Liburan 5

Anisa tertengung melihat keadaan Nino yang sudah basah kuyup, Anisa berjalan menerobos hujan yang turun dengan derasnya, dia terus melangkah hingga sampai di hadapan Nino yang masih setia duduk sambil menundukkan kepalanya.

Anisa perlahan ikut duduk saling berhadapan di depan Nino, tangan nya terulur meraih tangan Nino dan menggenggam nya, Seketika Nino mengangkat wajahnya memandang wajah gadis yang sangat ia cintai.

Kini keduanya saling beradu pandang dalam diam, netra keduanya terkunci, seakan mengisaratkan begitu dalam perasaan yang mereka rasakan dalam ikatan cinta.

"Ayo kita masuk pak," ajak Anisa dengan lembut.

"Biarkan aku di sini Anisa, kamu masuklah."

"Bapak akan jatuh sakit jika hujan2 nan begini."

"Aku tidak perduli dengan hidupku, biarlah aku mati sekalian."

"Tidak pak, jangan bilang begitu."

"Kenapa? kamu senangkan jika aku mati?"

Anisa menggelengkan kepalanya perlahan, dia terisak dalam derasnya air hujan saat itu.

"Jika bapak tetap tidak mau masuk, okey, saya akan menemani bapak di sini."

Anisa ikut keras kepala sama seperti Nino.

"Masuk lah Anisa, nanti kamu sakit, aku tidak mau kamu sakit."

Anisa tidak bergeming dia masih duduk di depan Nino, Nino menyadari jika Anisa sudah sangat kedinginan wajah dan bibirnya terlihat pucat, tubuh nya sudah menggigil namun dia tetap tidak mau masuk sebelum Nino masuk.

Nino tidak punya pilihan lain, dia cepat menggendong Anisa dan membawanya masuk, tak ada penolakan karna saat ini Anisa benar2 sudak kedinginan.

Nino berlari menaiki anak tangga agar segera sampai di kamar Anisa, karna melihat wajah dan bibir Anisa yang sudah sangat pucat.

"Tika, buka pintunya," panggil Nino sambil berteriak.

Tika langsung membukakan intuk untuk Nino, Tika begitu terkejut mendapati Anisa dalam gendongan Nino dalam ke adaan basah kuyup.

"Anisa kenapa pak?" tanya Tika panik.

"Dia hanya kedinginan," jawab Nino sambil membaringkan Anisa di tempat tidur.

"Kamu tolong bantu Anisa untuk mengganti bajunya, aku akan ke kamarku dulu untuk mengganti baju."

"Iya pak."

Tika lekas membantu Anisa yang saat ini terlihat begitu lemah, selain mengganti baju Anisa juga memakai jaket jang begitu tebal agar tibuhnya kembali hangat.

Nino kembali menghampiri kamar Anisa, Nino sudah berganti pakaian, dia menghampiri Anisa yang sedang duduk di atas sofa.

"Kenapa tidak tiduran di ranjang saja?" tanya Nino sambil mendekat.

"Maaf pak kasurnya basah," ucap Tika mencela.

Nino baru ingat bahwa tadi dia langsung membaringkan Anisa di atas tempat tidur.

"Kalau begitu Anisa dan kamu tidur saja di kamar ku, nanti aku tidur sama Farhan di kamarnya."

"Baik pak," jawab Tika karna Anisa enggan untuk menjawab.

Anisa tetap duduk di sofa tanpa ada niat untuk berjalan keluar, tanpa permisi Nino langsung menggendong Anisa menuju kamarnya, tak ada penolakan dari Anisa tubuhnya begitu lemah.

Nino membaringkan dia tempat tidur dengan hati2, dia menatap wajah Anisa yang mulai terpejam, wajahnya masih pucat bibirnya pun terlihat putih.

"Tika, tolong jaga dia, jika ada apa2 tolong bangunin saya di kamar Farhan," pinta Nino karna merasa kawatir dengan keadaan Anisa saat ini.

"Baik pak."

Nino keluar setelah yakin jika Anisa sudah tertidur, dia menuju kamar Farhan berada.

******

Tika terbangun karna tak sengaja tangan nya menyentuh tangan Anisa, jam masih menunjukkan pukul 3 dini hari.

Tika langsung duduk dan mengecek kening Anisa.

"Panas, ya Allah kenapa kamu panas sekali Nis," tanya Tika namun tak ada respon dari Anisa.

Tika menghidupkan lampu yang tadi tamaran kini menjadi terang, seketika Tika terkejut melihat Anisa dengan keadaan sesak nafas.

"Nis lho kenapa Nis?" tanya Tika panik.

Namun tak ada jawaban Anisa benar2 sesak nafas, sejak kecil Anisa memang tidak boleh hujan2nan karna dia punya penyakit asma yang akan kambuh jika habis hujan2 nan.

Tika segera berlari mengetuk pintu kamar Farhan.

Tok....tok....tok...!!

"Pak, pak Nino!" ucap Tika memanggil Nino dengan sedikit keras.

Nino buru2 keluar saat mendengan suara Tika dari luar pintu.

"Ada apa Tika?!"

"Anisa pak, badannya panas sekali, dan dia juga sesak nafas."

"Apa? sesak nafas?"

Nino segera berlari ke kamar yang di tempati Anisa, Nino begitu terkejut melihat nafas Anisa terengah- engah.

"Nisa kamu kenapa?" tanya Nino sambil mengecek kepala Anisa.

"Sebaik nya kita bawa kerumah sakit saja pak."

"Iya kamu benar, tapi mana ada kendaraan jam segini?" Nino berpikir bagaimana dia akan membawa Anisa ke rumah sakit, sedangkan dia tidak membawa kendaraan ke kota ini, dia hanya berangkat naik bis.

"Kamu tolong temani Anisa dulu, saya keluar cari bantuan," Nino segera keluar untuk mencari kendaraan, Nino berlari sampai jalan raya, tak ada satupun kendaraan yang lewat, setelah cukup lama menunggu ahirnya ada mobil yang lewat, Nino memberhentikan mobil itu dia minta tolong untuk mengantarkan nya ke rumah sakit.

"Pak, maaf pak, apa boleh saya minta tolong, teman saya sedang sakit tapi kami tidak ada kendaraan, apa apak bersedia mengantar saya dan teman saya kerumah sakit, saya akan membayar berapapun yang bapak minta."

"Tapi tujuan saya tidak sampai rumah sakit saya juga sedang terburu-buru, kalau mas mau ikut tidak usah bayar, tapi maaf saya tidak sampai rumah sakit, mungkin satu kilo meter dari tempat tujuan saya mas bisa sampai kerumah sakit," jelas bapak2 itu.

"Iya gak apa2 pak," ucap Nino karna tidak punya pilihan lain.

"Di mana teman nya mas?"

"Mari ikut saya pak," ajak Nino dia berlari di depan mobil sampai ke vila.

Nino segera menggendong Anisa keluar dari vila, keadaan nya masih sama yaitu sesak nafas, Nino membaringkan Anisa di kursi belakang dia duduk menjadikan pahanya sebagai bantal untuk Anisa.

Mobil pun melaju sedikit kencang karna bapak itu juga terburu-buru.

"Maaf mas, hanya sampai di sini karna saya juga terburu-buru," ucap bapak itu tidak enak hati.

"Gak apa2 pak, saya turun di sini saja."

Nino kembali menggendong Anisa, pelahan dia berjalan menyusuri trotoar sesekali Nino menghela nafas, capek itulah yang ia rasakan saat ini, tiba2 sudut mata Anisa berair dia menangis namun tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun dia begitu lamas nafasnya tersegal-segal, Anisa merasa kasihan pada Nino yang menggendong nya dari tadi, namun Anisa tidak sanggup berbuat apa2 badan nya begitu lemas.

"Kamu sabar Anisa, kita pasti sampai, aku tidak akan membiarkan kamu kenapa-napa."

Kini Nino sudah sampai di depan rumah sakit yang ia tuju, Nino langsung masuk ke ruang IGD, Nino langsung membaringkan Anisa di atas berangkar, seorang dokter dan perawat segera menghampiri Anisa yang terbaring lemah.

"Apa dia punya riwayat penyakit asma?" tanya dokter itu.

"Saya kurang tahu dok, tadi dia habis hujan-hujanan, tiba2 saja di demam dan sesak nafas," icap Nino pada dokter muda itu.

"Baik lah saya akan segera memeriksanya." dokter itu segera menangani Anisa.

Saat Nino beranjak dari samping Anisa, tiba2 tangan nya di cekal oleh tangan Anisa yang terasa dingin, Nino terkejut dan segera memegang tangan Anisa.

"Jangan kemana-mana pak," cegah Anisa dengan suara lemah nya.

Terpopuler

Comments

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

merepotkan az s nisa

2022-08-03

0

lihat semua
Episodes
1 Anisa dan Nadira
2 Nino arya bagaskara
3 Pertemuan
4 Senyum-senyum
5 Kesedihan Anisa
6 Hari pertama bekerja
7 Kebohongan Radit
8 Kehilangan sahabat
9 Semakin dekat
10 Mencuri ciuman
11 Pesta
12 Di suruh menikah
13 Meminta maaf
14 Liburan 1
15 Liburan 2
16 Liburan 3
17 Liburan 4
18 Liburan 5
19 Hinaan
20 Kita putus
21 Janji Mama Zahra
22 Kekaguman mama Zahra
23 Menjadi ratuku
24 Aku juga mencintai mu
25 Menemui orang tua
26 Sebuah ciuman
27 Mesra di tempat umum
28 Pelecehan
29 Pindah ke rumah Nino
30 Pernikahan
31 Hewan buas
32 Bulan madu 1
33 Bulan madu 2
34 Pulang ke jakarta
35 Kembali bekerja
36 Bercinta di kantor
37 Kedatangan Nadira
38 Resepsi pernikahan
39 Anisa hamil
40 Nino kecelakaan
41 Hilang ingatan
42 Mulai tertarik
43 Nikah dadakan
44 Tangan tak tahu malu
45 Nino pulang
46 Siapa kamu
47 Sesak di dada
48 Sengaja menabur garam
49 Kesal
50 Titip Tia
51 Kebodohan Wulan
52 Di kira pembantu
53 Nasehat papa Al
54 Pura pura
55 Terlalu asin
56 Pagi terahir.
57 Talak
58 Penyesalan Nino
59 Ingin menjadi teman
60 Ayah pengganti
61 Ondel ondel
62 Di permalukan
63 Meminta maaf
64 Kelicikan Wulan
65 Tawaran pekerjaan
66 Anisa Pergi
67 Mama Zahra jatuh dari tangga
68 Wulan kabur.
69 Mengingat semuanya
70 Berpisah dengan Tia
71 Om tampan
72 Tia kritis
73 MAMA sayang kamu
74 Maaf kan aku
75 Dinding pemisah
76 Perlakuan manis
77 Mama Zahra
78 perjuangan cinta
79 Aku punya papa
80 Bicara dari hati ke hati
81 Ijab qobul
82 Bukan malam pertama
83 Penjelasan Anisa
84 Keluarga bahagia.
85 Ahir sebuah cerita
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Anisa dan Nadira
2
Nino arya bagaskara
3
Pertemuan
4
Senyum-senyum
5
Kesedihan Anisa
6
Hari pertama bekerja
7
Kebohongan Radit
8
Kehilangan sahabat
9
Semakin dekat
10
Mencuri ciuman
11
Pesta
12
Di suruh menikah
13
Meminta maaf
14
Liburan 1
15
Liburan 2
16
Liburan 3
17
Liburan 4
18
Liburan 5
19
Hinaan
20
Kita putus
21
Janji Mama Zahra
22
Kekaguman mama Zahra
23
Menjadi ratuku
24
Aku juga mencintai mu
25
Menemui orang tua
26
Sebuah ciuman
27
Mesra di tempat umum
28
Pelecehan
29
Pindah ke rumah Nino
30
Pernikahan
31
Hewan buas
32
Bulan madu 1
33
Bulan madu 2
34
Pulang ke jakarta
35
Kembali bekerja
36
Bercinta di kantor
37
Kedatangan Nadira
38
Resepsi pernikahan
39
Anisa hamil
40
Nino kecelakaan
41
Hilang ingatan
42
Mulai tertarik
43
Nikah dadakan
44
Tangan tak tahu malu
45
Nino pulang
46
Siapa kamu
47
Sesak di dada
48
Sengaja menabur garam
49
Kesal
50
Titip Tia
51
Kebodohan Wulan
52
Di kira pembantu
53
Nasehat papa Al
54
Pura pura
55
Terlalu asin
56
Pagi terahir.
57
Talak
58
Penyesalan Nino
59
Ingin menjadi teman
60
Ayah pengganti
61
Ondel ondel
62
Di permalukan
63
Meminta maaf
64
Kelicikan Wulan
65
Tawaran pekerjaan
66
Anisa Pergi
67
Mama Zahra jatuh dari tangga
68
Wulan kabur.
69
Mengingat semuanya
70
Berpisah dengan Tia
71
Om tampan
72
Tia kritis
73
MAMA sayang kamu
74
Maaf kan aku
75
Dinding pemisah
76
Perlakuan manis
77
Mama Zahra
78
perjuangan cinta
79
Aku punya papa
80
Bicara dari hati ke hati
81
Ijab qobul
82
Bukan malam pertama
83
Penjelasan Anisa
84
Keluarga bahagia.
85
Ahir sebuah cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!