Ternyata itu suara Allen.
"Kenapa kamu kemari?" tanya Aksa.
"Aku lelah dengan mereka berdua." Allen juga menyesalkan kejadian di meja makan. "Jika saja semuanya seperti semula. Saat mama masih ada."
"Mama kalian ... tidak ada?" tanya Lisa yang langsung membuat kedua saudara ini melihatnya dengan tatapan menyudutkan. "Maaf. Karena aku koma terlalu lama, jadi aku tidak bisa mengingat dengan benar." Lisa langsung memperbaiki pertanyaannya.
"Mama meninggal saat aku berumur 11 tahun." Allen yang bicara. Ada satu informasi yang masuk dalam kamus Lisa. Ibu mereka sudah tidak ada.
"Berhenti bicara hal sedih. Sekarang adalah makan malam pertemuan kalian dengan Yora. Bukankah harusnya sekarang saat bahagia untuknya?" Aksa memotong seraya menunjuk Lisa.
"Aku sudah sering bertemu dengan Kak Yora. Ini tidak lagi di anggap sebagai pesta pertemuan," ujar Allen lalu mencebik. Dia mendekat pada Lisa. "Aku heran kenapa kakak bisa menyukai pria seperti kak Aksa." Allen menunjuk ke arah Aksa.
"Itu ..." Lisa kebingungan. Ia tidak tahu kenapa Yora menyukai pria menyebalkan ini. "Karena dia tampan," jawab Lisa membuat Allen tertawa terbahak-terbahak. Aksa menaikkan alisnya. Merasa itu wajar.
Aku hanya asal, bodoh.
"Jadi karena hanya itu?" Allen masih belum bisa berhenti tertawa. Lisa mengangguk dengan polos. "Kakak ini terlalu polos. Tampan saja tidak bisa di jadikan jaminan."
"Jadi kamu sedang menghina kakakmu ini, Allen?" tanya Aksa menatap lurus adiknya.
"Hahaha ... enggak kok." Lisa ikut tersenyum melihat Allen tertawa renyah. Mungkin, Allen bukan bocah kurang ajar. Dia hanya suka bicara ceplas ceplos.
***
Beberapa hari.
Malam ini Lisa datang ke lapangan basket yang ada di alun-alun kota, bareng Giri adiknya. Mereka berdua sudah janjian sama trio berandal. Giri juga suka main bareng mereka jadinya akrab. Ternyata mereka sudah ada di sana. Sudah menunggu sambil duduk di pinggir lapangan basket.
"Lama amat Sa! Kayak keong!" Nero sudah protes aja. Padahal Lisa tidak telat-telat amat.
"Kalau bisa aku datangnya entar malem, pas semua sudah pada tidur," balas Lisa tidak mau kalah.
"Emangnya kita kelelawar, keluarnya malam-malam ...," kata Nero juga lebih enggak mau kalah. Lisa cuman melihat saja tanpa membalas. Bisa panjang kalau lawan Nero.
"Hai, Gi!" sapa Aris senang lihat adiknya Lisa. Lalu mereka berdua tos. Aris ini klop banget kalau sudah ketemu Giri. Jadi Lisa berasa tiba-tiba saja dapat dua adik laki-laki.
"Kita sudah nungguin dari tadi! Arka juga sudah dari tadi datangnya," imbuh Sabo yang langsung membuat Lisa memperbaiki tingkahnya. Ternyata ada cowok itu, yang sedang memperhatikannya di samping Sabo. Lisa dengan perlahan tapi pasti segera belok ke Nero yang duduk sendiri. Tidak jadi menghampiri Sabo.
"Sudah lengkap personilnya. Ayok main!" ajak Nero bersemangat dan langsung berdiri. Lisa diam saja. Dia enggan ikut kalau ada Arka. Jadi dia tetap duduk tanpa beranjak berdiri.
"Kamu ngapain di situ, Sa?" tanya Sabo.
"Aku gak ikut. Duduk aja," kata Lisa sambil mendongak tanpa dosa.
"Eh, ni anak. Ditungguin dari tadi, datang-datangnya malah bilang enggak ikut. Enggak bisa, Ayo!" Nero melambai kuat. Lisa nyengir aja. Tidak peduli Nero bilang apa. Lisa malah mencari posisi enak dengan duduk bersila.
"Kalau Lisa enggak ikut, aku juga duduk aja di sana jadi penonton," kata Arka.
Semua menoleh ke Arka. Dia mengambil inisiatif dulu sambil nunjuk ke samping Lisa. Karena sepertinya gadis itu enggan ikut. Dia bermaksud duduk bareng Lisa. No!!! Lisa panik. Gadis ini langsung berdiri.
"Ayo dah. Aku ikut main," kata Lisa sambil membersihkan tangannya. Membuat mereka semua yang awalnya melihat Arka, sekarang menoleh ke Lisa dengan muka geram.
Cewek itu yang menakutkan dan bikin bingung adalah moodnya. Tiba-tiba saja berubah seratus delapan puluh derajat. Dari yang menolak ikut main basket padahal sudah di ajak, sekarang malah ikut main saat ada yang dukung dia jadi penonton saja.
"Lho, kok pada bengong sih. Katanya ngajak aku main. Ayoo ..," ajak Lisa seperti sudah tidak membuat suatu hal yang salah.
"Untung kamu emaknya kita disini. Kalau enggak, aku pecek jadi lalapan kamu," tukas Sabo geregetan. Arka tersenyum geli. Lisa nyengir aja. Giri yang lihat jadi ikutan komentar juga.
"Apaan sih, bertingkah seperti itu!" Giri merasa malu sama sikap Lisa yang tiba-tiba aja merajuk manja. Bukan Lisa yang seperti biasanya. Giri jadi ikutan geregetan gemes lihat saudaranya itu.
"Hei, bocah! Gak usah ikut-ikutan!" Lisa mendelik. Giri mencebik menggoda kakaknya. Aris yang ada di sampingnya ketawa.
_______
TUNANGAN PALSU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
sehat selalu
2022-09-12
0
Herlin
Lisa suka Arka kayaknya....... salting kalo ketemu
2022-07-25
2
Christy Oeki
trus bahagia
2022-07-24
0