kerja dan mungkin lupa pulang untuk menjenguk anaknya." kata Febby

"Feb, kenapa kamu bilang gitu sih." ucap Ani sambil memasang wajah bersalah karena sudah nanya tentang kedua orang tua Febby. Febby emang tidak pernah cerita apa-apa tentang kedua orang tuanya kepada Ani. Mungkin menurut Febby, memendam masalah sendiri lebih asik daripada harus berbagi dengan orang lain.

"Udahlah An lupain aja. Kita bahas lain aja yuk." ungkap Febby yang sangat jelas sedang menyimpan sesuatu yang besar pada Ani

"Hmmm, yaudah deh Feb kalau kamu gak mau cerita sekarang aku bisa mengerti, mungkin someday kamu ingin meluapkan apa yang ada di dalam diri kamu, aku siap untuk jadi telinga sekaligus bahu untuk kamu Feb." kata Ani

"Makasih ya An.." ucap Febby yang terharu dengan kata-kata Ani

"Kembali kasih Febby." kata Ani

Febby bernapas dengan lega setelah mendengar kata-kata Ani. Ia senang dengan sikap sahabatnya itu, tidak memaksanya untuk bercerita dan satu lagi, Ani adalah sahabat yang sangat pengertian.Sedikit sekali bisa mendapatkan sahabat pengertian seperti Ani.

"Kamu lapar gak An?" tanya Febby

"Hmm.. lumayan. Kenapa Feb?Mau gofood?" ucap Ani

"Enggak. Aku mau masak nasi goreng kesukaan kamu." kata Febby dengan semangat

"Wah boleh boleh. Yuk, aku juga mau ikut berkontribusi dalam pembuatan nasi gorengnya." kata Ani sambil tertawa

"Yaudah Ayok!" kata Febby sambil menarik tangan Ani

Merekapun pergi ke dapur untuk memasak nasi goreng. Kebetulan nasi goreng adalah makanan favorit Ani sejak dulu, dan semenjak Febby tau itu, ia suka memasakkan nya untuk sahabat terbaiknya.

...BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!