Entah kenapa di dekat Nino Anisa merasa sangat senang dan bahagia, dia seperti mendapatkan teman baru dalam hidupnya.
"Gimana kalau aku ikut kamu kepestanya pak Al?"
"Gimana ya mas, aku sih mau aja ngajak Mas, tapi bagaimana, kan di sana mas gak kenal sama om Al," Anisa merasa ragu untuk memperbolehkan Nino ikut.
"Kata siapa aku gak kenal? aku juga di undang kok, pak Al adalah rekan bisnisku."
"Yang bener mas?" tanya Anisa antusias.
"Iya, gimana, boleh gak aku ikut?"
"Boleh dong Mas!" tapi aku berangkat nya dari kantor langsung ke sana, karna Tante Zahra nyuruh aku untuk bantu2 menyiapkan keperluan di sana."
"Iya, nanti aku tunggu kamu di parkiran kantor bagaskara group, gimana?"
Anisa mengangguk antusias, Anisa terlihat sangat senang mendengar Nino akan menjemputnya.
"Iya Mas, aku akan menunggu mas di parkiran."
"Oh iya, aku ada sesuatu buat kamu," Nino segera memberikan paper bag yang sedari tadi dia taruh di atas meja.
"Apa ini mas?"
"kamu buka aja."
Anisa langsung mengeluarkan isi dari paper bag itu.
"Mas, aku kan udah bilang gak usah di ganti baju ku yang kotor, ini kenapa Mas harus repot2 segala?" ucap Anisa setelah melihat isi paper bag itu.
"Sama sekali aku gak repot, ini hanya sebagai permintaan maaf ku, aku harap kamu mau menerimanya."
Tidak mungkinlah Anisa menolak pemberian Nino, apalagi bajunya sangat bagus dan mahal, Anisa juga tidak ingin mengecewakan Nino.
"Terima kasih ya Mas untuk hadiah nya."
"Jangan lupa, pakailah besok ke pesta om Al."
"Pasti mas," Mata Anisa berbinar2.
"Kalau gitu aku pulang dulu Nis," ucap Nino seraya berdiri dari sofa.
"Iya Mas, hati2 di jalan, Anisa berjalan di samping Nino, tiba2 saja Anisa tersandung dengan kaki meja, sontak tubuhnya limbung dan jampir jatuh seandainya Nino tidak segera menangkap tubuh langsing Anisa.
Kini keduanya dalam posisi berpelukan, netra mereka saling bertemu dan terkuncin di persekian detik, entah dorongan dari mana Nino makin mengikis jarak di antara mereka dan dengan cepat Nino mencuri ciuman dari bibir ranum Anisa, Nino mencium hanya sekilas.
Mata Anisa membola, mendapati ciuman singkat itu, kini wajah nya berubah panas dan bersemu merah, sungguh di luar dugaan, Nino sangat aggresif.
"Maaf aku terbawa suasana," ucap Nino sambil melepaskan pelukan nya.
Anisa tidak menjawab, hanya aura kekesalan yang ia tunjukkan, situasi berubah menjadi canggung, Anisa tidak punya kata2, dua tahun Anisa pacaran dengan Radit namun tak pernah sekalipun mereka berciuman, tapi entah kenapa saat ini justru orang lain yang telah mencuri ciuman pertamanya.
"Aku pulang Nisa," ucap Nino segera keluar dari apartemen milik Anisa, dengan jantung berdebar-debar tak karuan.
Anisa hanya memandang kepergian Nino, dia sungguh terkejut dengan kejadian ini, Anisa meraba bibir nya yang sudah ternoda.
"Mas Nino, kenapa dia harus mencium ku, dan kenapa hatiku menyukai itu, Tuhan... ampunilah hamba yang lemah ini," gumam Nisa lirih, dengan terus meraba bibir nya yang sudah ternoda karna ciuman singkat itu.
Anisa menghela nafas panjang, dia terus mengatur detak jantung nya yang bertalu begitu cepat.
Tak ada bedanya dengan Nino yang hanya diam di dalam mobilnya, dia juga meraba bibirnya sambil tersenyum.
"Kenapa aku harus mencium nya tadi, bagaimana kalau dia marah, dan aku harus bagai mana?" Nino merasa cemas sendiri takut Anisa benar2 marah dan tidak mau lagi bertemu dengan nya.
Anisa memilih merebahkan tubuh nya di atas ranjang, dia lupa hanya untuk sekedar makan malam dia hilang nafsu makan saat ini, hanya bayangan wajah Nino yang terus berputar di kepalanya.
Dia mencoba memejamkan matanya namun percuma karna Anisa hanya melihat wajah tampan Nino yang selalu tersenyum manis padanya.
"Ya Allah kenapa dengan otak ku ini," gerutu Anisa sambil menepuk-nepuk kepalanya dengan bantal agar bayangan Nino segera pergi.
Anisa pun terlelap dengan membawa bayang2 Nino di dalam pikiran nya.
******
Tepat jam 4 Sore Nino sudah menunggu Anisa di parkiran kantor bagaskara group, saat melihat Anisa berjalan dari kejauhan jantung Nino sudah berdebar-debar, adegan ciuman itu kembali berputar-putar di kepalanya.
"Apa Mas sudah lama menunggu?" tanya Anisa tersenyum manis,dia mencoba bersikap biasa namun dalam hatinya dia benar2 dag dig dug ser.
"Enggak kok, aku baru aja sampai," ucap Nino dengan senyum tak kalah manis.
"Apa kita berangkat sekarang?"
Anisa mengangguk canggung, perasaan nya mulai tak karuan, Nino segera membukakan pintu mobil untuk Anisa.
Setelah keduanya masuk, Nino tanpa pemisi mengikis jarak dan mulai mendekat hanya untuk memasangkan sabuk pengaman untuk Anisa, namun karna Nino pernah lancang mencuri ciuman darinya membuat Anisa waspada dan memundurkan tubuhnya dengan mata terpejam.
"Kenapa menutup mata, aku tidak akan mencium mu lagi tanpa ijin," ucap Nino dengan santainya.
Suasana kembali hening saat Nino tetap dalam posisi dengan wajah sangat dekat dengan wajah Anisa, bahkan Anisa bisa merasakan hangatnya hembusan nafas Nino yang menerpa wajah nya yang kini bersemu merah.
"Apa mas bisa mundur?" tanya Anisa karna Nino tak kunjung memjauh.
"Maaf kan aku, aku begitu terpesona dengan kecantikan mu, sehingga aku lupa jika kita hanya seseorang yang baru kenal dan tanpa setatus yang jelas ataupun sah, aku minta maaf karna telah mencuri ciuman dari mu, aku akan terima jika kamu ingin marah dan menghukum ku, tapi aku mohon jangan menghukum ku dengan cara menjauhiku, karna aku tidak bisa barak sejenak pun jauh dari kamu," jelas Nino dengan jujur dan tulus.
Anisa hanya diam tanpa sepatah katapun, dia benar2 bingung dengan situasi seperti ini, hatinya sudah terpaut atas nama Radit namun tak bisa Anisa pungkiri jika saat ini perasaan nya sudah terbagi bahkan hari2nya sudah di penuhi dengan wajah Nino yang menari-nari dalam ingatan nya, anggaplah Anisa sudah berhianat.
"Aku sudah memaaf kan mu, tapi tolong jangan ulangi lagi, karna selama ini aku selalu menjaga hati dan pikiranku dari hal seperti itu, tapi sayang nya kamu telah mencuri ciuman pertamaku," ucap Anisa dingin.
Nino benar2 merasa bersalah telah mencuri sebuah ciuman dari wanita yang berapa hari ini selalu ada dalam ingatan nya.
"Perlu kamu tau, itu juga ciuman pertamaku, selama ini aku tidak pernah berciuman apalagi mencium seorang wanita, hanya kamu satu2nya wanita yang telah mengambil keperawanan bibirku," Nino berucap dengan santainya.
Sedangkan Anisa begitu kesal dengan ucapan Nino yang menuduh nya telah mengambil keperawanan bibir nya, apa gak salah pikir Anisa.
"Apa gak salah yang kamu bilang mas? kamu yang telah mencuri keperawanan bibir ku, enak saja kamu nyalahin aku," ucap Anisa tak mau di salahin.
Ingin rasanya Anisa menimpuk kepala Nino dengan bantal, laki2 ini benar2 membuat Anisa kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Henny Haerani
semoga Anisa berjodoh sm Nino dan mendapat restu orangtuanya klw Nadira sih udah jelas pasti seneng abangnya besama Anisa
2022-10-02
0