NovelToon NovelToon

Penyesalan

Anisa dan Nadira

"Halo.. Ra, lho sekarang ada di mana? gue udah dari tadi nungguin kamu di cafe."

"Iya,gue sebentar lagi nyampek kok, lho sabar aja," jawab Nadira di sebrang sana sambil mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Setelah 10 menit Nadira sudah sampai dengan senyum mengembang di bibirnya.

"Sory gue telat, tadi gue masih telponan sama kakak gue, dia minta besok suruh gue jemput di bandara, jadi gue telat deh nyampek sini," jelas Nadira seraya duduk di kursi sebelah Anisa.

"Emang udah selesai studi kakak lho?"

"Iya sejak satu tahun yang lalu, cuma dia gak pulang karna harus ngurus perusahaan keluarga gue di sana."

Anisa menganggukan kepalanya mengerti.

"Terus rencana lho kedepan nya ngimana Nis?" tanya Nadira.

"Gue udah melamar pekerjaan di beberapa perusahaan, dan Alhamdulillah besok gue udah interview," ucap Anisa dengan wajah berbinar.

"Selamat ya Nis, gue yakin lho pasti di terima, masak iya, lulusan terbaik di universitas ternama, di tolah oleh sebuah perusahaan, malah menurut gue perusahaan itu pantas bersukur bisa mendapatkan kariawan seperti lho, selain cantik lho juga pinter," ucap Nadia membanggakan Anisa yang menurutnya memang pantas di banggakan.

Anisa adalah seorang anak yatim piatu, dia di besarkan di panti asuhan, sejak duduk di bangku kuliah dia kenal dengan Nadira aryakĺ bagaskara, sejak itulah keduanya menjadi sahabat dekat.

Anisa bisa kuliah di universitas ternama melalui jalur beasiswa karna dia murid yang sangat berprestasi jadi tidak sulit baginya untuk mendapatkan beasiswa.

Sejak duduk dibangku SMA Anisa sudah bekerja paruh waktu sebagai pelayan cafe, dia juga sangat beruntung karna pemilik cafe memberikan tempat tinggal dan makan gratis selama ia bekerja di cafe itu, bahkan sampai kuliahpun Anisa tetap setia bekerja di cafe itu.

Selai pintar dia juga sangat cantik dengan lesung pipi yang menambah kecantikan nya, dia adalah gadis yang lemah lembut tak pernah sedikitpun berkata kasar apalagi marah2, dia selalu mengalah karna baginya mengalah bukan berarti kalah, dia hanya menghindari sebuah pertengkaran dengan siapa saja termasuk teman2nya di kampus.

"Besok ikut gue ya Nis, kebandara, gue mau jemput kakak gue."

"Sory Ra, gue gak bisa, gue kan ada interview."

"Emang di perusahaan manasih lho di interview?" tanya Dira, karna Anisa sampai menolak ajakan nya kebandara.

"Di perusahaan Bagaskara group."

"Hah, yang bener!" jadi lho bakal kerja di perusahaan keluarga gue dong," ucap Nadira berbinar.

"Bener Ra, itu perusahaan keluarga lho?" ya ampun gue seneng baget, semoga gue bisa di terima, biar kita bisa setiap hari ketemu," ucap Anisa tak kalah berbinar.

"Kalau lho sampai gak di terima, gue pastikan kepala bagian HRD bakalan gue pecat dengan tidak hormat," ucap Dira dengan percaya dirinya.

Anisa hanya mencebikkan bibirnya mendengar Nadira, dia seolah-olah CEO di perusahaan itu.

"Emang lho direktur utamanya?"

"Meskipun bukan gue, mulai besok kakak gue yang bakal jadi CEO di perusahaan itu, jadi otomatis dia akan memihak sama gue, karna dia sangat menyayangi gue sebagai adiknya," ucap Dira menyombongkan diri.

"Dih, sombong amat punya kakak, emang seperti apa sih kakak lho itu? gue jadi penasara."

"Eh jangan salah, kalau lho sampai ketemu sama kakak gue lho bakalan gak berkedip dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama."

"Hah sombong amat, jaga tu kakak lho jangan sampai malah dia yang jatuh cinta sama gue, karna gue udah punya pacar yang sangat tampan, dan gue gak bakalan jatuh cinta selain pada Radit cinta pertama gue," ucap Anisa penuh percaya diri.

"Awas ya lho kemakan omongan, lho gak tau aja pesona kaka gue gimana."

"Hahahaaaa..."

Setelahnya mereka berdua tertawa terbahak karna menertawai kekonyolan mereka berdua.

Namun dalam hati Nadira dia sungguh berharap agar Anisa benar2 menjadi kakak iparnya, namun dia tidak akan menunjukkan nya pada Anisa karna saat ini Anisa sudah punya pacar dan mereka berdua saling mencintai, namu Nadira akan terus berusaha agar kakaknya bisa dekat dengan Anisa sahabatnya sendiri.

Setelah mengobrol cukup lama ahirnya mereka berdua pulang dengan Nadira mengantar Anisa pulang ke apartemen nya yang kecil dan begitu sederhana, namun karna Anisa sangat memjaga kebersihan meskipun apartemen kecil dan sederhana semua tertata dengan rapi dan indah.

Apartemen yang di tinggali Anisa adalah sebuah sewaan dengan harga yang terjangkau, karna sejak kecil Anisa sudah berkeinginan untuk memiliki apartemen sendiri namun karna tabungan nya tidak cukup dia memilih menyewa saja.

Setelah mengantar Anisa, Nadira segera pulang karna hari sudah semakin sore, sesampainya di rumah Nadira langsung menuju dapur di mana mama Zahra sedang memasak untuk makan malam.

"Lagi masak apa Ma?" tanya Nadira seraya mencium pipi mama Zahra dari samping.

"Kamu dari mana aja sayang?" bukan nya menjawab, mama Zahra malah balik bertanya.

"Habis dari cafe sama Anisa ma," jawab Nadira sambil melenggang pergi meninggalkan mama Zahra yang tetap fokus memasak.

"Tak berselang lama papa Al pun datang dari kantor dan langsung menuju dapur di mana mama Zahra sedang asik memasak.

"Lagi masak apa sayang?" tanya papa Al sambil memeluk mama Zahra dari belakang, papa Al tidak pernah malu meskipun ada dua pembantu di dekatnya.

"Ini pa, lagi masak buat makan malam,"jawab Mama Zahra sambil berbalik dan mengambil tangan Al untuk ia cium.

Ternyata sedari tadi Nadira melihat kemesraan antara papa dan mama nya, dia sungguh kagum dengan kedua orang tuanya yang selalu terlihat romantis padahal usia pernikahan mereka sudah puluhan tahun, namun papa dan mama nya tak pernah terlihat bertengkar.

"Duh, kasian, jiwa jomblo seperti kami, yang harus melihat adegan romantis setiap hari," ucap Nadira yang sontak membuat pasangan suami istri itu jadi salah tingkah dan merasa malu pada anaknya sendiri.

"Emang papa sama mama ngapain?" elak papa Al.

"Gak ngapa-ngapain sih, cuma cium doang," ucap Nadira dengan santai.

Zahra hanya senyum2 melihat perdebatan antara suami dan putrinya sendiri.

"Udah pa, papa mandi aja sana," mama Zahra menengahi agar anak dan papa tidak terus berdebat.

"Iya sayang, papa mandi dulu," jawab Papa Al sambil mencium kembali pipi Zahra.

Nadira sontak melotot ke arah papa dan mama nya yang seakan-akan memamerkan kemesraan mereka berdua.

"Dih, papa kayaknya emang sengaja deh pamer kemesraan sama aku yang jomblo ini."

"Ha ha aaa"

Papa Al melenggang pergi masuk kamar dengan senyum yang terus terpancar di wajah tampan nya, dia selalu merasa senang menggoda putri kesayangan nya.

"Udah sayang, papa hanya senang menggoda kamu, sana gih kamu mandi, ini udah sore."

"Iya ma," jawab Nadira singkat.

Setelahnya ia berlalu masuk kamar untuk membersihkan dirinya.

Zahra hanya senyum2 melihat kepergian putri kesayangan nya yang selalu iri akan kemesraan antara dia dan suaminya Al.

Nino arya bagaskara

Pagi hari Nadira sudah siap untuk menjemput kakaknya ke bandara, dia sudah berdandan sangat cantik untuk menjemput sang kakak, namun dia sedikit kecewa karna sahabatnya Anisa tidak bisa ikut padahal Nadira sudah berniat untuk memperkenalkan kakaknya pada Anisa namun semua itu harus kandas karna Anisa tidak mau ikut.

"Ayo ma kita berangkat," ajak Dira pada mama Zahra.

Mama Zahra dan Dira berangkat kebandara, tidak perlu waktu lama mereka berdua sudah sampai di bandara, lima menit menunggu, ahirnya yang di tunggupun datang.

Nino berjalan dengan gagahnya ia terlihat begitu tampan dengan kacamata hitam yang bertengger di atas hidung mancungnya.

Semua wanita di bandara memandang Nino tanpa kedip, mereka terkagum-kagum bagaikan melihat aktor tampan, namun Nino terlihat sangat cuek dan datar dia begitu muak melihat para wanita yang punya mata jelalatan.

"Kakak...!!" panggil Dira sambil berhambur memeluk Nino.

Nino langsung merentangkan kedua tangan nya untuk memeluk sang adik yang sudah bertahun-tahun ia rindukan.

"Kamu apa kabar bawel?" tanya Nino sambil menarik hidung mancung Dira.

"Ih.., kakak apaan sih, sakit tau," seroloh Dira dan langsung bergelayut manja di lèngan Nino, orang sekitar memandang Nino dan Dira layaknya sepasang kekasih yang baru bertemu setelah sekian lama berpisah.

Setelah itu Nino langsung memeluk sang mama yang sangat ia rindukan.

"Bagaimana kabar kamu sayang?" tanya mama Zahra sambil mengusa pipi Nino yang mulai di tumbuhi bulu2 halus.

"Alhamdulillah aku baik ma," jawab Nino seraya tersenyum manis semanis gula aren.

"Ayo sayang kita lansung pulang, kamu pasti capek." ajak mama Zahra yang langsung di anggukin oleh Nino dan Dira.

Ahirnya mereka bertiga pulang dengan Dira yang menjadi supir, Dira sangat senang karna kakak kesayangan nya sudah pulang, dan dia berencana ingin mempertemukan Nino dan Anisa sahabatnya.

*****

Kantor bagaskara group

Anisa begitu gugup, karna akan di interview, sesekali ia menghela nafas untuk menghilangkan rasa gugup yang melandanya saat ini.

Beberapa wanita dan pria duduk berjejer menunggu di panggil untuk interview, tampak kegugupan di wajah mereka semua seakan tak perduli pada sekitar, bahkan mereka semua terlihat asik dengan pikiran mereka masing2.

Namun takpak jelas, Hanya Anisa yang berpakaian cukup sopan, karna di antara mereka semua memakai pakaian seksi, tapi Anisa terlihat sangat cantik dengan pakaian yang ia kenakan meskipun wajahnya tanpa make up tebal Anisa terlihat sangat cantik di antara mereka semua.

Hingga sebuah panggilan tertuju padanya.

"Anisa apriani,"

Anisa segera masuk untuk menjalani interview, Anisa begitu gugup berada di depan kepala bagian HRD.

Kepala bagian HRD terus memandang Anisa tanpa kedip, dia bagai terhipnotis dengan wajah teduh Anisa, sampa2 dia lupa untuk mulai bertanya pada Anisa.

Ahirnya Anisa sudah melewati interview denga sangat puas karna Anisa bisa menjawab semuanya dengan sangat baik.

Senyum pun terukir jelas di wajah tampan kepala bagian HRD dia suka dengan Anisa yang begitu tenang menjawab namun semua di jawab dengan baik.

"Anda di terima bekerja di perusahaan ini," ucap lelaki tampan yang bernama Arman, dia menjulurkan tangan nya untuk menjabat tanga Anisa.

"Terima kasih pak," jawab Anisa sambil menerima uluran tangan pak Arman.

Anisa keluar dari ruangan itu dengan senyum mengembang di wajah cantinya, beberapa pria di depan ruangan tepaku melihat senyum manis Anisa, mereka bahkan dengan terang-terangan memintan nomor ponsel Anisa, namun Anisa hanya tersenyum menanggapinya.

*****

Nino sudah sampai di rumah yang selama ini ia rindukan, dia tersenyum melihat rumahnya tetap sama tanpa perubahan.

"Papa mana ma?" tanya Nino seraya duduk di sofa ruang keluarga.

"Papa lagi ke luar kota sayang, mungkin nanti malam dia pulang."

Nino hanya mengangguk tanda ia mengrti.

"Nino ke kamar dulu ya ma, capek mau istirahat."

"Iya sayang, kamu istirahat dulu nanti mama panggil untuk makan siang."

Nino langsung meninggalkan ruang keluarga dan masuk ke dalam kamarnya, dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang sudah lama ia rindukan.

Nono mencoba untuk memejamkan matanya sejenak namun ia teringat untuk menghubungi sahabatnya yang sudah lama tidak ia temui, Nino segera mengambil ponselnya dan mengetik pesan untuk sahabatnya.

Setelah cukup lama berbalas pesan Nino segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan segera keluar untuk berganti pakaian, tak perlu waktu lama dia sudah selesai berganti pakaian dan segera turun dari lantai dua.

Nino mencari mama Zahra di dapur dan segera berpamitan.

"Ma, Nino keluar sebentar mau ketemuan sama Farhan," pamit Nino setelah melihat mamanya di dapur.

"Emang kamu gak capek sayang, kamu baru aja datang, masak udah mau keluar."

"Cuma sebentar ma."

"Ya udah hati2 di jalan."

"Iya ma," jawab Nino seraya mencium punggu tangan sang mama, Nino selalu bersikap sopan pada kedua orang tuanya.

Nino langsung berangkat menemui Farhan sahabat sejak kuliah di jakarta, mereka berencana ketemuan di cafe tempat biasa sebelum Nino melanjutkan S2 di singapura.

Nino sampai di depan cafe yang telah mereka sepakati untuk bertemu, Nino mengedarkan pandangan nya mencari sosok sahabat yang selama ini ia rindukan.

Nino tersenyum melihat sahabatnya sudah duduk menunggu, dengan langkah lebarnya Nino segera menghampiri Farhan.

"Sory gue telat." ucap Nino gak enak hati.

Farhan langsung berdiri dan menyambut Nino dengan pelukan.

"Gimana kabar lho?" tanya Farhan setelah melerai pelukan nya.

"Alhamdulillah gue sehat, lho sendiri gimana?"

"Gue juga sehat."

Setelah saling bertanya kabar mereka berdua memesan makanan dan sesekali mengobrol sambil tertawa.

"Apa lho udah punya pacar?" tanya Farhan sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Gak ada yang mau sama gue."

"Mungkin ceweknya katarak kalau sama lho gak mau," ucap Farhan sambil terkekeh.

"Gue belum lepikiran tentang itu Han, gue masih mau fokus di perusahaan."

"Lho bilang gitu karna lho belum ketemu sama cewek yang bikin hati lho bergetar saat dekat dengan dia," jelas Farhan dengan entengnya.

"Kayak lho pernah ngerasain aja," ucap Nino meremehkan Farhan yang memang suka gonta ganti pacar, keduanya memang bersahabat namun kelakuan mereka sangat berbeda, Farhan pria yang senang bergonta-ganti pacar sedanglan Nino hanya sekali berpacaran namun tak pernah merasakan jatuh cinta.

Waktu Nino kuliah di jakarta dia sempat pacaran dengan teman kuliahnya namun itu karna terpaksa Nino harus jadian dengan cewek itu karna kalah taruhan dengan teman-teman nya.

Nino pun jadian dengan cewek itu karna si cewek memang menyukai Nino, namun Nino tak punya rasa sama sekali, ahirnya setelah beberapa bulan Nino memutuskan hubungan nya karna Nino merasa tidak nyaman wanita itu selalu mengajak Nino untuk melakukan hubungan terlarang sedangkan Nino selalu menjaga dirinya untuk menjauhi hubungan bebas.

Mama Zahra selalu menjaga dan memperingati Nino agar menjauhi perbuatan zina, agar ia terhindar dari dosa.

Pertemuan

"Lho jangan ngeremehin gua yang jelas2 play boy, bahkan setiap hari gue bisa ngerasain jatuh cinta asalkan gue bisa ketemu cewek canyik dan seksi, gue dengan mudahnya bisa jatuh cinta," ucap Farhan tanpa beban.

Nino hanya memutar bola matanya malas, kalau urusan cewek pasti Farhan lah jagonya.

Hingga dering ponsel Farhan menghentikan obrolan mereka, segera Farhan mengangkat telpon yang ternyata dari pacarnya.

Setelah menerima panggilan, Farhan segera pamit untuk pulang duluan.

"Sory bro, gue harus balik duluan, lho gak apa2 kan gue tinggal, pacar gue tiba2 ngajak ketemuan dan gue gak bisa nolak, gue juga kangen sama dia."

Nino hanya mencebikkan bibir nya seraya berucap, "Ya, lho pergi aja, gue gak apa2," jawab Nino dengan nada kesal.

"Sekali lagi gue minta maaf," ucap Farhan sambil menepuk bahu Nino seraya berjalan keluar dari cafe.

Sekarang tinggal Nino seorang diri, dia mengedarkan pandangan nya untuk mengusir kebosanan karna duduk sendiri, hingga Nino memutuskan berdiri sambil memegang minuman di tangan nya namu ia tak sengaja berbalik dan...

"Bruuk...!

Nino berbalik tepat mengenai seorang wanita yang sedang lewat di dekatnya, dan parahnya lagi minuman yang Nino pegang semuanya tumpah di baju wanita yang ia tubruk.

"Maaf, maaf, saya tidak sengaja," namun wanita itu tetap menunduk sambil membersihkan bajunya dengan tisu.

"Gak apa2 Mas, saya juga minta maaf karna jalan juga gak liat2," jawab wania itu sambil terus menunduk membersihkan bajunya.

Dia adalah Anisa wanita yang di tubruk oleh Nino, setelah di rasa bajunya sudah bersik wanita itu beralih menatap Nino yang masih setia di depan nya.

Jantung Nino bertalu begitu cepat saat pertama melihat wajah Anisa, dia bagai terhipnotis dengan kecantikan Anisa yang tampil tanpa polesan make up tebal, Nino tetap memandang Anisa tanpa kedip hingga Anisa membuyarkan lamunan Nino.

"Maaf mas," ucap Anisa sambil melambaikan tangan ya di depan wajah Nino.

"Eh, iya, maaf saya tadi gak denger ucapan Anda," jawab Nino kikuk.

"Kalau begitu saya permisi dulu mas," Anisa memilih pergi dari hadapan Nino, namu Nino segera mengejar Anisa.

"Tunggu," panggil Nino, yang langsung menghentikan langkah kaki jenjang Anisa.

"Boleh saya minta nomor rekening anda?"

"Buat apa mas?" tanya Anisa sambil mengerutkan keningnya.

"Saya akan mengganti baju anda."

"Tidak usah Mas, nanti di cuci udah bersih lagi," tolak Anisa sambil memperlihatkan senyum manisnya.

"Saya hanya ingin menebus kesalahan saya, dengan mengganti baju anda maka saya tidak akan lagi merasa bersalah," bujuk Nino agar bisa mendapatkan nomor rekening Anisa.

"Gak usah mas, saya sudah memaaf kan anda, anda tidak perlu merasa bersalah," jawab Anisa dengan sangat sopan.

Tapi bukan Nino namanya jika tidak bisa mendapatkan nomor rekening atau nomor ponsel Anisa.

"Kalau Anda tidak mau memberikan nomor rekening anda, maka terimalah permintaan maaf saya dengan meneraktir anda di cafe ini,"

"Tidak perlu mas," tolak Anisa lagi.

"Saya mohon jangan tolah, ini hanya sebagai permintaan maaf dari saya,"

Anisa merasa tidak enak jika harus menolak terus, ahirnya dia mengangguk sebagai jawaban.

Nino segera menarik kursi agar Anisa duduk di sana.

"Duduk lah."

"Terima kasih mas."

"Kenalkan nama saya Nino," ucap Nino sambil menjulurkan tangan nya pada Anisa.

"Anisa," jawab Anisa sambil menerima uluran tangan Nino, dan mereka berdua bersalaman.

Sedikitpun Nino tak ingin lepas dari wajah Anisa yang menurutnya sangat sempurna, hingga Anisa merasa heran karna Nino terus memandang wajahnya tanpa kedip.

"Maaf mas, apa ada sesuatu di wajah saya?" tanya Anisa karna merasa tidak nyaman dengan tatapan mata Nino yang membuat jantungnya berdetak tidak beraturan.

"Tidak, hanya saja mata saya rasanya sudah tidak sehat," jawab Nino asal.

Anisa menautkan alisnya tidak mengerti dengan jawaban Nino.

"Boleh saya minta nomor ponsel Anda?"

"Buat apa mas?"

"Buat jadi teman tidur saya,"

Sunggu jawaban Nino di luar akal sehatnya.

"Maksud Anda?" tanya Anisa semakin tidak mengerti dengan jawaban pria tampan di hadapannya.

"Eh maksut saya, agar saya bisa mudah menghubungi anda jika saya sudak membeli baju untuk menggantikan baju Anda yang sudah kotor," jawab Nino kikuk.

"Gak usah mas, anda kan sudah meneraktir saya, jadi bajunya gak usah di ganti."

"Saya mohon, setidaknya kita bisa saling kenal dan jadi teman," Nino semakin melancarkan aksinya untuk mendapatkan nomor ponsel Anisa.

"Duk kenapasih pria ini masih ngotot pengen minta nomor ponselku, apakah dia penjahat, duh gimana ini apalagi dia sangat tampan mana bisa aku gak ngasih nomor ponselku, tapi kenapa dekat dengan dia serasa jantungku mau copot, ya allah lindungilah hambamu yang lemah ini .

Anisa bergumul dengan pikiran nya sendiri.

"Baiklah mas, ini nomor ponsel saya."

Ahirnya Anisa memberikan nomor ponselnya, dia hanya berharap Nino bukan penjahat atau penipu.

Nino menampilkan senyu manisnya saat mendapatkan nomor ponsel Anisa.

"Ya allah kenapa senyum nya sangat manis, kalau melihat senyum nya terus bisa2 aku kena diabetes.

Pikiran Anisa benar kacau berada dekat dengan Nino.

Namun tak jauh berbeda dengan Nino yang sejak tadi mengontrol degup jantungnya yang bertalu begitu cepat.

"Apakah Anda masih kuliah?" tanya Nino memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Saya baru saja lulus."

"Apa sudah bekerja?" tanya Nino lagi.

"Alhamdulillah, hari senin besok saya sudah bekerja dan baru di terima."

Nino hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Ya allah senyum nya, ingat Nisa kamu sudah punya Radit.

Batin Anisa makin tidak karuan, dia mencoba menepis segala kekaguman pada sosok pria tampan di hadapan nya, karna dia sudah punya pacar yang sangat ia cintai.

"Maaf Mas, saya harus segera pulang karna hari sudah semakin sore."

"Baiklah saya akan mengantarkan mu."

"Gak usah Mas, saya bisa pulang sendiri naik taxi," tolakn Anisa karna tidak mau lama2 berdua dengan Nino.

"Tolong jangan menolak karna saya tidak suka di tolak," ucap Nino tanpa bantahan.

Ahirnya Anisa menurut dari pada berdebat lebih baik dia menerima tawaran Nino untuk mengantarnya pulang, toh Anisa bisa irit untuk pengeluaran uang nya.

Dengan terpaksa Anisa mengiyakan ajakan Nino.

Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil mewah Nino, Nino melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang bahkan cenderung lambat, dalam hati Nino tidak rela berpisah dari wanita cantik di sebelahnya, itulah kenapa Nino melajukan mobil nya dengan pelan.

"Kenapa mobil nya pelan banget mas, apa mungkin gak ada bensin nya?" tanya Anisa polos.

Nino terkekeh mendengar pertanyaan polos Anisa, "Kalau gak ada bensin nya pasti gak bisa jalan, saya hanya gak mau wanita secantik kamu naik mobil dengan kecepatan tinggi saya takut kamu jadi lecet," sunggu jawaban Nino semakin ngacok saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!