"Sebentar lagi mau ke rumah sakit, Sa?" tanya Sabo.
"Ya. Ini giliran aku menjaga Bapak." Lisa bersiap.
"Bareng Giri?" tanya Aris.
"Iya, tapi trus nanti Giri pulang sama ibu," jelas Lisa.
"Aku boleh ikut?" tanya Arka yang sejak tadi diam. Lisa mengerjap. Tidak langsung menjawab.
"Boleh saja. Mungkin kalau Arka, ibu enggak apa-apa karena enggak ramai kaya mereka," tunjuk Giri pada tiga personel trio berandal. Mereka mengangguk setuju. Lisa melirik ke Giri dengan tajam. Gemas ingin menjitak kepalanya.
Merasa di tatap tajam, Giri menoleh ke arah kakaknya. Menggerakkan dagu untuk bertanya ada apa? Lisa memberikan kode marah pada adiknya karena membolehkan Arka ikut.
"Kalau memang tidak memungkinkan, enggak apa-apa aku enggak ikut." Arka tahu soal kode ini. Dia mengerti.
"Kenapa? Ikut aja. Toh, sebagai teman, kita wajib menjenguk orang sakit. Apalagi itu bapak-nya Lisa," tutur Nero bermaksud setia kawan. Namun ia malah dapat lirikan tajam dari Lisa juga. Nero mengerjapkan mata tidak mengerti.
"Lain kali saja deh, kalau kalian juga kesana." Arka tidak memaksa. Lisa menghela napas lega.
"Kalau gitu nunggu beberapa hari lagi aja. Nunggu kalau ibu Lisa sudah lupa kalau kita bikin gaduh di sana." Sabo bicara.
****
Setelah berulang kali di nyalakan, motor Giri tidak bisa menyala.
"Kok enggak nyala, sih?" gerutu Lisa. Giri tidak menjawab. Ia fokus menyalakan mesin. Anak-anak yang sudah siap pulang akhirnya mendekat.
"Napa Gi?" tanya Aris.
"Tahu."
"Aki soak kali." Nero asal ngomong.
"Soak jidatmu. Ini baru beberapa bulan beli." Lisa tidak terima. Karena itu di dapat dari tabungannya.
"Aku kan enggak tahu." Nero membela diri. Lisa mendelik.
"Sepertinya karburatornya kotor. Atau tanki bensinnya kotor." Arka ikut bicara. Karena semuanya mendekat ke Lisa dan Giri dan tidak jadi pulang.
"Wahh ... kudu cari bengkel nih." Giri menghela napas.
"Ayo, cari bengkel. Biar motornya cepat nyala dan kamu segera ke rumah sakit." Aris inisiatif.
"Kamu anterin aku. Biar Giri yang cari bengkel sama Aris." Lisa langsung memberi komando pada Sabo. "Trus nanti ibu pulang di anterin kamu."
"Aku? Enggak. Aku enggak enak sama ibu." Sabo menolak.
"Terus gimana dong? Kalau nunggu Giri selesai bisa lama, kasihan ibu." Lisa kebingungan.
"Sama Arka aja. Biar yang lain nemenin aku cari bengkel. Ibu enggak bakal protes karena dia baru pertama kali kesana." Giri langsung ambil alih komando. Dan ini di setujui semuanya kecuali Lisa. Arka tidak mengatakan apa-apa karena tahu Lisa tidak setuju.
"Benar. Ayo dah berangkat. Biar kakak kamu Arka yang antar." Nero langsung menggiring yang lain untuk pergi.
"Hei tunggu!" Lisa panik. Anak-anak sudah pergi meninggalkan mereka berdua.
"Maaf Sa. Sepertinya kita harus segera berangkat ke rumah sakit. Ibu kamu menunggu bukan?" Arka berusaha mencairkan suasana.
"Ya," jawab Lisa lemah. Dasar bocah-bocah.
***
Ini pertama kalinya ia bersama cowok ini. Jadi suasana di atas motor sepi sekali. Bahkan tidak ada pembicaraan apapun. Arka menggerakkan spion motornya. Ia ingin melihat gadis itu. Bola mata Lisa melihat ke kanan dan kiri. Ia tidak sadar sedang di perhatikan cowok ini. Bibir Arka tersenyum.
Motor akhirnya sampai di rumah sakit. Arka tidak langsung menuju ke area parkir. Dia menurunkan gadis ini tepat di dekat pintu masuk rumah sakit.
"Masuk aja dulu. Aku bakal menyusul setelah parkir motor," kata Arka. Lisa mengangguk. Ia berjalan masuk. Arka membelokkan motornya ke halaman parkir. Saat itu ia melihat mobil berwarna hitam di parkir dekat jendela ruang sakit.
"Mobil itu. Tidak mungkin dia." Arka mengalihkan pandangan ke arah lain. Lalu kembali ke pintu utama rumah sakit. "Lisa." Dia terkejut gadis itu masih di sana. Di depan pintu. Karena saat ia pergi menjauh dari pintu, Lisa juga masuk ke dalam rumah sakit. "Kenapa muncul lagi di sini? Bukankah tadi kamu sudah masuk ke dalam?" tanya Arka saat tiba di depan gadis ini.
"Itu ... Aku takut kamu enggak tahu tempat Bapak di rawat. Jadi aku balik lagi ke sini." Lisa menggaruk keningnya yang tidak gatal.
"Kamu menungguku?"
"Yya," sahut Lisa lambat. Ia jadi tidak bisa bicara dengan biasa.
"Terima kasih. Ayo, kita masuk," ajak Arka sembari membukakan pintu masuk rumah sakit. Mempersilakan gadis ini untuk lebih dulu melangkah. Lisa berjalan dengan kepala setengah menunduk. Pokoknya sejak perjalanan tadi, ia selalu di serang kegugupan yang tiada tara.
***
Ponsel Aksa berdering. Bola matanya melirik. Itu Marissa. Perempuan lain.
"Halo sayang ..."
"Halo Aksa. Aku ingin bertemu denganmu. Apakah ada waktu?" tanya suara di sana manja.
"Aku tidak bisa bertemu sekarang."
"Sedang ada dimana sekarang? Aku akan menemuimu."
"Tidak. Tetap di tempatmu. Aku sedang berada di rumah sakit mengunjungi Kakek." Aksa terus berjalan masuk ke dalam are VIP.
"Oh. Aku boleh kesana?"
"Tidak perlu repot-repot Marissa."
"Baiklah. Kapan kita bertemu?"
"Besok siang?"
"Siang? Padahal aku ingin bertemu denganmu sekarang." Sesaat bola mata Aksa menemukan seseorang dari balik dinding kaca di sebelahnya. Kepalanya langsung fokus pada pemuda di lantai bawah itu. "Apa kita tidak bisa bertemu sebentar saja?" rengek perempuan itu.
"Aku tidak bisa di ganggu, Marissa." Aksa mengatakan ini dengan sedikit tekanan pada kalimatnya. Marissa sadar itu.
"Ah, baiklah. Kalau begitu sekalian aku ingin beli pakaian. Kamu bisa membelikan aku pakaian baru bukan?" rengek wanita itu
"Bisa. Nanti aku hubungi lagi."
"Baiklah."
Tangannya masih menggantung saat kepalanya menoleh.
"Apa dia akan menjenguk kakek? Tidur di mana anak itu? Sepertinya dia sedang bersama seorang gadis." Namun Aksa tidak bisa melihat dengan benar siapa yang bersama adiknya itu. Karena hanya tampak dari belakang.
"Tuan, kakek bangun. Anda bisa menemuinya," kata ajudan kakek.
"Ya."
_____
TUNANGAN PALSU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
arka adiknya aksa
2023-03-27
0
Raflesia
brti mobil itu punya Aksa.....fix arka adik nya Aksa ......adik tiri kah????
2023-02-05
0
✨rossy
arka, aksa... adik kakak
2022-09-30
0