Still Tika POV.
“Done?” tanyaku saat Jefri membuka pintu mobilnya.
“Yaps,” sahutnya sambil duduk di kursi kemudi.
“Anak-anak pada nyariin gak?” tanya Jefri yang kemudian mulai menjalankan mobilnya perlahan.
“Gak ada ngechat aku sih, cuman dari tadi hp kamu bunyi mulu, rame banget,” sahutku sambil memutar bola mata.
Dia tertawa, “Itu pasti grup. Kami 'kan punya grup sendiri, setiap hari bunyi terus, ada aja yang di bahas. Dari bagi info, ngirim video lucu sampe ngeledekin temen sendiri, pokoknya rame,” jelas Jefri semangat.
Tak berapa lama berselang, ponsel Jefri berdering.
🎶
Can't we just talk?
Talk about where we're goin'
Before we get lost
Let me out first
Can't get what we want without knowin'
I've never felt like this before
I apologize if I'm movin' too far
🎶
Jefri mengerutkan keningnya, masih fokus dengan setir mobil lalu mengambil ponselnya. “Hallo? Iya udah deket kok, gue pesen ayam lalapan deh sama teh panas, kamu mau pesen apa?” tanyanya sambil menoleh kepadaku sesekali karena harus fokus dengan kemudi setirnya.
“Ada lalapan, nasi goreng, mie goreng, rawon, nasi pecel juga ada,” tambahnya.
“Aku nasi goreng aja setengah porsi sama teh panas tawar,” sahutku.
Dia kembali fokus dengan setir dan telepon di tangannya. “Pesenin Tika nasi goreng setengah porsi sama teh panas tawar. Iya iya, sedikit lagi kok. Ini udah deket. Iya bawel ah.” Kemudian Jefri memutuskan sambungan teleponnya dan kembali meletakkan ponsel itu di atas dashboard.
“Kaisar ya?” tanyaku.
“Bukan, si Alex, bawel banget emang, heran, udah kayak cewek aja,” protesnya. Aku hanya tertawa geli.
Aku memang mengenal Alex, karena dulu kami pernah satu tempat bimbingan belajar untuk sekolah menengah atas. Dan entah dari mana Alex dan Jefri saling kenal hingga mereka berteman akrab seperti sekarang. Padahal jika dibandingkan dengan umur, mereka berdua sangat jauh terpaut.
Sama sepertiku, usiaku dan Jefri juga terpaut sangat jauh. Berbeda enam tahun, bagiku itu sudah terlalu jauh.
Ya, aku ingat betul moment pertama pertemuan kami saat itu ...
Di saat istirahat makan siang dan aku memutuskan untuk pergi ke sebuah kedai makan yang jaraknya lumayan dekat dari kantorku. Dan di sanalah aku bertemu kembali dengan Alex dan juga Jefri. Entah mengapa, mereka ternyata juga mengenal akrab pemilik kedai tersebut. Mereka bercanda gurau saat itu, padahal sebelumnya aku tidak pernah melihat mereka di sana.
Awalnya saat memasuki kedai, aku langsung menuju etalase display makanan dan langsung memesan makananku, sampai tiba-tiba suara seorang lelaki membuatku terganggu, sebab lelaki itu menyebutkan ciri-ciri pakaian yang aku kenakan.
“Waduh-waduh ternyata anak orang kaya juga bisa makan di kedai begini ya?” seru seseorang dari gerombolan itu.
“Hei cewek cantik! Yang pake kemeja biru muda! Sombong amat!” tambahnya lagi.
Aku menoleh sambil melihat satu persatu wajah gerombolan itu, sampai akhirnya mataku menangkap wajah seseorang yang aku kenali, “Loh Alex, ngapain di sini?”
Belum sempat Alex menjawab pertanyaanku, tiba-tiba ada orang yang di belakangku menyahut, “Ya dia makanlah, masa belanja,” ucap seorang pria yang entah siapa. Dia melemparkan senyumannya padaku.
Aku kembali berpaling dan menatap Alex saat dia melontarkan sebuah pernyataannya padaku, “Kok bisa lu makan di sini?”
“Iya dong, tiap hari malah gue makan di sini, kalian aja yang baru keliatan. Eh sorry, boleh ya gabung makan di meja ini, daripada gue makan sendirian," izinku pada yang lainnya sambil menarik kursi di samping Alex.
Semua lelaki di gerombolan itu mempersilakan aku untuk bergabung dengan mereka sambil tersenyum.
“Gimana kabar Max? Bininya udah lahiran?” tanya Alex.
“Udah, bulan kemaren, anaknya cewe lagi.” Kemudian makananku datang, "Makasih, Dek," ucapku pada anak muda yang mengantarkan pesananku. Alex hanya menganggukkan kepalanya.
“Eh kenalin nih, ini Dodi, Jefri sama Kaisar,” ucap Alex sambil mengenalkan temannya satu per satu dengan jari telunjuknya.
“Hai, gue Tika,” sapaku sambil tersenyum dan dengan refleks tangan kananku melambai kecil ke arah mereka, bak lambaian tangan dari seorang puteri kerajaan kepada rakyat jelatanya.
Aku juga melihat di atas meja mereka ini nampak bersih, hanya ada beberapa gelas minum mereka yang berserakkan. “Kalian pada gak makan?” tanyaku penasaran.
“Kita udah kelar kok makannya, lu makan aja gih, n'tar keburu dingin ga enak loh,” tegur Alex yang mulai mengambil sebungkus rokoknya lalu menyulutnya.
“Ya udah, kalo gitu gua makan ya, semuanya,” izinku sambil perlahan menyuapkan makanan ke dalam mulutku.
Mereka hanya tersenyum lalu melanjutkan kembali obrolannya. Aku hanya fokus mengunyah pelan makanan dari sendokku sambil memerhatikan dan mendengarkan obrolan mereka.
Ada yang membahas masalah politik, ada yang membahas bumper mobil dan bengkel. Bahkan ada juga yang hanya menjadi pendengar setia sambil mengisap rokok ditangannya. Mereka semua tampak akur dan juga tampak santai dengan pakaian mereka yang juga nampak rapi dan elegan.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Nuraini Enung
tika kayaknya asik bngt orangnya
2021-06-16
0
💐d@€ng🌸
ceritax bagus n ga mmbosankan
2020-06-27
1
Rossy Molyna Sraya
oh ini kisah tika dan lisa ya
2020-06-21
1