"Haya pria bodoh yang akan menyia-nyiakan wanita cantik dan sebaik kamu, Nisa."
Anisa tersenyum kecut mendengar perkataan pak Arman.
"Nyatanya saya tidak sebaik yang bapak kira, saya tidak pernah merasa bahagia karna cinta, lebih tepatnya saya tidak pantas untuk di cintai," ujar Nisa dengan mata berkaca-kaca.
Hati Nino bergemuruh mendengar ucapan Anisa, tangan nya terkepal dengan kuat menahan segala gejolak di dadanya yang terasa sakit.
"Kata siapa kamu tidak pantas di cintai? nyatanya ada seseorang yang sangat mencintaimu dan itu aku, sejak pertama aku melihat mu, aku sudah tertarik dan setelah beberapa lama aku yakin aku jatuh cinta padamu, apakah kau bersedia menerima cintaku?" ucap pak Arman serius, tangan nya terulur memegang jemari lentik Anisa.
Sontak Anisa terkejut dan menarik tangan nya agar tidak di genggam oleh pak Arman.
"Maaf pak, untuk saat ini saya belum kepikiran untuk punya pacar, saya hanya ingin fokus bekerja untuk menyambung hidup, maaf saya tidak bisa menerima cinta bapak," Anisa menolaknya dengan lembut.
Pak Arman hanya diam tanpa sepatah katapun, sepertinya dia sangat kecewa dengan penolakan Anisa.
"Maaf kan aku Nisa, karna telah lancang mencintaimu, biarlah cinta ini aku simpan sendiri, aku hanya berharap suatu hari nanti kamu bisa membuka hatimu untuk ku, apakah kita masih bisa berteman?" tanya Pak Arman setelah nya.
"Tentu pak, kita masih bisa berteman."
Pak Arman tersenyum seakan di paksakan, dia tidak menyangkan akan di tolak oleh Anisa.
"Anisa! ayo kita balik ke vila," ajak pak Arman.
"Bapak duluan aja, saya masih mau di sini."
"Ya udah aku tinggal ya, kamu hati2."
"Iya pak terima kasih."
Pak Arman pun pergi meninggalkan Anisa dengan perasaan kecewa yang luar biasa, namun apalah daya cinta memang tak bisa di paksakan, ahirnya dia mengalah dan pergi.
Nino tersenyum penuh kemenangan karna Anisa menolak pak Arman dengan terang-terangan.
Nino berjalan mendekati Anisa yang masih setia duduk di pasir pantai.
"Kamu lagi ngapain duduk sendiri di sini?" tanya Nino basa basi.
"Eh, pak Nino."
Anisa sempat terkejut karna Nino tiba2 duduk di sampingnya.
"Saya lagi menyambut mata hari terbit pak, sekalian untuk menghirup udara pagi yang sangat segar."
"Apa kamu sudah sarapan?"
"Belum pak."
"Bagaimana kalau kita pergi sarapan dulu," ajak Nino.
"Maaf pak, mungkin saya akan sarapan di vila bersama teman2."
"Saya balik duluan pak," Anisa berdiri hendak beranjak dari tempatnya berdiri, namun tiba2 tangan nya di cekal oleh Nino.
"Kenap kamu selalu menghindari ku? apa tidak cukup selama ini kamu telah menjauhi ku, aku mohon Anisa jangan hukum aku seperti ini," Nino terlihat sendu sambil memegang tangan Anisa.
Dengan perlahan Anisa melepaskan genggaman tangan Nino.
"Maaf kan saya pak," ucap Anisa lalu segera pergi meninggalkan Nino dia berlari di bibir pantai hingga sampai di vila.
Nino menghela nafas panjang, lalu berteriak sekuat suaranya menhadap lautan dengan ombak yang berdeburan.
Anisaaa.....!!
Teriak Nino begitu keras, lalu ia duduk dengan kepala tertunduk di atas pasir pantai, seketika air mata membasahi wajah tampan nya.
"Kenapa begitu sulit untuk mendapatkan hatimu Nisa," gumam Nino lirih.
******
Siang itu sangat terik, Nino memilih hanya berdiam diri di gasebo yang tersedia di dekat kolam renang yang berada di dekat Vila.
Nino sedang bersantai sambil fokus dengan ponselnya, namun tiba dia di kejutkan dengan kedatangan kedua orang tuanya.
"Pa, Ma," sapa Nino sambil menegakkan duduk nya yang tadinya sedang bersender.
Nino langsung berdiri untuk menyambut kedatangan kedua orang tuanya, Nino mencium tangan orang tuanya bergantian.
"Kenapa mama sama papa tiba2 datang kesini?"
Belum sempat menjawab, kedua orang tuanya melihat Anisa yang baru saja datang dari pantai bersama teman2nya.
"Anisa...!!panggil mama Zahra.
Anisa langsung menghampiri mama Zahra.
"Om, Tante," sapa Anisa sambil mencium tangan mereka bergantian.
"Kamu dari mana sayang?"
"Dari pantai sama teman2 Tante."
"Sini duduk sayang, bantu tante untuk membujuk anak tante ini,"
"Iya Tante, dengat senang hati saya akan bantu."
"Emang mama perlu apa sih?" tanya Nino sambil mendengus kesal.
"Gini sayang, tadi malam tante Intan nilpon mama, mama sudah menjelaskan jika kamu tidak setuju dengan perjodohan itu, awalnya dia menerima tapi saat dia menyampaikan pada Keyra, Keyra malah ngamuk2 dia bilang tidak akan menikah kecuali sama kamu, kamu maukan sayang, bertunangan dengan Keyra?"
Deg..
Anisa dan Nino sama2 terkejut dengan ucapa mama Zahra, namun sebisa mungkin Anisa tidak menunjukkan keterkejutan nya.
"Aku kan sudah bilang Ma, aku tidak cinta sama Keyra, aku hanya anggap dia seprti adik ku sendiri, saat ini aku sudah mencintai seseorang, aku ingin hidup dengan dia ma, aku harap mama mengerti."
"Maaf sebelum nya pak, cinta bisa hadir karna terbiasa, mungkin bapak akan mencintai Keyra jika sudah bersama-sama, terimalah pertunangan itu, saya yakin Anda akan dengan cepat jatuh cinta pada Keyra, dia cantik pintar serta kaya, tak ada alasan bapak menolak dia, dia adalah menantu idaman tante Zahra," Anisa dengan senang hati membujuk Nino, namun dalam hatinya sendiri seperti terhimpin batu besar tak kasat mata, sungguh sesak, itulah yang Anisa rasakan saat ini.
"Yang di katakan Anisa itu benar Nino, kamu pasti dengan mudah jatuh cinta dengan Keyra, dia gadis yang baik, meskipun terkadang dia bersifat tidak tahu malu, asal peluk aja sama kamu," ucap papa Al merasa tidak suka dengan Keyra.
Mama Zahra hanya diam dia juga merasakan hal yang sama, yaitu kurang suka dengan sifatnya Keyra yang asal peluk dan cium.
"Mama gak maksa kamu sayang, mama tidak ingin mengecewakan Intan, dia sangat berharap dengan perjodohan ini."
Nino hanya diam tanpa bicara apapun, sebenarnya dia tidak mau mengecewakan orang tuanya, tapi Nino jelas tidak mungkin bertunangan Keyra, karna dia sangat mencintai Anisa.
"Kasih aku waktu untuk memikirkan nya Ma," ujar Nino sendu.
"Baik lah kalau begitu, papa sama mama pulang dulu."
"Kenapa buru2 Tante?"
"Om sama tante masih ada urusan lain sayang."
"Hati2 di jalan om, Tante," Anisa segera meraih tangan mereka berdua untuk salim, Nino pun melakukan hal yang sama.
Mama Zahra dan papa Al sudah pulang, kini tinggal Nino dan Anisa yang masih berada di tempat duduk nya masing.
"Saya permisi dulu pak," ucap Anisa beranjak dari duduk nya.
"Apa kamu puas, telah membujuk ku untuk segera bertungan dengan Keyra?" tanya Nino yang langsung menghentikan langkah kaki Anisa yang hendak pergi masuk ke vila.
"Apakah saya salah hanya sekedar membujuk Anda untuk bertunangan, toh dia gadis yang baik, dia cantik dan juga kaya, apa yang salah dengan itu, salahkan saya jika membujuk anda dengan wanita yang tidak sepadan dengan Anda, karna Anda akan merasa rugi jika menikah dengan wanita yang tidak sesuai dengan keinginan anda dan orang tua Anda, saya permisi."
Nino tak menjawab dia hanya memandang kepergian Anisa dengan perasaan sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
guntur 1609
nino kau sungguh bodoh. knp gak kau jelaskan sm mamu biar kau gak di ributin lagi masalah perjodohan tu lagi
2024-06-13
0