Selama ini Anisa mencoba untuk mempertahankan hubungan nya dengan Radit, meskipun ada ancaman dari orang tua Radit namun Anisa tetap bertahan karna dia tau dia dan Radit saling mencintai.
Namun semakin kesini Anisa mulai sadar diri cintanya dengan Radit tidak mungkin pernah bersatu, karna orang tua Radit pernah bilang pada Anisa jika Radit sudah di jodohkan dengan seorang gadis yang setara dengan nya.
Anisa hanya menunggu waktu dan alasan yang tepat untuk memutuskan hubungan nya dengan Radit.
Anisa bersandar di dinding dapur apartemen nya, Entah kenapa setelah menerima panggilan dari Radit kepalanya seakan mau pecah dia tidak sanggup membayangkan jika harus berpisah dengan Radit karna Anisa memang sangat mencintai Radi begitupun dengan Radit.
"Maaf kan aku Dit, jika suatu saat aku meninggalkanmu, aku tidak cukup punya nyali untuk melawan kekuasaan orang tua mu, hatiku tak sekuat baja untuk menerima segala hinaan orang tuamu," gumam Anisa lirih.
*****
Di rumah keluarga bagaskara.
Kuluarga itu tampak sangat bahagia dengan kehadiran Nino di tengah-tengah mereka, saat makan malampun jelas terlihat meraka tampak sangat bahagia, namun mama Zahra terlihat bersedih karna dua hari lagi Nadira akan pergi melanjutkan studinya di singapura.
"Bagaimana sayang apa kamu sudah siap berangkat besok lusa?" tanya papa Al pada Nadira.
"Insyaallah pa, walau bagaimanapun aku harus siap karna itu sudah jadi peraturan di keluarga kita, meskipun sebenarnya aku lebih suka melanjutkan S2 ku di sini." jawab Dira terlihat pasrah.
Dira sangat berat meninggalkan kota jakarta karna kepergian nya tentu akan menggagalkan rencananya untuk menjodohkan Anisa dan kakak nya Nino, Dira sungguh tidak rela jika Anisa sampai menikah dengan Radit, karna Dira tau Radit itu seorang bajingan, Namun Dira tidak pernah memberi tahu Anisa karna Dira tidak mau Anisa sakit hati dan sedih.
Nadira hanya ingin Anisa menikah dengan kakak nya sendiri, meskipun kakak nya terbilang cuek dan dingin namun Dira tahu kakak nya sangat baik dan penyayang, hanya saja kakak nya terlalu kaku untuk menunjuk kan perhatian atau sekedar kata manis dan romantis.
"Mulai besok kamu harus mulai masuk kantor Nino, karna papa akan mengurus perusahaan almarhum kakek mu, kasihan mama mu yang harus mengurus butik dan perusahaan, Papa yang akan menggantikan mama mu di perusahaan Wijaya Group, sedangkan kamu harus fokus di Bagaskara Group."
"Iya pa, besok aku akan mulai masuk kantor," jawab Nino dengan wajah datar nya.
"Apa kamu sudah punya pacar kak?" tanya Dira memastikan bahwa kakak nya sudah punya pacar atau belum.
"Siapasih yang mau sama Es batu," seloroh papa Al.
Nino mendengus kesal, wajah datarnya terlihat semakin dingin, namun tak ada sepatah katapun yang keluar dai mulutnya, dia hanya memandang Dira dan papa nya brgantian lalu segera bangkit dari duduk nya.
"Nino masuk dulu ma," ucap Nino berpamitan pada mama nya saja.
"Lihat pa, kalian berdua sih, nanya2 soal pacar jadi dia langsung kesal sama papa dan kamu Dira." mama Zahra merasa tidak terima anak kesayangan nya di buat kesal.
Dira dan papa Al hanya cemberut mendengar pembelaan Mama Zahra, karna menurut mereka itu semua tidak salah karna umur Nino sudah saat nya berkeluarga, namun sampai saat ini bahkan dia belum punya pacar.
"Ma, emang kak Nino mirip siapa sih kok muka nya dingin dan cuek? padahal aku cerewet amat gak kayak kakak?" tanya Dira merasa heran dengan sikap kakak nya.
"Mirip siapa lagi kalau bukan mirip papa kamu," jawab mama Zahra sambil terkekeh pelan.
"Kok papa ma? kayak nya nggak deh, papa itu cerewet ma, dia juga usil, dan gak tau malu" ucap Dira merasa tidak percaya, karna yang dia tahu papa nya sangat cerewet dan gak tau malu, bahkan papa nya akan terang2 ngan bermesraan di depan Dira tanpa tau malu dan tempat.
"Itu dulu sayang sebelum papa ketemu sama mama kamu, setelah bertemu sama mama kamu papa bagaikan gunung Es yang mencair terkena kehangatan matahari yang selalu menyinari hati papa."
"Dih gombal amat, papa itu udah tua, gak pantes berkata sok romantis dan gombal seperti tadi," jawab Dira.
"Jangan bilang papa sudah tua sayang, gini2 papa masih bisa buat adek untuk kamu."
Sontak mama Zahra memukul lengan Al, yang asal bicara tanpa saringan apalagi di depan anak gadisnya sendiri, benar yang Dira bilang kalau papa nya sudah tidak tau malu lagi.
"Apa sih ma, kok aku di pukul2."
"Habisnya papa kalau bicara gak di kira2, sama anak sendiri gak punya malu," ucap mama Zahra kesal.
*****
Namun beda halnya dengan Anisa yang duduk termenung di balkon apartemen nya, dari tadi hanya air mata yang menghiasi wajah cantik nya, Anisa menangisi nasib nya yang tak seberuntung gadis lain di luar sana.
Tak ada tawa yang menghiasi malam2nya, tak ada kehangatan dalam keluarga, Anisa sunggu mengharapkan itu, namun pada siapa dan di mana, dia pasrah pada kenyataan hidup yang sebatang kara.
"Walau hidup ini penuh derita namun tiada pernah aku melupakan mu ya Rob..., siang malam aku selalu berdoa mohon ampun atas segala dosa2 ku pasrahkan jiwa raga bertawakkal kepadamu aku hanya mengharap belas kasih mu, wahai Tuhanku yang maha pengasih lagi maha penyayang."
ucap Anisa dalam hati yang di iringi deraian air matanya yang tiada henti.
Tiba2 Anisa di kejutkan dengan bunyi ponselnya yang menandakan sebuah pesan masuk, segera Anisa mengambil ponselnya dan membaca pesan yang masuk.
Nadira("Lho lagi apa Nis?")
Anisa ("Lagi mikirin nasib.")
Nadira("Emang kenapa dengan nasib lho, lho baik2 aja kan Nis?")
Anisa("Iya gue baik.")
Nadira("Gue cuma mau ngasih tau lho, kalau lusa gue bakan berangkat ke singapura untuk melanjutkan studi gue di sana, kalau bisa gue pengen lho ikut ngantar gue kebandar."
Anisa("Sory Dira, bukannya gue gak mau ikut, tapi gue harus kerja dan gak mungkin gue langsung izin sedangkan gue kariawan baru di perusahaan lho, apa benar lho bakal ninggalin gue Ra,terus gue sama siapa gue gak punya siapa2 selain lho,")
Bertambahlah kesedihan Anisa saat mendengar sahabat satu2nya juga akan pergi meninggalkan dia.
Tiba2 ponsel Anisa berubah jadi sebuah panggilan dari Nadira.
"Lho jangan sedih Nis, kalau lho sedih, gue jadi gak betah di sana nanti, gue bakal kenalin lho sama kakak gue biar dia yang jaga dan ngelindungin lho," cerocos Dira setelah panggilan nya di angkat.
"Gak Ra, lho harus betah di sana, kasian orang tua lho, yang sudah membiayai lho untuk kuliah, gue gak apa2," jawab Anisa dengan menahan tangis.
"Bener lho gak apa2 Nis?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments